Hari ini seperti biasa Thalia lebih banyak menghabiskan waktu istirahat bersama Juan di banding dua sahabat nya.
Pria itu memonopoli nya, bahkan melarang Lia jauh dari pandangan mata. Alhasil Thalia hanya bisa duduk diam di samping Juan. Mungkin dia tidak akan mendadak jadi sependiam ini jika mereka hanya makan berdua. Tapi sekarang, Juan mengajak nya bergabung bersama teman-teman pria tersebut.
Paling menyebalkan nya lagi ialah tepat di depan mereka ada Jayden dan Stella. Membuat kepala Lia semakin menunduk dan lebih memilih makan dengan tenang.
Juan sebenarnya sadar dengan sikap kekasih nya tersebut. Dia merasa bersalah, mengajak Thalia bergabung bersama circle nya. Sebenarnya Juan hanya ingin orang-orang terdekat nya menerima Thalia, termasuk para sahabat nya.
Juan berharap mereka menerima Thalia, namun seperti nya image yang gadis itu bangun sebelum kedatangan nya membuat yang lain membenci Thalia.
Di bawah meja, telapak tangan Juan menarik sebelah tangan Thalia yang menggantung. Menggenggam nya agar membuat gadisnya sedikit lebih nyaman.
Thalia terkejut. Diam-diam menatap ke samping, dimana wajah Juan tidak menunjukkan ekspresi apapun. Namun di balik meja jemari pria itu mengelus-elus lembut tangan nya.
Sedikit terhibur, Thalia pun akhirnya membalas genggaman Juan.
Mereka akhirnya makan dengan tenang sambil berpegangan tangan di bawah sana, tanpa ada yang tahu.
Sedari tadi yang lain sebenarnya selalu mencuri-curi pandang ke arah Thalia. Utamanya Rea yang terbakar api cemburu habis-habisan. Mengutuk dalam hati karena bisa-bisa nya Juan mengajak duduk perempuan sialan itu di dekat mereka.
"Gak usah lirik-lirik," ujar Juan dengan suara tenang. Dia tahu semua temannya sedari tadi selalu mencuri pandang ke arah Thalia. Di tambah tatapan mereka sama sekali tidak bersahabat.
Tidak ada yang membalas ucapan Juan. Meskipun mereka tidak suka Thalia berada di antara mereka namun kali ini mereka harus menahan diri. Sebab ada Juan, jangan sampai pria itu mengamuk jikalau melihat kekasih nya di hina.
Lia sendiri berharap waktu cepat berlalu agar dia bisa segera pergi dari tempat ini. Tidak ada kenyamanan sama sekali, semua tatapan disana membuat ia tertekan kecuali Juan.
Skip
Di saat Thalia sedang diam melamun, tiba-tiba saja Paula menyolek lengan nya dari belakang. Tidak hanya Lia, gadis itu juga mengintruksi Jesslyn agar menoleh ke belakang.
"Ssk Ssk, Lia Jess cepet ngadep sini, gue punya berita penting," bisik Paula.
"Apasih ul, tuh liat ibu Yani di depan kalau sampe ngeliat gue ngadep belakang mampus kita," balas Jesslyn yang juga berbisik.
"Yaelah Jess bentar doang kali, ini penting banget."
"Lebih pentingan nasib gue kalau sampe ketahuan sama ibu Yani, udahlah Lia gak usah di perhatiin," ujar Jesslyn lalu kembali menatap ke depan.
"Tapi ini tentang Juan...,"
Seketika Thalia dan Jesslyn menoleh ke belakang secara bersamaan dengan ekspresi yang berbeda-beda.
"Juan kenapa?" Dan itulah kalimat pertama yang keluar dari mulut Lia. Paula tersenyum misterius.
"Lo bikin gue gregetan tau, ayo cepet ngomong sebelum ibu Yani ngeliat!" Jesslyn juga merasa penasaran. Jiwa kepo nya berkobar-kobar jika soal bahan gosip.
"Iya-iya sini gue bisikin!"
Thalia dan Jesslyn menghadap kebelakang sembari sesekali melirik ibu Yani manakali mereka kedapatan tidak memperhatikan guru itu menjelaskan.
"Cepetan ul bego!"
"Astaga sabar Jess."
Setelah mengambil posis nyaman Paula pun memulai cerita nya.
"Gue kan punya abang namanya Bagas, nah abang gue itu ternyata temenan sama abangnya Juan...," jelas Paula.
"Hah serius? Gue baru tahu kalau bang Bagas kenal sama abangnya Juan," sela Jesslyn.
Berbeda dengan Jesslyn, Lia malah bingung sendiri,"emang Juan punya abang ya?"
Pertanyaan Lia membuat kedua sahabatnya sedikit terkejut.
"Lo gak tahu?" Tanya Jesslyn yang di balas gelengan oleh Lia.
"Juan gak pernah cerita sama Lo?" Lanjutnya bertanya dan kembali di jawab Lia dengan anggukan.
Jesslyn menghela napas laku menatap wajah cemberut Thalia.
"Gak usah cemberut, gue yakin suatu hari Juan pasti cerita dan ngenalin Lo sama keluarga nya," ujar Jesslyn dengan senyuman penuh keyakinan. Namun Thalia malah bingung dengan ucapan sahabat nya tersebut.
"Hah? Maksudnya?"
"Udah-udah, kalian ini mau dengerin gue cerita apa mau curhat sih," keluh Paula, soalnya dia di abaikan begitu saja.
"Ya salah lo sih, lama banget ceritanya!"
"Udah ayo lanjutin aja ul," intruksi Lia.
"Semalem gue enggak sengaja denger pembicaraan bang Bagas sama abangnya Juan pas mereka telponan, dari yang gue denger-denger abang gue di ajak ke base camp nya buat nonton boxing...,"
Belum selesai bercerita, lagi-lagi ucapan Paula di potong oleh Jesslyn,"terus hubungan nya sama kita dan Juan apa coba?"
Paula menarik napas, mencoba menahan emosi yang bergerumul di kepala nya. Jangan sampai di menempeleng Jesslyn dan membuat mereka bertiga di hukum ibu Yani karena ribut saat jam pelajaran.
"Ya makanya dengerin gue selesai cerita dulu Jess-lyn-lyn!" Ucap Paula penuh penekanan. Sementara sang empu hanya menyengir tanpa dosa.
"Ya udah sih monggo!"
Paula merotasi bola matanya lalu kembali memasang ekspresi serius.
"Gue denger yang bakal tanding boxing itu Juan...,"
"Apa?" Lagi-lagi ucapan Paula di potong namun kali ini pelaku nya Thalia. Gadis itu tidak bisa menahan ekspresi terkejut nya. Juan akan beradu jotos di atas ring? Itu adalah berita buruk. Karena Lia yakin pria itu pasti menyembunyikan sesuatu darinya.
"Terus yang jadi lawan Sparring nya Juan siapa, gak mungkin abangnya sendiri atau abang lo kan?"
"Gue juga kurang tahu karena pas gue mau denger lebih lanjut, bang Bagas nangkep basah gue nguping di pintu kamar nya."
Seketika Jesslyn tertawa, dan hal itu berhasil menarik perhatian seluruh penghuni kelas ke arahnya. Utamanya ibu Yani yang menatap nya datar.
"JESSLYN THALIA PAULA DENGARKAN IBU JANGAN HANYA ASIK GOSIP DI BELAKANG!"
"Iya Bu." Jawab mereka serempak sebelum kembali ke posisi masing-masing. Namun Thalia sudah kehilangan fokus. Pikiran nya terus berkelana tentang Juan yang akan Sparring sore nanti. Mendadak rasa khawatir menyerang. Apakah ini pertanda bahwa dia sudah jatuh cinta pada Juan?
Tapi menurut Thalia, entah perasaan apapun itu. Yang terpenting Juan tidak boleh terluka.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
MY JUAN |ON GOING!
Hayran KurguSedikit potongan cerita... "Kamu ngapain di sini?" Juan menatap wajah jelita di hadapan nya cukup lama."nemenin cewek yang lagi patah hati" Juan menaikkan sebelah sudut bibirnya sebelum ikut menatap ke depan."gak usah sedih Lo emang gak cocok jadi q...