32. Office date

35.7K 3.1K 172
                                    

•─────•°•❀•°•─────•


"You're so cute for what, Arion ?"
Arven mengusap pipi lembut Arion, anak itu tertidur dilengannya setelah bermain didekat jendela.

Arthur membawanya ikut ke kantor Hari ini, dan sekarang Duda tanpan itu sedang meeting dengan salah satu partner, makanya Arven bisa punya kesempatan bersama Arion.

Karna ada Arion, otomatis juga akan ada pengganggu. Arion itu seperti bunga yang digemari lebah. Contoh lebahnya seperti Argara misalnya.

Setelah mendengar ada Arion, pemuda itu langsung ikut merusuh di ruangan Arven, sampai bikin Putra Arthur yang paling pendiam itu menahan kesal.

"Berisik, Argara. Go back to your place"

"Lho, numpang tidur dulu dong!"
Argara sudah akan berbaring di sofa ruangan Arven. Tapi tentu saja, Arthur tidak akan membiarkan si berandal itu makan gaji buta, karena itu satu pulpen mahal Arven melayang dengan akurat kena kepalanya.

"Arghh, Dad!"

Arthur acuh pada Argara yang lebay, perhatiannya terkunci pada Arion yang tengah terlelap di lengan Arven.

"He's sleeping"
Wajah Arven kian datar saat Arthur mendekat.

Pasti sebentar lagi Arion akan di monopoli sendiri, padalah Arven sudah berharap kalau client-client itu merepotkan Arthur agar meeting-nya berjalan lebih lama. Sayang sekali.

"Portalo da me, Arven"


*(broken Italian's tl : bawa dia kepadaku)

Arven mendecak. Ini adalah salah satu kebiasaan Arthur pada anak-anaknya kalau tidak mau dibantah, si tuan besar Nelson akan menggunakan bahasa ibunya.

"Makanya menikah, jangan mengganggu bungsuku terus"
Arthur berujar ringan.

Padahal kalau dilihat, tidak ada yang kurang dari anak-anaknya. Arven-juga Ares- sudah punya apa yang para wanita inginkan. Arthur dulu umur 19 tahun sudah ketemu jodoh, tapi dua putranya itu masih betah menjomblo, Ckck payah!

Setelah memberi petuah bernada ejekan itu, Arthur lantas berlalu pergi dari ruangan.

Arven sampai mendengus kesal, apalagi Argara juga ikut-ikutan membuat ekspresi menyebalkan.

"Pergi juga lah, takut ketularan jomblo"

Serius, sedetik saja Argara terlambat, satu lagi pulpen mahal Arven kena kepalanya untuk kedua kali.


•°•❀•°•


Sampai di ruangan Arthur, ada Sam yang sudah bersiaga, niatnya Sam ditugaskan untuk menemani Arion bermain, namun bocah itu lebih memilih bermain sendiri didekat jendela ruangan Arven bersama mobil-mobil kecilnya.

Arthur sayang sekali dengan Arion, hubungan darah tidak membatasi rasa sayangnya pada bocah berpipi bakpao itu.
Makanya itu, rasanya tidak rela kalau sampai bocah itu terluka dan kenapa-napa.

Kejadian dirumah sakit waktu itu, Arthur bisa tahu apa yang terjadi karena dia berusaha menggali sendiri dari Arion.
Untungnya Arion begitu cerdas, bocah itu memberitahu pada Arthur apa yang terjadi dengan kosa katanya yang terbatas.

"Aec go.. Ion mau Aec Diddy"

"Takut.. Eva.. Ion cakit dicini"
Bocah itu menunjuk lehernya, meski degan penjelasan sepotong-sepotong, Arthur bisa menyimpulkan apa yang terjadi.

Percayalah, saat itu dia hampir mengirim orang untuk menghancurkan Eva saat itu juga. Namun entah kenapa, membayangkan kalau Arion akan kecewa setelah tahu apa yang dia lakukan di kemudian hari membuatnya mengurungkan niat. Apalagi saat bocah itu dengan polosnya berkata padanya

"Diddy come, Ion Happy~"

Cup!

Arthur membubuhkan kecupan sayang pada bungsu kecilnya yang cerdas.

"Dia tumbuh dengan baik, Sir"
Sam yang sedari tadi diam akhirnya buka suara

"Tidak ada yang lebih baik daripada melihat anak-anak tumbuh dari tanganmu sendiri, Sam. You have to feel it yourself"

Sam yang overthinking, sempat salah paham mengira Arthur sedang memecatnya secara halus. Padahal Arthur hanya mengungkapkan pikirannya.

Orang-orang seperti Sam, loyalitas dan dedikasi mereka begitu tinggi sampai hidup mereka sendiri bukanlah prioritas, apalagi bagi Sam yang berhutang hidup pada Arthur. Makanya sedari semalam, setelah mendengar Arthur akan membawa Arion ke kantor, dia sudah menyiapkan segala keperluan untuk Arion. Lihat saja ruangan Arthur yang kini dihiasi balon-balon gas berbagai karakter disudut sana.

Omong-omong, bocah itu sudah bangun dan kembali semangat, membiarkan kedua orang dewasa menontonnya bermain dimeja Arthur.

Apa yang dilakukan Arion selanjutnya membuat kedua pria itu tercengang ditempat.


"Icak icak inding ding~"

Dia bergumam lirih, meniru lagu anak-anak yang sering didengarnya akhir-akhir ini.

"Iyam iyam, me-ayap"

"... Ciiku amuk.."

"Hap!"

"... Iyangkaaap~"


Siapa sangka Arion bisa bernyanyi ?! Meski masih sepotong-sepotong tapi bocah itu berhasil menyelesaikan lagunya.

"Kamu bernyanyi ?"
Arthur sedari tadi menahan diri agar tidak menyela si bungsu yang sedang menunjukkan progress besar.

"Ion nanyi.. hu-um"
Bocah itu mengangguk-angguk.

Arthur terperangah. Manik tajamnya segera beralih pada Sam

"Kau dengar, Sam ? Dia bernyanyi, Sam !"

"T-tuan muda bernyanyi, Sir.."
Daripada Arthur, kedua mata Sam lebih dulu berkaca-kaca.

Sam yang menjadi saksi pertemuan keduanya sedari awal, sedari Arion belum pandai berbicara sampai bisa bernyanyi seperti sekarang tentunya tak kuasa menahan haru.

Arthur juga terlihat bangga sekali hingga berkali-kali memberi kecupan sayang di dahi si tuan muda kecil.

Seperti katanya, anak kecil yang dulu kekurangan gizi itu telah tumbuh jauh lebih baik dari sebelumnya.

Sehat, ceria dan bahagia hidup bersama mereka.

"Kamu putranya siapa, hm ?"

"Atul Econ~ Diddy ion~"

"Hahaha.. lihat, Sam! Dia bilang putranya Arthur. Putraku, Sam!"

Satu hal yang Sam yakini sejauh ini, kedatangan Arion jelas menjadi cahaya baru setelah keterpurukan sepeninggal Aruna.



•─────•°•❀•°•─────•

10th-November-2023

One last chapter to the End!
yoookkk bisa yoookkk💥

The Story Of ARIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang