15. Mabuk

60.4K 9.1K 229
                                    

Daiva mengeratkan pelukannya pada bantal guling, apa yang tengah ia lakukan? Jawabannya adalah bersantai diatas kasur empuknya. Memikirkan banyak hal yang tak sesuai dengan apa yang ada di novel.

Sekarang jam dua pagi, namun wanita cantik beranak satu itu belum tertidur. Entah kenapa, semenjak kejadian Kanaya datang, dirinya selalu susah tidur.

Karena semua hal yang terjadi tak sesuai dengan apa yang ada di novel! Memang sih ia tidak boleh begitu bergantung pada novel, karena hadirnya ia di tubuh Daiva saja sudah membuat alur novel menjadi berubah, tapi ia tidak benar-benar menyangka bahwa alurnya akan berubah begitu banyak.

“Apa yang harus kulakukan, Kanaya harusnya jatuh cinta pada pandangan pertama pada Gideon, namun, ia malah jatuh cinta pandangan pertama pada Arta,” Daiva mengacak rambutnya frustasi, ia baru saja ingat bagaimana ending novel tersebut. Novel dengan sad ending dimana Gideon yang tewas tertembak dan Kanaya yang meninggal karena frustasi akibat kehilangan suami dan janin anaknya. Kalau mereka tidak bersatu, mungkin mereka memang tidak akan mendapatkan akhir mengenaskan seperti itu. Tapi bisa saja mereka akan dapat akhir yang lebih mengenaskan, dan Daiva khawatir.

Banyak pikiran negatif yang hinggap di kepala Daiva, sebelum ketukan pintu kamarnya membuat ia tersadar.

“Apa ada yang masih bangun jam segini selain aku?” Ia melirik kearah jam dinding, lalu menghampiri pintu dengan sedikit ketakutan, takutnya ternyata itu merupakan hantu yang mengetuk.

Pintu kamarnya ia buka, tubuhnya terdorong kebelakang bahkan hampir terjatuh. Seseorang tengah ambruk dalam pelukannya.

“Daiva..” Lirih orang tersebut tepat disebelah telinga kiri Daiva, apalagi nafas orang itu yang menggelitik lehernya, membuat Daiva harus menahan nafasnya.

“Bisakah kau melepas pelukannya?” Daiva berusaha menyingkirkan kedua tangan orang tersebut yang masih melingkari pinggangnya.

Orang itu menolak, bahkan semakin mengeratkan kedua tangannya yang melingkari pinggang Daiva.

“Lepaskan! Kau mau aku bawa ke ranah hukum karena telah melakukan pelecehan pada diriku?!” Teriak Daiva, sebelum bibirnya ditutup oleh lengan besar orang didepannya.

“Kau tidak merindukanku?”

Daiva menatap tajam kearahnya. “Buat apa aku merindukanmu?!”

“Nyonya Vector ini kenapa galak sekali sih?” Terkekeh pelan, orang yang berada didepan Daiva itu melepas pelukannya lalu menarik lengan Daiva menuju ranjang, tentunya Daiva memekik.

“KAU PRIA MESUM, LEPASKAN AKU!”

Tubuh Daiva dilempar begitu saja kekasur, membuatnya harus mengaduh kesakitan sembari mengusap punggungnya.

“GIDEON, KU TENDANG MASA DEPANMU NIH YA?” Ancam Daiva, namun dihiraukan oleh Gideon, ia tidur disebelah Daiva lalu memeluknya seolah-olah Daiva adalah bantal guling yang nyaman.

“Ugh, bisakah kau lepaskan pelukan ini? Kita tidak sedekat itu, Gideon,” Daiva menggeliat tak nyaman, namun Gideon hanya bergumam tidak jelas, membuat wanita itu emosi dan segera memukul wajah tampan Gideon dengan telapak tangan kirinya.

“Sakit..” Cicit Gideon yang seketika membuat bulu kuduk Daiva berdiri, ia menjaga jarak dari Gideon yang aneh malam ini.

“Bau alkohol.” Daiva menjepit hidungnya dengan jari jempol juga telunjuknya. Terdiam beberapa saat sampai atensinya menatap kearah Gideon yang sedang menatapnya juga.

“Kau mabuk? Pantas saja orang aneh gila kerja ini bertingkah seperti anak kecil,”

“Aku ingin tidur disini,” Masih dengan pakaian kerjanya, Gideon menutup matanya berusaha tertidur, yah.. sebelum Daiva menepuk wajahnya berkali-kali.

ANTAGONIST WIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang