•─────•°•❀•°•─────•
"Diddy.. Ayoo~"
"Sabar, sayang"
Arion mengamit tangan Arthur, tidak sabar keluar dari kamar. Arthur sedikit kesulitan karena kalau begini dia jadi harus menunduk agar Arion bisa memegang tangannya. Karena itu Arthur lebih suka menggendong Arion.
Arthur mengecup pipi Arion beberapa kali saat bungsunya sudah dalam dekapan.
Keduanya mengarah ke ruang makan, hanya mereka berdua pagi ini.Setelah dengan lahap menyantap sarapannya, si bocah anteng menunggu Kepala Maid membuatkan susu untuknya.
Tangan Arthur menyisir surai lembut Arion yang panjangnya sudah menyentuh bahu. Pantas saja waktu Argara mengajak jalan-jalan ke taman dikira anak perempuan.
Beberapa kali Arthur juga mendapati Arion kesusahan karena rambutnya yang kelewat panjang.
"Rambutnya dipotong, ya ?"
"Enggak"
"Kenapa, mau jadi Tarzan ?"
Pertanyaan Arthur tidak ditanggapi, Atensi Arion lebih dulu teralih pada Kepala Maid yang datang memberikan botol susunya pada Arthur"Diddy.. ion~"
Arion menggapai-gapai tangan Arthur, namun Arthur dengan sengaja menjauhkannya."Potong Rambut, ya ?"
Arthur mencoba bernegosiasi. Yang selanjutnya malah dibuat tertawa oleh tingkah Arion."Iya~"
Dipikirnya Arion akan merengek, menangis atau bahkan throwing tantrum seperti bocah-bocah biasanya. Ternyata malah langsung di iyakan begitu saja.
"Astaga, kamu bisa gampang diculik kalau seperti ini, Arion"
Sepertinya Arthur harus mulai membentuk Tim khusus untuk menjaga Arion nantinya. Bisa bahaya kalau begini.•°•❀•°•
"You sure can do it ?"
Arxel berdecak malas, kalau dihitung ini sudah kali ke empat Arthur bertanya padanya.
Arthur memang agak ragu, soalnya dia bahkan tidak pernah melihat Arxel memegang gunting, tapi karena Arxel terlihat pede sekali ingin memotong rambut Arion, jadi Arthur memberikan kesempatan.
"Be careful,"
Serius, tidak lucu kalau rambut Arion jadi pitak sebagian karena Arxel yang sotoy.Arthur memangku Arion, memegang dahinya agar kepala anak itu tidak bergerak-gerak, sementara Arxel bersiap dengan gunting dan sisir ditangannya.
3600 detik kemudian, helai rambut Arion sudah berserakan di lantai. Tidak ada lagi rambut gondrong sebahu, yang ada kepalanya jadi mirip batok kelapa sekarang.
Kedua pria beda generasi terdiam melihat hasil potongan itu.
Arion sendiri mengerjap melihat tampilannya di cermin, pipinya yang gembil jadi semakin terlihat sekarang, bulat seperti mochi.
"Yhaa.. Rambut mangkok!"
Argara datang-datang berujar dengan nada menyebalkan. Untungnya Arion belum mengerti kalau dia sedang diledek, yang baper malah Arthur."Kamu juga dulu botak"
Counter yang diberikan Arthur membuat Argara terdiam seketika. Giliran Arxel yang menertawainya"Pfft.. Botak"
"Lo dulu ingusan ya!"
Argara tidak terima, balas mengatai Arxel yang kemudian menghilang menyusul Arthur.Malam Hari, Arion seperti biasa diculik dari Arthur oleh Arxel & Argara. Mereka beruntung karena kebetulan Arthur masih punya beberapa pekerjaan di ruangannya. Kalau tidak mana mau si Duda mengalah lagi, Arthur bahkan sempat menyindir kedua putranya yang akhir-akhir ini lebih sering terlihat di Mansion.
Ketiganya nongkrong di ruang tengah.
Arxel dengan iseng mengganggu Arion yang sedang anteng, merebut botol susu si bocah lalu menjahilinya."Arion, up !"
"Lo pikir anjing, digituin"
Argara berdecak, Arxel memang kadang-kadang diluar nalar kalau sedang kumat."Here, Arion.. up ?"
"Arxel"
Arxel baru berhenti begitu tatapan Argara berubah menajam padanya.
Meskipun Arxel badannya lebih besar, tapi tetap saja, Argara itu mengerikan kalau sudah marah."Rambutnya kayak batok kelapa begini, disuruh siapa hm ?" Argara memberikan kembali botol susu Arion.
"Cel"
"Arxel yang bikin kamu jadi begini ?"
Arion mengangguk, mengerti kalau rambutnya berubah ditangan Arxel. Si pelaku yang merasa gemas kemudian mendekat, menciumi bocah kecil itu dengan brutal, Argara sampai jengah dengan tingkah absurd Arxel.
"Xel, mending ambilin minum,"
Argara bertitah, yang lantas bikin Arxel berdecak malas. Beginilah kenyataan anak bontot sebenarnya, kalau tidak disuruh-suruh ya dizolimi.
Selama 17 tahun Arxel mengemban beban sebagai anak bungsu diantara para pejantan di Mansion, Argaralah yang paling sering memanfaatkannya.Arxel dengan ogah-ogahan memenuhi permintaan Argara, Argara sendiri sibuk memainkan rambut baru Arion.
Beberapa menit kembali dengan beberapa kaleng soda, Arxel bahkan belum sempat duduk, namun Argara sudah memberi perintah lagi.
"Xel, ambilin gitar sekalian"
Arxel ingin sekali mengumpat, tapi karena sedang didekat Arion, juga karena Argara lebih tua darinya, umpatannya ditahan-tahan. Berubah jadi decakan. Memang Argara kalau diMansion kerjaannya mengganggu ketenangan.
Akhirnya, dengan lapang dada, Arxel kembali memenuhi permintaan Argara, wajah sepatnya ditertawai Argara yang kemudian mulai memetik senar gitarnya.
Arion yang mendengar suara gitar langsung tertarik, arah duduknya berubah pada si abang yang dimatanya terlihat mengagumkan.
Mata bulat Arion berbinar-binar takjub, Terpesona dengan suara Argara yang jernih sekali saat bernyanyi.
Melihat Arion yang terpesona dengan Argara, Arxel jadi tertantang. Tidak mau kalah, si pemuda mengambil alih gitar Argara.
"Arion, abang juga bisa, lihat ya"
Manik bulat Arion makin berbinar-binar, Arxel memainkan gitarnya lincah sekali. Kedua Abangnya sangat keren. Arion suka !
•─────•°•❀•°•─────•
28th-June-2023
![](https://img.wattpad.com/cover/288785790-288-k906959.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story Of ARION
Genel KurguArion si bocah berpipi bakpao yang kadar gemasnya sudah tak bisa lagi diukur. Bersama Ayah dan abang-abangnya yang tampan, Arion menyusuri hidup dengan penuh warna. __ 𝘾𝙤𝙥𝙮𝙧𝙞𝙜𝙝𝙩 𝙖𝙡𝙚𝙧𝙩 ©️ ‼️𝐎𝐫𝐢𝐠𝐢𝐧𝐚𝐥 Story only by ©𝙧𝙚𝙛𝙛𝙚𝙘𝙩...