"Gideon?"
Gideon yang sedang berbincang dengan bodyguard nya, menoleh. Raut wajahnya terlihat sedikit terkejut, namun wajah bingungnya lebih mendominasi.
"Daiva, oh? Hazel?" Gideon terlihat lingung, apa saja yang ia lewatkan sampai-sampai ketika kembali sudah menemukan 'istrinya' yang sedang bersama 'anaknya'.
Daiva yang ia kenal memang tak menyukai Hazel, bahkan membencinya. Hazel pun selalu menjaga jarak pada sang ibunda. Namun sekarang, mereka terlihat benar-benar seperti ibu dan anak, karna sebelumnya mereka seperti orang asing.
"S-selamat datang, papa.." Hazel mendongak, menatap Gideon yang tak jauh dari tempatnya dan sang ibu, setelah itu ia kembali menyembunyikan wajahnya di dalam pelukan Daiva.
"Gideon, ada baiknya kamu beristirahat terlebih dahulu," Tegur Daiva ketika melihat Gideon yang masih termenung di tempatnya.
"Ah, ya." Gideon langsung melangkah menuju kamarnya yang terletak dilantai atas. Meninggalkan istri dan anaknya dengan rasa penasaran.
Daiva menunduk. "Itu ayahmu, El?"
Hazel menatap ibunya. "Papa Gideon emang papa El, memangnya mama pikil papa itu siapa?"
"Setan," Gumam Daiva.
"Tidak-tidak, lanjutkan saja acara menontonmu."
Daiva merenung, membayangkan wajah Gideon yang ternyata sangat tampan!
Mata merahnya yang tajam serta surai berwarna hitam, tak lupa rahang tegasnya dan juga postur tubuh idaman banyak pria dan incaran banyak wanita. Daiva yakin, pasti di dalam bajunya itu terdapat sixpack atau bahkan seven pack.
"Mama, El ngantuk.." Hazel menyeletuk, membuat Daiva tersadar dari lamunannya, ia tersenyum kecil lalu menggendong Hazel, membawa ke kamar miliknya.
"Tidur bareng mama, ya?" Daiva mengusap surai milik Hazel.
"Hu'um, tapi El bobo sama papa juga?"
"Emang El mau tidur bareng papa?" Daiva menoleh, di dalam novel, Hazel pernah beberapa kali tidur dengan Gideon, setelah Daiva tiada karena setelah itu Hazel jatuh sakit, bahkan bisa dibilang cukup parah, namun Hazel selalu menolak apabila akan diajak ke rumah sakit.
"T-tidak! El nda mau bobo cama papa.." Hazel menarik lengan Daiva, memeluknya dengan erat.
Dalam hati Daiva tersenyum senang, jadi begini ya rasanya punya anak? Syukurlah Daiva bisa merasakan punya anak tanpa harus merasakan betapa sakitnya melahirkan, hehe.
Daiva memeluk tubuh kecil Hazel, mencium aroma tubuh Hazel yang khas dengan tubuh para bayi. Hazel yang memang baru saja selesai mandi dengan piyama biru laut yang berhiaskan bintang-bintang itu begitu lucu!
"Baik, ayo tidur. Bukannya besok kamu sekolah?" Daiva membenarkan bantal Hazel.
"Ya! Hazel mau sekola! Tapi.. Hazel nda mau sekola di lumah.." Hazel menunduk, ia sedikit takut karena ia baru dekat dengan Daiva, namun sudah meminta-minta.
Daiva mengangguk. Dari ingatan Daiva yang didapatkan pada saat ia ketiduran di ruang bermain Hazel, Hazel ini home schooling. Sayang sekali, padahal seharusnya Hazel sedang asik bermain dengan temannya di masanya sekarang.
"Baik, nanti mama bakalan ngomong ke papa, ya.. sekarang ayo tidur," Daiva turun dari kasur untuk mematikan lampunya, dan kembali ke kasur dengan lengannya yang memeluk Hazel seolah Hazel adalah magnet bagi dirinya.
Sedangkan di ruangan sebelah, terdapat seorang pria yang sedang duduk di kursi sofa, matanya menatap kearah layar tab nya yang menayangkan hasil cctv tadi siang, di lorong yang menghubungkan ruang tamu dengan dapur.
Disitu terdapat Daiva dan juga Hazel yang sedang asik bercanda gurau sembari berjalan. Bahkan Gideon sampai tersedak cola-nya karena melihat Daiva yang mencium bibir Hazel, skinship antara ibu dan anak yang begitu kentara.
"Sebenarnya, apa yang aku lewatkan selama sebulan ini?" Gumam Gideon. Matanya menatap kearah layar dengan tatapan rumit. Seperti ada yang disembunyikan oleh Daiva selama ini.
Apa Daiva sebenarnya menyayangi Hazel? Namun karena tak ingin terlihat seperti wanita lemah lembut, ia menyiksa Hazel apabila Gideon ada, dan kembali menyayangi Hazel seperti anaknya sendiri apabila Gideon tak ada.
Gideon kenal Daiva, karena ia adalah kaka kelas Daiva pada saat bangku SMA. Daiva dikenal sebagai orang yang keras kepala, pembangkang, dan tempramental, juga mudah terpancing emosi. Sifatnya terlihat seperti anak nakal, itu sengaja karena ia tidak ingin terlihat lemah, apalagi ia pada saat SMA baru saja kehilangan adiknya.
Fakta yang belum diketahui oleh banyak orang, bahkan yang membaca cerita 'Love for Kanaya' adalah Daiva memiliki satu adik yang meninggal karena kecelakaan, dan Daiva sebagai saksi merasa begitu terpukul karena tidak bisa menyelamatkan adiknya.
Padahal, sebelumnya ibunda Daiva pernah bercerita pada Gideon bahwa Daiva adalah perempuan yang lemah lembut, bertutur baik, dan sopan.
Gideon menghela nafasnya. Lebih baik ia kembali mengerjakan pekerjaan kantornya, baru mengurusi urusan sang istri dan anaknya. Memang pada dasarnya, seorang CEO sibuknya seperti malaikat.
--[]--
Di ruang makan, terdapat sepasang suami istri dengan satu anaknya yang sedang asik menikmati makanan. Hanya ibu dan anak sih, karena sang kepala keluarga asik menatap interaksi antara ibu dan anak tersebut.
Lihat bagaimana manisnya Daiva yang menyuapi Hazel, dan Hazel yang menerima suapan dari sang mama dengan senang hati.
"Nah! El harus makan banyak, agar tumbuh sehat juga tinggi, oke?" Perintah sang mama, wajahnya terlihat sumringah.
"Bwawik, mwa!" Jawab Hazel dengan mulutnya yang penuh.
"Telan dulu makanannya, baru jawab," Tegur Daiva.
Gideon terlihat linglung. "El? Siapa itu El?"
Daiva menghentikan aktivitas menyuapnya, lalu menatap Gideon yang duduk di kursi sebelah kirinya, namun tempat duduknya mengarah pada dirinya.
"El adalah panggilan dariku untuk Hazel, lucu bukan?" Daiva menyunggingkan senyumnya. Ia yang pertama kali memberi nama panggilan untuk Hazel! Sebelumnya belum ada yang memanggil Hazel dengan sebutan El karena lebih banyak yang memanggilnya dengan sebutan tuan muda.
Gideon mengernyitkan keningnya. Kenapa Daiva terlihat senang sekali?
"Mom, El sudah selesai.." Daiva menoleh, lalu tersenyum manis dan mengecup dahi Hazel.
"Anak mom memang pintar, nanti kamu main dulu sama Mbak Dara sebelum gurunya datang, ya?"
"Mom mau kemana?"
"Mom mau ngobrol bentar dulu sama papa Gideon," Daiva menghela nafasnya ketika melihat Hazel sudah berlari dengan Dara yang mengikutinya.
"Gideon, we need to talk."
Menyuruput kopinya sebentar, Gideon menatap istrinya bingung.
"Dimana?"
"Ruang tamu."
Dan di sinilah mereka berada, Ruang tamu.
"Apa yang ingin kamu bicarakan?" Gideon membuka percakapan, karena sedari tadi Daiva hanya terdiam saja.
"Aku ingin kamu mendaftarkan Hazel ke taman kanak-kanak. Aku ingin dia memiliki teman, daripada home schooling," Ucap Daiva, matanya menatap Gideon penuh harapan. Ia hanya ingin Hazel bahagia, contohnya dengan memiliki teman, karena ia belum tentu bisa bersama dengan Hazel.
Gideon terdiam mendengar ucapan Daiva yang lebih mengarah ke memohon.
Kecurigaannya semakin menjadi-jadi. Jadi memang selama ini Daiva menyayangi Hazel?
Atau ada hal lain yang istrinya sembunyikan...?
TBC.
Double update (Eh apa Triple update ya) karena yg baca makin banyak! Hehe. Jangan lupa share cerita ini ke temen kalian ya~💖👋🏻
![](https://img.wattpad.com/cover/289332697-288-k286997.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTAGONIST WIFE
FantasiFOLLOW SEBELUM MEMBACA UNTUK INFO TTG CERITAKU^^! [Hyewonwibu Fantasy stories series #1] Asha harus kehilangan nyawanya pada saat tepat sehari setelah ulang tahunnya yang ke-22 tahun. Ia harus meninggalkan keluarganya, teman-temannya, bahkan kucing...