28. Hampir

36.6K 3.4K 244
                                        

•─────•°•❀•°•─────•

Ruang rawat Arion terasa ramai, bukan hanya karena si dokter wibu- Liam yang selalu heboh, tapi juga karena ada presensi dua orang gadis.

Eva gadis sepantaran Ares dan adiknya Melly, gadis kecil yang usianya dua tahun diatas Arion itu tampak senang sekali berceloteh sedari tadi.

Arion hanya diam di ranjangnya, melihat interaksi mereka.

Ternyata kedua gadis itu memang kerabat dari istri Arthur. Tak heran kalau Ares yang biasanya tak ingin berlama-lama bersama kaum Hawa, kini malah terlihat dekat dengan mereka.

Tadi kebetulan kedua gadis itu bertemu dengan Ares di lobby rumah sakit, makanya bisa sampai datang berkunjung kesini.

"Kak Ares, Melmel mau es krim"
"Ayooo kak, Melmel mau es krim. Dibawah ada omnya yang jual es krim keliling, ayooo"

Ares bimbang. Dia tidak bisa meninggalkan Arion.

"Melly, nanti Beli eskrimnya sama kakak, tunggu Pak supir jemput dulu"
Eva mencoba memberi pengertian pada adiknya.

"Enggak ah, lama! Aku maunya sekarang, Ayo kak Ares!!"

"Melly, jangan berisik, Arion keganggu nanti!"
Eva memberi peringatan, sayangnya si gadis kecil kelewat keras kepala.

"Ih.. Kakak, Melmel mau eskrim!"
Melly mulai merengak, seisi ruangan jadi dominan dengan rengekan cemprengnya.
Liam sampai mengode Ares agar melakukan sesuatu.

"Maaf ya, Melly kalau sama eskrim emang rewel banget"
Eva tersenyum tidak enak pada Ares.

"Supir lo masih lama ?"

"Umm, katanya masih dijalan.. tapi Aku sama Melly keluar aja deh, Ayo Melly"

"Enggak, Aku nggak mau pulang, mau eskrim!"
Melly tetap menolak, bersikeras ingin mengajak Ares.

"Angel wes angel"
Liam menyeletuk pelan, Dimanapun itu, selalu ada saja yang spesies manusia yang seperti ini, Akhirnya karena tidak kuasa mendengarkan rengekan cempreng itu, Liam mengusulkan solusi.
"Udah pergi aja, ada gua yang jagain Arion disini"

Ares melirik Arion yang juga sedang melihatnya.
"Arion tunggu disini, ya ? Abang cuman sebentar"

Belum sempat mendapat respon Arion, perhatian Ares sudah beralih karena Melly menarik tangannya.

"Ayo kak Ares, nanti omnya pergi !"

Tinggallah Arion bersama Liam juga Eva.
Suasana sempat hening untuk beberapa saat, sampai Liam kembali menyeletuk

"Jadi, Va.. lo udah punya calon ?"

"Calon apa ?"

"Calon buat diajakin bikin yang kayak Arion, kiw~"
Liam menaik turun alisnya sok menggombal. Bagi pemuda yang sudah matang sepertinya, kesempatan sedetikpun tak boleh terlewat, soalnya takdir tidak ada yang tahu kan ? Siapa tahu Eva kepincut.

Sayang sekali, gombalannya harus terhenti karena panggilan masuk pada ponsel.

"Sorry ya, gua angkat telfon dulu. Arion tunggu disini ya sayang"
Liam pun pergi keluar ruangan, mengangkat telfon hanya beberapa meter dari pintu ruangan Arion.

Arion hanya diam sedari tadi, entah kenapa dia merasa tidak nyaman saat menyadari Eva menatapnya dengan intens.

"Ngapain om Arthur ngangkat bocah kayak kamu jadi anaknya"

Eva tiba-tiba mencengkram dagu Arion. Tentunya karena perbedaan tenaga dan ukuran tubuh mereka, si bocah mendongak tak bisa melawan.

"Dengerin ga sih ? Kamu tuli ?"
dahi gadis itu mengerut, sedari tadi sudah menahan kesal melihat Arion yang diperlakukan baik sekali. Bahkan ruang rawatnya di tipe vip president suite, Eva merasa bocah itu tidak pantas langsung merasakan kekayaan keluarga Nelson.

The Story Of ARIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang