PART 10. DI BAWAH POHON

10.1K 589 1
                                    

HAII👋

MOHON DUKUNGANNYA DENGAN VOTE DAN COMENT CERITA INI YA!

AKU AKAN BERUSAHA BIKIN CERITA INI SEMENARIK MUNGKIN:)

*Cerita ini murni dari pemikiran aku sendiri. Jadi, kalau pun ada unsur kesamaan dari segi apapun dengan cerita lain, maka itu benar-benar diluar dugaan dan kendali aku, ya!

Happy Reading!

PART 10. DIBAWAH POHON

Dia rapuh, tapi dia tidak lupa bagaimana cara untuk bahagia.

***

"Al?"

"Altair?"

Seorang wanita paruh baya yang masih sangat cantik itu mengernyit heran ketika tak mendapati sahutan dari sang anak.

Mariska, selaku bunda Altair geleng-geleng kepala melihat sang anak fokus pada ponsel sedari tadi.

Mata wanita itu melotot tak percaya ketika melihat putranya itu senyum-senyum sendiri menatap ponsel.

Ada apa dengan putranya sampai senyum seperti itu? apa dia bukan putranya yang dingin lagi? apa dirumahnya angker sampai putra tunggalnya itu ketempelan.

Mariska bergidik ngeri membayangkan.

"Altair?" panggilnya lagi.

Wanita itu mulai jengah.

"ALTAIRENDRA!" teriaknya yang membuat Altair terlonjak kaget sampai ponselnya hampir jatuh.

Altair menatap sang Bunda heran "Bunda kenapa teriak-teriak sih?"

Mariska mendelik. "Kamu bilang kenapa?"

"Kamu itu yang kenapa? dipanggil sejuta kali dari tadi nggak nyaut-nyaut!"

Altair diam. Benarkah? sungguh ia tidak dengar dan sadar bahwa bundanya memanggil sedari tadi.

Mariska menatap sang putra penuh selidik "Ngapain kamu lihat hp senyum-senyum tadi, ngaku sama bunda lagi liat apa?"

Tangan Altair spontan menelusuri wajahnya kaku. Tersenyum? bahkan ia juga tak sadar. S

memalukan!

"N-nggak lihat apa-apa, Bun."

"Kamu lagi deket sama cewek, ya?" tebak Mariska tiba-tiba.

Altair merubah raut datar. "Apaan sih Bun. Kata siapa?"

"Kemarin bunda denger dari Karel sama Ziyan waktu kesini."

"Katanya kamu lagi deketin cewek, terus katanya cantik banget. Itu bener Al?" terlihat raut binar dari Mariska.

"Ngarang itu." elak Altair, kembar beda orang tua itu benar-benar lambe turah.

"Bunda seneng tau kalo kamu beneran punya pacar. Itu tandanya kamu normal."

Altair melotot tak terima. "Bunda pikir anak bunda ini nggak normal?"

Mariska mengangguk. "Ya habis kamu itu ganteng iya, kaya iya, pinter iya, tapi bawa cewek? nggak pernah, pacaran? Nggak pernah juga."

Altair membuang napas kasar, ia melirik jam yang melingkar dipergelangan tangan. Pemuda dengan kalung berbandul singa dan jaket Esterlion itu menatap sang bunda.

ALTAIRAMORA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang