Semilir angin meniup rambut ikalnya,hingga helai demi helai menutupi wajah sembab yang masih setia menangis.Dia sekarang berada di rooftop.Tempat yang tak pernah ia injak selama berada di sekolah namun entah mengapa terpikir kan hari ini untuk menyindiri di sana.
Thalia biasanya tak suka sendiri namun kali ini dia sepertinya lelah dan benar-benar butuh kesunyian untuk menenangkan hatinya.
Suara tangisnya masih terdengar.
Tanpa gadis itu sadari seseorang berada di belakang tubuhnya.Menatap kosong tubuh ringkih yang duduk di kursi sambil sesengukan itu.Terasa seperti ada sebilah pisau yang menggores hatinya ketika mendengar suara tangisan gadis tersebut.
Perlahan tubuh tinggi nya mendekat.sebelum berucap dengan suara lembut."kenapa nangis?"
Thalia mendongak ke samping dengan mata berkaca-kaca menatap pria itu."j-jjuan?"
"Gue cariin ternyata di sini nangisnya?"
Thalia langsung menunduk,merasa malu karena memperlihatkan wajah sembab nya ke Juan.Berniat menghapus air mata namun dua lengan nya lebih dulu ditarik oleh Juan.Dia tentu saja terkejut apalagi ketika pria itu tiba-tiba memeluk tubuh nya.
Mengelus kepala dan juga punggung Thalia sambil terus mengeratkan pelukannya di pinggang si gadis.
"Nangis aja gak apa-apa gue temenin"
Thalia refleks menyembunyikan wajahnya di bahu lebar Juan untuk meredam suara tangisnya.Pelukan pria itu terasa sangat nyaman hingga dua lengan Lia bergerak melingkar di pinggang Juan.
"hiks hiks hiks"
Juan tak banyak bersuara,dia hanya terus mengusap punggung Lia agar gadis itu tenang.
Butuh beberapa menit sebelum Thalia sedikit lebih tenang."cape juga nenangin bayi gede"
Juan mengangkat tubuh Lia agar duduk menyamping di pangkuan nya karena kakinya sudah merasa pegal berdiri.
Thalia tanpa sadar menduselkan hidungnya di bahu Juan hingga pria itu di buat terkekeh geli.Dia suka bau maskulin Juan yang tidak menyengat tapi malah membuat nya tenang.
"Berhenti suka sama Jayden!" Gadis di pangkuan nya itu tak menjawab hingga Juan menghela napas pasrah.Thalia terlalu nyaman memeluk tubuh Juan yang kekar dan hangat.Namun rasa nyaman itu harus terusik lantaran pikiran nya kembali mengarah pada kejadian tadi.
Dia tahu semua nya,dia melihat semua adegan pertengkaran Juan dan juga teman-teman nya.Dan sekarang perasaan nya campur aduk.Marah sedih kecewa dan bersalah bercampur menjadi satu.
Thalia menggigit bibir bawahnya sambil mencengkram punggung Juan kuat.Sontak sang empu mengusap kepala nya lagi dengan pelan."kenapa lagi?"
Thalia mengangkat wajahnya dari bahu Juan.Dia menatap wajah pria itu yang hanya berjarak beberapa senti dari wajah nya.
Perasaan Thalia tiba-tiba jadi tenang ketika melihat tatapan teduh Juan dengan sedikit senyuman khas nya.Tak lupa jari-jari pria itu mengusap pipi nya lembut.
Thalia tak mengerti mengapa pria ini bisa membuat nya jadi nyaman dan merasa aman.Menatap wajah Juan seolah tengah menatap taman bunga.Sangat indah dan membuat hati senang.
"Juan kamu beneran suka sama aku?"
Juan menghentikan usapannya lalu menatap hazel Lia cukup lama sebelum tersenyum manis.Elusan di pipi Lia berganti menjadi cubitan gemas.
"Iya gue suka,suka banget sayang banget sampe mau gila rasanya karena muka Lo muncul mulu di pikiran gue"
"Juan jangan suka sama aku"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY JUAN |ON GOING!
ФанфикSedikit potongan cerita... "Kamu ngapain di sini?" Juan menatap wajah jelita di hadapan nya cukup lama."nemenin cewek yang lagi patah hati" Juan menaikkan sebelah sudut bibirnya sebelum ikut menatap ke depan."gak usah sedih Lo emang gak cocok jadi q...