PART 22. SEKILAS KENANGAN

7.1K 393 23
                                    

HAII👋

MOHON DUKUNGANNYA DENGAN VOTE DAN COMENT CERITA INI YA!

AKU AKAN BERUSAHA BIKIN CERITA INI SEMENARIK MUNGKIN:)

FOLLOW WP: Iniruangkita
FOLLOW IG: @Iniruangkita.wp
FOLLOW TIKTOK: iniruangkita

SIAP BACA PART 22?

Let's Goooooo!🚃

Happy Reading!

PART 21. SEKILAS KENANGAN

Mari terus berjalan pada alur Tuhan, Jika menyerah sekarang, kamu tidak akan tahu seberapa besar balasan Yang Maha Esa persiapkan.

***

"Why?"

Altair menurunkan tangan Amora yang hendak menyuapinya.

Amora mengerjap beberapa kali.

Tatapan keduanya beradu.

"Kenapa sama masa kecil lo?" tanya Altair tanpa mengalihkan pandangannya dari Amora, tersirat sekali sesuatu yang sulit diartikan dimatanya.

Amora masih diam.

"Ra?"

"H-hah?" gadis itu tersadar, ia memalingkan pandangan, memandang Altair hanya akan memperlihatkan bagaimana bohongnya dia. "M-masa kecil gue kenapa emangnya? nggak papa kok." gadis itu tertawa hambar untuk mengalihkan perhatian.

Altair tidak bodoh. Ia sadar Amora seakan menutupi sesuatu.

"K-kayanya sandwichnya gue bawa pulang aja deh, gue udah kenyang banget soalnya." ucap Amora dengan gugup karena Altair masih terus memandangnya lekat.

Memang benar kata banyak orang jika seorang Altair memiliki aura intimidasi yang kuat, Amora bisa merasakan hal itu.

"Ngalihin perhatian?"

Amora meneguk ludah, ia mencoba untuk tetap tenang. Amora tidak boleh kalah dengan situasi ini. Gadis itu ia mendongak membalas tatapan Altair.

"Why Amora?" ulang Altair.

Dapat Amora lihat keseriusan dimata Altair yang sungguh ingin mendengar jawabannya.

Gadis itu berdeham sejenak kemudian menghela napas berat.

"Gue bukan lo, Hema, Ziyan, Karel, Jeff, Krisna, Virgo, Galen atau sahabat gue Soyya, Jessica, Milly, Florin..." Amora menarik napas berat.

"Gue bukan kalian, dengan segala kebebasan."

"Gue selalu punya batasan untuk melangkah, gue selalu punya batasan bahkan untuk mimpi gue sendiri. Kekhawatiran banyak orang selalu jadi beban yang nggak mereka paham."

Amora menunduk sekilas.

"Gue nggak tau harus cerita gimana, semuanya...."

"....terlalu panjang dan rumit, Al. Mungkin karena Papa terlalu sayang sama gue, mungkin karena dia takut dunia luar jahat sama gue, mungkin karena dia pengen gue selalu jadi putri di istananya."

Kringgg

Bunyi bel masuk terdengar nyaring.

Hal itu membuat Amora berhenti bicara.

Gadis dengan bandana itu tersenyum kearah Altair lalu berdiri, tanganya mulai membereskan barang-barang diatas meja dan meraih buku-bukunya.

"Semua lebih baik sekarang, nggak ada lagi yang beda antara gue sama anak-anak lain diluar sana." ujar Amora dengan kekehan pelan diakhir kalimat.

ALTAIRAMORA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang