Chapter 22

90 17 0
                                    

Juan menatap datar layar ponsel nya yang sedari tadi menampilkan room chat antara dirinya dan juga Thalia.Gadis itu sedari tadi pagi tidak membalas pesannya.Bahkan melihat nya pun tidak.

Di tambah tadi pagi Juan tidak sempat menjemput kekasih nya itu lantaran bunda Una yang tiba-tiba minta di antar ke toko bunga.Mana sempat mau jemput Thalia,pas mengantar bundanya pulang ke rumah pun ia hampir terlambat masuk ke sekolah.

Dasar bundanya itu,katanya takut naik gojek sama taksi.Makanya suruh antar sama dedek.

"Woy Juan kenapa tuh muka asem bener dah di liat?"

Juan tidak menggubris ledekan Satya.

"Njirr gue di kacangin"

"Biasalah orang yang lagi kasmaran dunia serasa milik berdua yang lain mah ngontrak" oceh Riki sembari menyuap mulut nya kuah bakso.Sedang menyindir seseorang dia tuh.Dan pura-pura tidak melihat orang yang sedang ia sindir.

"Oi Riki rengginang dari kemarin lu kek nya hobi banget deh nyindir gue"

"Maaf ya bapak Maheesa disini tak ada yang bernama Riki rengginang adanya Anggaresta Zikri yang tampan menawan tak ada lawan"

"Bisa aja lu remahan ketela" Satya berniat menoyor kepala Riki tapi tidak berhasil.

"Bilang aja syirik!"

Perdebatan mereka terhenti setelah Juan beranjak meninggalkan meja yang mereka tongkrongi.

"woy Juan mau kemana lagi lo?"

Teriakan Riki tak di gubris oleh Juan.Pria itu terus berjalan keluar dari kantin."tuh orang dari kemarin sok sibuk banget sih,heran gue"

Riki yang di abaikan begitu saja oleh sang sahabat malah mendapat ledekan dari yang lain.

"yee~lu sih gak pumya doi jadi gak tahu gimana rasanya jadi Juan"

Dan sudah pasti manusia paling terdepan adalah Maheesa.Yang lain mah bagian tertawanya doang.

Juan berjalan masuk ke dalam kelas Thalia tapi dia tidak melihat keberadaan kekasih nya itu di dalam kelas.Beberapa teman Lia yang melihat Juan memeberitahu jika gadis berada di UKS.Hal itu langsung membuat rahang Juan mengeras.Terbuktikan ucapannya,gadis itu berada di sana pasti karena aksi kekanankannya sendiri semalam.

Tanpa piker Panjang lagi Juan segera melangkah ke arah ruang kesehatan.Tapi ketika berada di lorong koridor dia malah bertemu dengan Paula yang berjalan tergesa-gesa.Raut wajahnya juga terlihat sangat cemas,sampai-sampai tidak menyadari jika Juan berjalan berlawanan arah dengannya.Pikiran Juan langsung tak tenang.

Ditahannya lengan Paula hingga gadis itu terjengkit kaget."Oh my god!Juan?..."Paula sempat loading sebentar sebelum sadar."JUAN? ASTAGA! Juan i-itu Thalia lagi demam parah g-gue baru mau manggil petugas kesehat-"

Juan sudah pergi sebelum Paula menyelesaikan kalimat nya.

Di sepanjang lorong beribu umpatan Juan keluarkan entah untuk siapa.Dia marah pada dirinya yang tak bias menjaga kekasih nya bahkan dalam hal kecil seperti ini sekalipun.

Sesampainya di depan ruang kesehatan,Juan langsung membuka paksa pintu di hadapannya.Hingga membuat dua gadis di dalam tersentak.

"Juan?'

Suara serak itu,wajah pucat dan tatapan lemahnya.Juan menggeram,menekan segala amarah nya agar tak ia keluarkan di hadapan sang kekasih.Alhasil suara yang ia keluarkan terdengar rendah namun menakutkan bagi Thalia."kan udah gue bilang"

"katanya dari semalem,gue udah ngelarang dia ke sekolah tapi dianya tetep aja ngeyel"

Jelas Jesslyn tanpa tahu situasi jika sahabatnya itu sekarang sedang ketakutan.Tatapan Juan tak pernah beralih darinya.Bahkan Thalia berani bertaruh jika pria itu tidak berkedip sama sekali.Tatapan yang sama seperti biasa,sangat mengintimidasi namun kali ini di barengi amarah di dalamnya.Thalia sampai tak sanggup menatapnya lama-lama.

MY JUAN |ON GOING!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang