7. Heboh

62K 5.1K 233
                                    

•─────•°•❀•°•─────•


Baru tiga Hari Arion ada dikeluarga mereka, Arthur yang sudah bertekad untuk mengurus Arion sendirian dibuat kelimpungan parah. Maklum saja, sudah lama tidak punya Bayi.

Pria tegap itu akan bangun sangat pagi lalu menunggu bungsu kecilnya hingga terbangun, kemudian dia akan memandikan Arion dengan pengetahuan seadanya, pokoknya lakukan saja yang penting jangan sampai melukai, katanya pede, meskipun berakhir agak tidak karuan, mulai dari kamar mandi yang menjadi berantakan atau yang paling parah Arion yang malah berantakan.

Karena itu demi kebaikan bersama, Arthur akhirnya memanggil professional child-worker untuk mengajarkannya beberapa Hal.

Jadilah saat ini, Arthur ibaratnya sedang berkuliah lagi, belajar cara merawat bayi yang baik dan benar.

"Jangan seperti itu, Mr. Maaf.. sedikit saja, bagian yang lain tidak perlu pakai bedak"
Wanita paruh baya yang menjadi guru Arthur itu dengan sigap mengambil alih begitu melihat si pria tegap ingin memberikan bedak di sekujur tubuh Arion.

"O-oh.. begitu ?"

Arthur menjadi kikuk seketika, rupanya tidak semudah yang dia pikirkan, hanya dengan melihat bagaimana teletennya child-worker itu Arthur jadi merasa payah, untung saja Arion tidak menangis saat diurus olehnya.


•°•❀•°•


Arthur mengangkat satu alisnya begitu mendengar ketukan di pintu kamar, dia melirik jam pada dinding yang menunjuk pada angka 1, lalu berganti melirik Arion yang tertidur pulas diatas kasur.

Merasa aneh karena tidak biasanya seseorang datang ke kamarnya di jam-jam seperti ini. Begitu Arthur memutuskan untuk mengecek, yang dia temukan adalah Arxel yang berdiri dengan seragam sekolahnya.

"Kenapa sudah pulang ?"

"Lho, Dad tidak suka ?"

Arthur berdehem, merasa kalau dia salah bertanya, lagian Arxel memang biasanya tidak akan terlihat sampai matahari sudah hilang. Maklum saja, sedang bergelut dengan masa muda yang menggairahkan, Arthur tidak mengekang, dia memang membiarkan anak-anaknya mengeksplor dunia mereka, asalkan jangan sampai menyentuh pergaulan bebas dan segala macamnya.

"Terus kenapa kesini ?"

Sekali lagi, si Duda tampan merasa aneh karena salah satu anaknya tiba-tiba datang ke kamarnya di siang bolong begini.

"Arion ?"

"Arion sudah tidur"
Arthur menatap pada Arxel yang mencuri-curi pandang kedalam kamarnya.

"Ok Dad, get away please, I wanna see him"

"Arxel, Arion baru tidur"

"Iya iya"

Bilang iya tapi tetap masuk kedalam.

Arxel rupanya menurunkan sifat keras kepalanya. Arthur memilih mengalah dan membiarkan karena tidak ada gunanya juga melarang, pria itu lantas melangkah pergi ke ruang tengah sembari memijat dengan ringan tengkuknya yang terasa kaku.

Kalau di pikir-pikir begini, ternyata cukup melelahkan juga, karena kesehariannya yang biasanya hanya duduk mengurusi berbagai macam dokumen tiba-tiba melakukan aktivitas seperti seorang ibu.

Padahal hanya mengurus satu balita, tapi lelahnya sudah seperti kerja lembur dua Hari. Mungkin tubuhnya terkejut ?

Saat di ruang tengah, mata tajam Arthur menangkap presensi satu pemuda yang sedang tepar di atas sofa. Kalau tidak salah ingat sih, ini salah satu anaknya :v

"Kapan sampai ? Kenapa tidak memberi kabar ?"

"Tasku dicopet, hpku juga , daripada nggak bisa balik ya kan ? Mending jual motor"

Namanya Argara, anak ke-tiga, 19 tahun dan sedang berkuliah, kalau dia melakukannya dengan baik, nanti kalau lulus bisa jadi engineer.

Argara seminggu belakangan pergi ke luar kota untuk aktivitas kampusnya. Dan dia membawa motor gede 300cc yang baru sebulan lalu dibeli. Mengingat itu rasa kesal perlahan naik ke kepala si Duda tampan.

"Argara-"

"Oke oke, Aku tahu Dad... berarti kali ini utangku cuman 150 juta kan ?"

"Aku bakal mulai bekerja di kantor besok, as always, Dad tenang aja"

Well, semua orang tua punya cara didik masing-masing untuk anak mereka, tapi bagi orang yang berprinsip seperti Arthur, tanggung jawab adalah segalanya, dan itu dia tanamkan kepada keturunannya sejak mereka masih kecil.

Masalah kebandelan Argara ini bukan yang pertama kali omong-omong, ini masih belum seberapa, dia bahkan pernah menenggelamkan mobil Porsche 911 seharga tiga milyar dulu :v

Dan untuk hukumannya, putra ketiganya itu ikut bekerja bersama karyawan-karyawan lain di perusahaannya selama hampir setahun lebih.

Begitulah cara Arthur mendidik anak-anaknya, mau sekaya apapun, mereka harus tahu bagaimana sulitnya mencari uang, agar kelak tidak menjadi manusia durjana.

"Tapi Dad, dengar sesuatu ?"
Argara bangun dari posisinya.

"Kok seperti ada suara kucing, ya ?"

Keduanya terdiam sejenak, memasang pendengaran lekat-lekat sampai ketika Arthur menyadari sesuatu.

"Itu bukan suara kucing, Argara. Itu-"

Kalimat Arthur terputus begitu Arxel menghampiri dengan tergesa-gesa sambil menggendong Arion.

"Dad !! Arion menangis !"

"Arxel, apa yang kamu lakukan ?"
Arthur dengan sigap berdiri ingin mengambil alih Arion yang menangis.

"Wah, wah ! Anak siapa ini WOY!!!!"

Argara yang tiba-tiba jadi heboh membuat Arion tersentak kaget. Kepanikan tiba-tiba para orang Dewasa disekitarnya membuat Arion memecah tangis semakin menjadi

"Diam, Argara !"

"DAD! ARION MENANGIS!"

"I KNOW !"

Arthur yang berniat ikut memarahi Arxel karena sudah berteriak malah ikut kelepasan berteriak.

Arion yang merasa tidak nyaman pun menangis semakin kencang.

Siang itu untuk pertama kali dalam sekian lama, Mansion sepi Arthur diliputi kehebohan.



•─────•°•❀•°•─────•

19th October 2022

.

The Story Of ARIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang