"Tidak masalah kan aku tinggal sebentar?"
Wanita itu mengangguk dan menampilkan senyumnya. Mengatakan jika dia baik-baik saja.
"Baiklah. Aku hanya sebentar. Aku janji."
Suara pintu yang tertutup menandakan suaminya telah keluar dari kamar. Hyunjin menghela nafas dan memandang keluar jendela. Sebenarnya ia ingin sekali menikmati pagi di balkon. Namun Chris melarangnya dengan alasan udara di luar terlalu dingin. Memang benar apa yang dikatakan oleh Chris, karena hari telah memasuki musim gugur. Akhirnya dia hanya bisa menikmati di balik pintu kaca balkon yang tertutup. Yah...setidaknya lebih baik daripada memandang dinding atau atap kamarnya setiap saat.
'Andaikan aku bisa berjalan.'
Sekelebat pikiran menyapanya. Manik hitamnya memandang kakinya yang tertutupi selimut. Kakinya yang kini masih tak bisa digerakkan karena kecelakaan yang terjadi. Hyunjin lalu menggeleng pelan. Tidak seharusnya dia berandai-andai. Tuhan masih berbaik hati padanya memberikan kesempatan kedua, meskipun dalam tubuh orang lain. Mungkin sekarang dia diberi kelumpuhan agar tidak melakukan hal-hal bodoh lagi. Semua pasti demi kebaikannya. Tapi mungkin ke depannya dia akan belajar untuk lebih mandiri agar tidak terlalu merepotkan suaminya. Ya, seharusnya dia berpikir seperti itu.
Setidaknya kini dia memiliki anugerah lain yang hidup di dalam rahimnya. Jemari lentiknya perlahan merayap untuk mencapai perutnya yang sedikit menonjol. Bibir penuhnya sedikit tertarik ke atas.
Sepuluh minggu.
Itulah usia kandungannya saat ini. Jika dihitung, mungkin hampir sama dengan kehamilannya di kehidupan sebelumnya.
"Ugh...."
Kepalanya mendadak berdentum ketika dia kembali mengingat kenangan dari kehidupannya yang dulu. Rasanya seperti dipukuli palu hingga dia merasa sangat kesakitan. Bahkan Hyunjin tak sadar ada orang lain yang kini memasuki kamarnya.
"Astaga sayang..."
Chris segera menghampiri Hyunjin yang sedang menarik rambutnya dengan kencang. Terdengar rintihan kesakitan dari celah bibirnya.
"Lebih baik kau baringkan saja, oppa."
Chris mengangguk dan langsung membawa Hyunjin kedalam gendongan. Jeongin yang ternyata juga ikut masuk membantu Chris untuk menahan tangan Hyunjin yang masih menarik kencang rambutnya.
Dengan perlahan, Chris membaringkan tubuh istrinya. Hyunjin tak lagi menarik rambutnya. Dan Jeongin langsung memeriksa keadaan Hyunjin.
"Apa yang eonni rasakan?"
"Sakit."
Tangan Hyunjin mencengkeram tangan Jeongin. Ingin mengatakan seberapa sakit yang dia rasakan.
"Atur pernafasan seperti biasa eonni. Ingat...jangan panik. Setelah eonni tenang, aku akan memberikan obat."
Jeongin berusaha bertanya sesingkat mungkin agar tahu dimana kesakitan Hyunjin berasal. Dia tak bisa sembarangan memberikan diagnosa dan obat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chance (SKZ)
Fanfiction"When I come back alive" Main cast: Chris, Sam Hanya cerita fiktif yang sama sekali tidak berhubungan dengan dunia nyata. Saya hanya meminjam nama. Cerita murni milik saya. Tolong jangan me-remake atau plagiat cerita saya yang buruk ini.