PART 20. DARK CAFE

8K 435 32
                                    

HAII👋

MOHON DUKUNGANNYA DENGAN VOTE DAN COMENT CERITA INI YA!

AKU AKAN BERUSAHA BIKIN CERITA INI SEMENARIK MUNGKIN:)

FOLLOW WP: Iniruangkita
FOLLOW IG: @Iniruangkita.wp
FOLLOW TIKTOK: iniruangkita

SIAP BACA PART 20?

Let's Goooooo! ⏳

Happy Reading!

PART 20. DARK CAFE

Mereka yang menghadapi kenyataan menyakitkan, lebih susah mempertahankan kebaikan.

***

Altair tak henti-hentinya memijat dahi pusing kala suara-suara bak setan memenuhi telinganya.

"Sekarang dipipi kanan dulu." ucap Galen cekikikan.

"Besok pipi kiri." sahut Virgo menahan tawa.

"Besoknya didahi." sambung Jeff tertawa menggoda.

"Besoknya lagi dihidung." tambah Hema terkekeh.

"Kalo udah semua, langsung gas pada intinya!" semangat Karel.

"DIMANA TU?!" heboh Ziyan.

"Bibir."

Semua bersorak heboh, mendengar sahutan santai Krisna yang tidak seperti biasanya.

"10 detik lagi mulut lo semua nggak mau diem, gue kasih kejutan."

Seketika penghuni ruangan bernuansa dark itu menutup mulut. Tentu mereka tahu 'kejutan' seperti apa yang dimaksud sang ketua.

Altair berdiri. Berjalan ke arah balkon ruangan ini untuk mencari ketenangan.

Kejadian beberapa jam lalu di rumah Amora membuat ia jadi bahan topik teman-temannya setelah sampai dimarkas. Sialan memang, tapi biarkan, berhubung suasana hatinya didominasi senang ia akan berbaik hati sekarang.

Senyum simpul tiba-tiba muncul dari wajah tampan keturunan Dermagana itu. Altair sendiri masih tidak percaya akan seperti tadi.

"Astaga..." gumamnya merasa malu sendiri saat mengigat bagaimana ia mengecup pipi kanan gadis cantik bernama Amora.

Altair tidak pernah seperti ini sebelumnya, ia hanya mencoba mengikuti kata hati dan merasa harus melakukannya.

Pemuda itu membuang napas pelan, menatap pemandangan langit malam.

Pikirannya tiba-tiba teringat pada ucapan Baska. Orang yang cukup tidak ia sukai saat ini.

Pemuda itu berdecak pelan.

Batasan? Batasan seperti apa sebenarnya? Apa ada batasan untuk perasaan seseorang? Bukankah perasaan seseorang itu terjadi tanpa sadar, bahkan untuk membatasi belum tentu manusia itu sendiri mampu.

Altair menggeleng pelan. Malas untuk memikirkan hal yang merusak suasana hatinya.

Pemuda itu merogoh sesuatu di sakunya. Satu batang rokok dari bungkusnya dan sebuah korek ia keluarkan.

Mata Altair menatap kepulan asap yang ia buat.

"Suka lo sama dia?"

Suara itu membuat Altair menoleh.

Ia mendapati Krisna yang sudah berdiri disampingnya dengan sebatang rokok disela jari pemuda itu.

"Yang jelas kalo ngomong."

ALTAIRAMORA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang