"Jay ini bekal buat kamu"
Hanya dalam kurun waktu dua hari Thalia kembali ke aktivitas semulanya.Menempeli Jayden selama hampir dua puluh empat jam.
Kegiatan nya setiap hari adalah memastikan apakah Jayden sudah berada di sekolah.Lalu dia akan mencari-cari kesempatan untuk mengintili pria itu kemanapun kecuali ke toilet.
Tak jarang ia juga akan berkunjung ke rumah bak istana pria itu tanpa rasa malu.Bahkan ia dan mama Jayden sudah saling mengenal.
Hal itulah yang membuat Jayden semakin risih.Karena Thalia itu seolah tidak punya urat malu.Kalimat sesadis apapun yang keluar dari mulut nya tak pernah gadis itu ambil hati.Mungkin iya terkadang Lia akan tersinggung tapi hanya dalam sehari atau dua hari gadis itu pasti akan kembali mengganggu Jayden.
Jay menatap sinis wajah cerah Lia yang sedang tersenyum manis.Bukannya terpesona Jayden malah menganggap senyuman itu sangat menyebalkan.Dia benci wajah sok ramah Thalia.Dia selalu merasa jijik ketika gadis itu menyapa seseorang dengan wajah manisnya.Dia menganggap bahwa Thalia hanya memasang fake smile ke semua orang.
Dia merasa bahwa Thalia itu aslinya hanya gadis manja yang sangat egois.
"Ngapain lagi Lo kesini?"
"Thalia buatin Jayden bekal nih di ambil ya?"
Thalia benar-benar bermuka tebal.Bahkan ketika di tatap sinispun senyuman nya tidak pernah luntur.Dia seolah sudah biasa dengan perlakuan Jayden itu.
Sementara Jayden sendiri sudah bergidik geli.Dia sangat tidak suka jika Thalia bertingkah imut di hadapan nya apalagi ketika menyebut namanya sendiri seperti tadi.Rasanya menggelikan.
Jayden yang sudah tak tahan lagi berada disitu langsung pergi begitu saja."Jay ini bekal kok gak di ambil sih?"
"Heh pendek Lo tuh caper banget sih,napa maksa banget sih kan Jay enggak mau ngambil sampah buatan lo itu jangan maksa dong!"
Lia menatap Rea yang juga menatap nya sinis sambil mengangkat dagu."apa Lo berani sama gua? Cih dasar cewek gak punya harga diri yuk guys ngantin"
Rea menyenggol bahu kiri Lia lalu di ikuti kedua antek-anteknya di belakang.
Setelah ketiga primadona itu pergi,Lia kembali di hadapkan dengan teman-teman Jayden.Sontak saja Lia memasang senyuman ramah yang di balas decakan oleh lima pria tampan di hadapan nya.
"Lia udah berapa kali sih gue bilang kalau Jay itu enggak suka sama lo jadi mending berhenti deh ngejar dia masalah nya kita-kita juga kena amukan kalau dia lagi bad mood"
"Benar tuh kata Maheesa,lu tuh cewek Lia bukan apa ya gue cuma kasih tahu aja tingkah Lo yang kek gini tuh malah kayak cewek murahan tau yang ada Jayden malah tambah risih deket-deket sama lo"
Maheesa menyenggol bahu Sean karena perkataan sahabat nya itu sedikit berlebihan.Tapi bukan nya merasa bersalah Sean malah terlihat biasa-biasa saja karena melihat Lia yang tak merespon.Gadis itu masih tersenyum ramah seolah dirinya benar-benar tak memiliki urat malu.
"Ish udah biarin aja sih sayang,tuh liat Lia nya aja sadar enggak kesinggung tuh"ucap Silvia sembari menarik lengan kekasih nya itu menjauh.Langkah mereka di ikuti Sean Satya Azka dan juga Riki yang sempat menepuk bahu Lia dua kali sambil berkata.
"Mending Lo nyerah aja deh Lia"
Setelah itu mereka meninggalkan Thalia sendiri di depan pintu.
Setelah merasa tak ada siapa-siapa lagi di sana Lia merendahkan bahunya dengan ekspresi wajah murung.Senyumannya seketika luntur.
Bohong jika dia berkata tidak tersinggung dengan perkataan Sean.Dia juga manusia biasa jadi tentu saja memiliki urat malu.Hanya saja tidak mungkin kan dia menunjukkan nya di hadapan semua orang setelah semua yang ia lakukan pada Jayden selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY JUAN |ON GOING!
FanfictionSedikit potongan cerita... "Kamu ngapain di sini?" Juan menatap wajah jelita di hadapan nya cukup lama."nemenin cewek yang lagi patah hati" Juan menaikkan sebelah sudut bibirnya sebelum ikut menatap ke depan."gak usah sedih Lo emang gak cocok jadi q...