19. Pernyataan

44.6K 6.7K 189
                                    

Daiva terbangun dari tidurnya dengan nafas yang terengah-engah. Ia memegang dadanya yang entah kenapa terasa sangat sakit, juga kepalanya yang pening.

Dia baru saja mendapatkan mimpi buruk, dimana dirinya berada di ruangan bawah tanah dengan Gideon dan Kanaya yang berada di depannya. Disitu dirinya terkurung dengan rantai yang membuatnya tak bisa bergerak bebas, Gideon memandangnya datar dengan Kanaya yang berada di pelukannya.

Akhir buruk.

Dirinya mati dipenggal di ruangan tersebut, oleh Gideon bukan oleh bodyguardnya.

Ia tahu, ini bukan ending kisah Daiva di novel, Daiva di novel tewas karena ulahnya sendiri. Namun ini?

Apakah itu takdir dirinya dimasa depan?

Dari awal, Daiva memang tidak menceraikan Gideon karena penyebab kematiannya bukanlah Gideon, melainkan ulah sendirinya. Kalau memang kematian Daiva di novel itu oleh Gideon, jelas Daiva akan meminta cerai. Juga, dirinya masuk ke dalam tubuh Daiva saat alur novel belum mulai.

Namun apabila masa depannya memang seperti yang ada di mimpi, bukankah ia harus bercerai dengan Gideon sekarang juga?

Ia memang sudah tidak begitu tergantung pada alur novel, namun bukan berarti kekhawatirannya akan hilang begitu saja. Bisa saja alur kembali berjalan seperti semula dan dirinya kembali menjadi antagonist. Dirinya tidak ingin sakit hati, ia hanya ingin merawat Hazel di dunia ini, itulah tujuannya.

Daiva takut, ia takut apabila alur kembali berjalan seperti yang seharusnya dan dirinya sudah terjatuh kedalam pesona Gideon. Dia tidak ingin merasakan sakit hati lagi, hatinya sudah lama kosong dan ia tidak mau sekali ada yang menempati hatinya, hanya akan memberikan rasa sakit baginya.

Bercerai adalah hal yang tepat. Kalau memang mimpi itu akan terjadi di masa depan, ia harus berpisah dengan Gideon dan hak asuh Hazel harus jatuh pada tangannya.

Biarkan Gideon dan Kanaya apabila mereka bersatu, toh lagipula mereka bisa membuat banyak anak. Sedangkan Daiva akan menjadi rich single mom, tentunya dengan membuka perusahaan.

Rencana pertama, cerai dengan suaminya. Ia yakin itu bukan hal sulit, apalagi Daiva dengan Gideon menikah tanpa rasa cinta antara satu sama lain.

Rencana kedua, buat hak asuh Hazel jatuh pada tangannya.

Rencana ketiga, membuka perusahaan makanan, contohnya mungkin brownies? Atau keripik dan kue kering.

Dan rencana terakhir, hidup bahagia bersama Hazel.

“Ku rasa itu bukanlah hal yang sulit,”

Turun dari kasurnya, Daiva melangkahkan kakinya menuju meja tempat ia sering menulis hal-hal yang tidak penting, bahkan alur novel 'Love for Kanaya' pun ia tulis disitu.

Daiva mengambil satu buku kosong, membukanya dan mulai menulis rencananya, maklum dirinya pelupa.

Setelah selesai, ia menutup buku itu dan menyimpannya di dalam laci, tak lupa ia terus bergumam agar ia tidak ceroboh lagi sampai membuat Gideon membaca bukunya.

Hari sudah sedikit siang, dan sekarang dirinya akan pergi ke ruang kerja Gideon. Pria itu akhir-akhir ini sering melakukan pekerjaannya di rumah dibandingkan di perusahaannya. Walaupun selama satu Minggu ini ia tidak pernah bertemu Gideon, dan lelaki itu seakan menghindar darinya.

Sebelum pergi ke ruang kerja Gideon, Daiva memutuskan untuk mandi terlebih dahulu. Hey nyonya besar harus terlihat rapih dan wangi kapanpun dan dimanapun!

Lima belas menit kemudian, Daiva sudah keluar dengan pakaiannya. Ia melangkah menuju cermin riasnya, menyisir rambut peraknya yang sedikit menyusahkan, padahal sudah ia potong, walaupun dikit.

ANTAGONIST WIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang