Di sepertiga malam segerombolan muda mudi terlihat memenuhi jalan eks Bandara Kebayoran. Tempat yang dulunya menjadi pusat penerbangan itu kini menjadi tempat favorit bagi para pembalap liar untuk menunjukkan aksi.
Termasuk dari geng Silas dan Linus yang malam ini akan bertanding, adu kecepatan.
Di kubu kanan ada anggota inti Silas juga beberapa pengikut mereka. Sementara di seberang sana ada si penantang Diego dan anggota geng Linus.
Malam ini akan menjadi saksi kekalahan salah satu dari mereka. Dan hal itu tentu akan membuat malu kelompok mereka sendiri.
Namun di saat semua nya berambisi mempertahankan nama baik kelompok masing-masing. Di sisi lain ada Juan yang mati-matian menahan emosi lantaran yang akan di pertaruhkan disini sebenarnya adalah harga diri kekasih nya.
Sungguh dia tidak berminat mengikuti tantangan ini andaikan saja si bajingan Diego itu tidak menyangkut pautkan nya dengan Thalia.
Juan menatap datar Diego di seberang sana. Manusia satu itu sedang menampilkan senyuman remeh. Sontak hal itu berhasil membuat ia berdecih.
Tanpa pikir panjang lagi Juan segera memposisikan motor nya tepat di sebelah Diego. Menatap datar pria yang tengah membalikkan jempol nya tersebut. Seolah memberi isyarat bahwa Juan akan kalah. Tapi lihat saja nanti, siapa yang akan mampus di akhir.
Juan menyeringai jahat di balik helem nya. Lekas menarik gas setelah seorang wanita berbaju seksi memberi aba-aba untuk bersiap.
Dalam hitungan mundur ketiga, Juan menarik pedal gas lalu meluncur di ikuti Diego dan lima penantang lain.
Sontak keadaan semakin ricuh, seluruh penonton merasa terpacu untuk mendukung jagoan mereka. Utamanya dari kubu Silas dan Linus yang saling melempar kan tatapan permusuhan juga tidak lupa kalimat umpatan.
Sudah jelas, sedari pertandingan di mulai. Juan memimpin di depan. Hal itu membuat teman-teman nya senang. Namun ada hal yang sedikit janggal. Dan itu di sadari oleh Satya yang sedari tadi fokus ke pertandingan tanpa peduli dengan ocehan teman-teman nya yang saling adu mulut dengan Linus.
"Rik, gua ngerasa kek ada yang aneh deh." Satya menepuk bahu Riki hingga sahabat nya itu menoleh ke arah nya.
"Aneh gimana?" Ujarnya dengan sebelah alis terangkat.
"Lo liat deh!" Satya menunjuk ke arah sirkuit sontak hal itu menimbulkan beberapa kerutan bingung di kening Riki.
"Iya terus?"
PLAKKK
Satya menjitak kepala Riki cukup keras hingga membuat sang empu mengeluh sakit.
"Anjing lu! Sakit goblok!"
"Ya elu yang goblok, lu nyadar gak kalau lima penantang lain itu pengikut nya si Diego."
Riki terkejut, dia kembali menatap ke arah sirkuit dengan tatapan menajam. Mencoba memperhatikan ciri-ciri kelima penantang lain. Seketika ia panik setelah tahu jika apa yang di ucapkan Satya itu benar.
"Lu kenapa baru ngomong sih, kenapa gak dari tadi njirrr?!" Ujar Riki geram.
"Ya kan gue juga baru nyadar," jawab Satya mencoba membela diri. Sementara Riki gregetan sendiri, mengapa tidak ada di antara mereka yang menyadari hal tersebut.
Jika kelima penantang itu pengikut Diego maka di pastikan Juan dalam bahaya. Karena tidak mungkin kelima orang itu ikut bertanding tanpa punya niat lain.
"Diego sialan itu pasti lagi ngerencanain sesuatu," desis Riki sebelum berjalan menghampiri Jayden yang memang sedikit jauh dari posisi nya.
Riki mencoba berbisik di telinga Jayden, "Jay kelima penantang lain ternyata pengikut nya si Diego sialan itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY JUAN |ON GOING!
FanficSedikit potongan cerita... "Kamu ngapain di sini?" Juan menatap wajah jelita di hadapan nya cukup lama."nemenin cewek yang lagi patah hati" Juan menaikkan sebelah sudut bibirnya sebelum ikut menatap ke depan."gak usah sedih Lo emang gak cocok jadi q...