Juan duduk menyender santai di kursi kantin.Tak seperti teman-teman nya yang sibuk makan Juan sendiri memilih menunggu kekasihnya.
Satu meja yang di isi oleh sebelas orang itu makan dengan khidmat tanpa ada kerusuhan seperti biasa.Suasana di antara mereka memang sedikit dingin.Tapi siapa yang peduli,Juan malah cuek-cuek saja.
Dia bahkan tak menghiraukan teman-teman nya saling menyenggol satu sama lain.Seakan memberi isyarat yang entah apa itu?
Orang itu Riki.Dia sudah dari tadi menyenggol Azka gemas lantaran sahabat nya itu tak kunjung mengeluarkan suara.Padahal mereka semua menanti orang itu berbicara pada Juan.
Kesal karena Azka tak kunjung bercuit akhirnya Riki angkat suara."Juan itu Azka pengen ngomong sesuatu sama Lo"
Azka mendelik ke arah Riki sementara sang empu hanya menyengir tanpa dosa.
Juan langsung mengalihkan tatapan nya pada Azka dengan sebelah alis menukik.Mau bicara apa temannya yang satu ini,padahal mereka kemarin baru saja adu bacot.
"Gue enggak nerima kritikan jadi kalo bacotan Lo gak penting mending gak usah" ujar Juan dengan tampang sombong.
"Buset dah tuh muka songong amat!" Komentar Azka namun Juan hanya abai.
"Gue cuma mau minta maaf Juan soal kemarin,kayaknya gue terlalu mencampuri urusan asmara Lo deh"
"Nyadar juga Lo"
"Anjing lu!"
"Kan bener,lain kali harus tahu menempatkan diri"
Azka mendadak malu sendiri mengingat kelakuan nya kemarin.Padahal kan Juan sendiri tak pernah mencampuri atau pun berkomentar jelek tentang diri nya.Lalu mengapa dia begitu bersemangat menyudutkan sahabat nya itu kemarin?
Untung saja dia masih memiliki teman-teman yang pengertian dan bisa menasehati nya hingga ia tahu letak kesalahannya.
"It's okey bro gue udah maafin,gue juga mau minta maaf karena kemarin tertbawa emosi"
Azka dan yang lain akhirnya bisa bernapas lega.Memang Juan tidak sering nimbrung candaan mereka tapi jika ada masalah pasti orang itu yang nomor satu berada di pihak mereka dan siap mencari solusi penyelesaian.Jadi mereka merasa sangat aneh jika Juan mendiami mereka.Apalagi jika pria itu marah.
Serasa ada batu yang mengganjal di hati para sahabat nya.
Tak lama kemudian ekspresi Juan menjadi sumriang melihat kedatangan kekasih nya yang di apit oleh dua sahabat gadis itu.
Juan menepuk bahu Riki di sebelah nya sebelum beranjak."gue kesana dulu bro"
Tak tahu saja dia jika orang yang ia tepuk sudah cengo melihat kelakuannya.Riki hanya bisa mangap dengan mata terus menatap ke arah Juan.
"Gue gak salah liat kan itu Juan barusan senyum kan?"
Tak ada yang menjawab karena mereka semua juga terkejut.Juan bukannya tidak pernah senyum hanya saja senyuman pria itu selalu sinis atau terkesan di paksakan sedang kan yang tadi itu berbeda.
"Sean coba tabok pipi gue kayaknya gue belom bangun deh"
PLAKKKK
"YAH JANCOKKK DI TABOK BENERAN LAGI!"
"kan Lo sendiri yang bilang geblek!"
Riki meringis memegang pipi tirus nya yang merah habis di tampar Sean.Perih nya bukan main karena Sean sengaja memakai tenaga dalam.Punya dendam kesumat diatuh sama si Riki.
Yang lain malah menertawai mereka membuat Riki tambah dongkol."apa lu ketawa-ketiwi awas aja gak gue terakhir abis ini"
"Tenang kita masih punya bank berjalan"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY JUAN |ON GOING!
FanficSedikit potongan cerita... "Kamu ngapain di sini?" Juan menatap wajah jelita di hadapan nya cukup lama."nemenin cewek yang lagi patah hati" Juan menaikkan sebelah sudut bibirnya sebelum ikut menatap ke depan."gak usah sedih Lo emang gak cocok jadi q...