•─────•°•❀•°•─────•
Sejak pulang dari rumah sakit kemarin, Arthur tidak pernah berhenti memikirkan Arion.
Dia sampai frustasi sendiri dengan pikirannya, bahkan kebiasaan strictnya untuk mengevaluasi meeting bulanan di perusahaannya Hari ini juga tidak begitu diperhatikan.
Manik sejernih kristal itu membuatnya rindu. Arion entah terbuat dari apa sampai bisa menarik atensi dari orang sekaku Arthur.
"lanjutkan, Arven akan menghandle selebihnya"
Arthur dengan segera berdiri dari singgasananya, lantas meninggalkan ruangan meeting, tidak menaruh atensi pada tatapan datar dari seseorang yang diserahi tugas mendadak.
Arthur bergegas menuju ke rumah sakit, rasanya tidak sabar sekali untuk melihat Arion lagi, bahkan sedari tadi senyum tipis sudah tersungging di bibirnya.
Sampai di salah satu ruangan yang sudah dia hafal, Arthur menatap pada presensi kecil yang rupanya sedang duduk diatas ranjangnya, mata itu berbinar-binar menatap layar televisi yang menampilkan series kartun.
Arthur masuk kedalam ruangan itu, membuat perhatian si kecil imut langsung tertuju padanya.
Bocah itu sepertinya pandai sekali memancing Arthur untuk terkekeh kecil, dia menyambut dengan senyum manisnya, kaki pendeknya bersusah-susah turun dari ranjangnya untuk menghampiri.
Si tuan besar Nelson menatap kebawah, baru sadar kalau tinggi bocah ini hanya sejengkal diatas selututnya. Si pemiliki pipi bakpao itu menengadah menatap pada Arthur dengan polosnya.
"..Aman.... Aman~"
*Paman
Arion menujuk-nunjuk televisi yang tertempel di dinding dengan antusias, Arthur yang tidak paham menyimpulkan bahwa bocah gembil ini ingin memberitahu apa yang sedang dia tonton.
"Permisi, waktunya makan siang untuk Arion"
Seorang perawat masuk membawa Sebuah nampan, Arion yang melihat itu mencebik kemudian memeluk lutut Arthur tanpa takut, membuat si perawat kelabakan, segera membujuk Arion untuk menghampirinya.
"Arion, jangan seperti itu, ya ? Arion harus makan.. yuk ?"
Perawat mencoba membujuk Arion, sejak kemarin bocah itu memang sulit untuk makan.
Arthur yang sejak tadi hanya diam, entah kenapa tergerak untuk mengambil nampan berisi bubur itu.
"Biar Saya"
•°•❀•°•
Hari sudah hampir sore, Arthur Hari ini menghabiskan banyak waktunya di rumah sakit, di ruangan kelas utama yang ditempati mahluk kecil berpipi gembil itu.Arion benar-benar semanis itu, pipi yang diisi lemak bayi membuatnya semakin imut, manik jernihnya yang selalu berbinar-binar, kelopak matanya berbentuk seperti bulan sabit, tiap kali dia tersenyum, matanya seolah ikut tersenyum. Arthur sampai tidak bisa melepaskan pandangannya pada Arion yang terlelap setelah menghabiskan makan siangnya dan sebotol susu hangat.
Diam-diam, dia merasa seperti kembali ke 17 tahun yang lalu, disaat anak keempatnya lahir. Perasaan hangat yang sama memenuhi rongga dadanya.
"Sam, kau bisa merawat bayi ?"
Sam, sang sekertaris yang sudah menemani Arthur hampir 10 tahun itu sedikit tersentak saat tiba-tiba diberi pertanyaan. Tadi dia menyusul untuk menemani tuannya seperti biasa, tugas sebagai assistant utama Arthur.
"Saya bahkan tidak punya pasangan"
Sam mendorong kacamatanya dengan jarinya, berdehem mengusir rasa ingin meratapi nasibnya yang belum juga menemukan jodoh disaat umur menginjak kepala tiga.Sam adalah orang yang loyal.
Sangking setianya, sampai-sampai dia juga jadi terbiasa hidup tanpa pendamping seperti Arthur.Kemarin, tuannya itu sedikit membuat spot jantung karena tiba-tiba berkata ingin membawa Arion.
Beberapa hari ini, Sam juga menyadari kalau tuannya menjadi sedikit berbeda, Arthur terlihat lebih banyak tersenyum. Baru kali ini Sam melihatnya secerah itu setelah sekian lama. Apalagi sebabnya karena si bocah kecil.
Arion sepertinya punya kelebihan misterius hingga mampu menarik hati orang seperti Arthur Nelson.
Meski begitu, selayaknya orang normal kebanyakan, Sam juga awalnya sedikit sangsi sebab mereka tidak tahu jelas darimana asal-usul bocah ini. Untuk itu, ada beberapa orang yang sudah ditugaskan mencari tahu terkait Arion dan neneknya.
Bukannya apa-apa, tapi mengingat riwayat keluarga Nelson yang tidak biasa, mengambil keputusan seperti ini biasa jadi membahayakan mereka di kemudian Hari.
Tapi semua overthinking Sam sepertinya hanya akan tersimpan di otaknya.
"Sam, urus semuanya.. Pastikan identitasnya menyandang marga Nelson. Mulai saat ini, Arion adalah putraku"
Pria berkacamata itu segera bangun dari duduknya, bersiap memenuhi komando Arthur.
•─────•°•❀•°•─────•
September 13th, 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story Of ARION
General FictionArion si bocah berpipi bakpao yang kadar gemasnya sudah tak bisa lagi diukur. Bersama Ayah dan abang-abangnya yang tampan, Arion menyusuri hidup dengan penuh warna. __ 𝘾𝙤𝙥𝙮𝙧𝙞𝙜𝙝𝙩 𝙖𝙡𝙚𝙧𝙩 ©️ ‼️𝐎𝐫𝐢𝐠𝐢𝐧𝐚𝐥 Story only by ©𝙧𝙚𝙛𝙛𝙚𝙘𝙩...