PART 33. WAKTU BERSAMA

4.8K 235 1
                                    


Happy Reading!

PART 33. WAKTU BERSAMA

I love you, kata itu edisi terbatas dariku untukmu.

***

3 hari kemudian, Markas Esterlion

Altair fokus berkutik pada laptop didepannya. Ditempat ini, ia membagi waktu untuk gengnya dan juga urusan perusahaan yang Ayahnya berikan.

"Nggak capek?"

Suara itu membuat kepalanya menolah, mendapati Hema mengambil duduk disampingnya.

Altair menggedikkan bahu, seolah tidak punya jawaban untuk pertanyaan itu.

"Leader Esterlion sempurna banget ya, apa-apa bisa." Ziyan terkekeh, melihat Altair sedari tadi membuat ia kagum pada ketuanya itu, karena Altair membagi waktu dengan baik atas semua tanggung jawab yang ia punya, dan menurut Ziyan tidak semua remaja bisa mmelakukan hal itu termasuk dirinya.

"Lo yakin nerusin perusahaan bokap?"

Altair mencerna pertanyaan Virgo. Kemudian mengangguk ringan.

"Iya. Not bad."

"Pewaris tunggal, Dermagana Company." Galen datang dengan sekaleng minuman ditangannya. Menatap Altair dengan senyum menggoda. "Masa depan cerah udah pasti, ngapain Altair nggak yakin? banyak orang yang pengen gabung ke perusahaan Om Alex. Lah dia? Pewarisnya coy!" pemuda itu merangkul pundak Virgo dan memberikan kaleng minuman titipan wakil Esterlion itu.

Semua mengangguk membenarkan.

"Kalo gue gimana ya? kok bokap nggak suruh gue urus perusahaan?" Karel menunjuk dirinya sendiri. Mengigat ia juga anak tunggal kaya raya yang ayahnya juga punya perusahaan besar.

"Lo pikir Buaya tanah masuk kriteria Om Wira?" ucapan Jeff mengundang gelak tawa.

"Yakali fuckboy disuruh ngurus perusahaan, yang ada ancur monyet." Ziyan menggeplak bahu Karel dengan tawa pecah.

"Sialan lo! Sebel nih gue kalo pada jujur."

"Lo lihat Altair, nilainya bagus, apa-apa bisa, otak diatas rata-rata. Lah lo? Baru lihat buku paket aja udah mules."

Ucapan Galen membuat Karel meringis. Benar juga ya, mengigat kapasitasnya ia jadi malu sendiri.

"Yang penting cewek gue banyak." pemuda itu menyengir bodoh.

"Terserah lo dah." Ziyan angkat tangan tentang kepedean temannya itu.

"Semua bisa dikendaliin kalo lo mau belajar, dan punya keinginan."

Ucapan Altair membuat semua memperhatikannya serius.

"Dan mungkin gue udah nyaman kaya gini, bokap ngajarin gue banyak hal yang bikin gue jadi pengen kaya dia, dan gue berusaha untuk itu, tapi bukan jadi dia. Jadi diri gue sendiri yang lebih baik dari dia."

Semua orang tersenyum, Altair selalu bijaksana mungkin itu yang tidak semua orang bisa lihat dan rasakan, karena yang belum mengenal Altair lebih dalam hanya tau aura intimidasi dan kekuasaannya.

"Andai gue punya pemikiran kaya lo."

Celetukan Karel membuat Altair menaikkan satu alis, dibalas cengiran oleh pemuda itu.

"Ya, gue masih belum siap aja harus jadi orang bijaksana kaya lo, Al." Karel menggaruk pinggir kepalanya. "Gue masih belum punya gambaran kalo suatu saat harus hidup dengan kerja keras sendiri."

ALTAIRAMORA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang