Chance-27

481 96 1
                                    

Udara terasa semakin dingin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Udara terasa semakin dingin. Ruangan yang dia tempati kini tak ada perapian atau penghangat. Tapi setidaknya selimut tebal bisa menghalau hawa dingin yang mencoba menembus celah-celah dinding yang ada.

Hyunjin menyandarkan tubuh lemahnya pada kepala ranjang. Makanan yang tadi pagi diantarkan tidak tersentuh sama sekali. Hanya air putih yang tadi berusaha dia minum karena kehausan.

Detik hingga jam tak lagi Hyunjin hiraukan. Berapa hari dia terkurung Hyunjin tak lagi menghitungnya. Namun sayup-sayup suara nyanyian yang terdengar dari kejauhan, menandakan jika natal sebentar lagi tiba. Ah...atau mungkin memang sudah tiba.

Tubuhnya terasa begitu lemas dan sakit di setiap sendinya. Perutnya juga menolak makanan apapun yang dia makan. Kepalanya semakin pening. Mata terasa berat untuk terbuka dan udara terasa berat untuk dihirup.

Hyunjin hanya berpikir inilah saat terakhirnya. Berakhir di sebuah ruangan tanpa diketahui dimana pasti letaknya oleh keluarganya. Tangannya masih berusaha mengusap perutnya yang berulah. Sepertinya bayinya gelisah di dalam sana. Mungkin karena mengetahui jika ibunya sedang sekarat sekarang.

"Penyesalan ku yang paling dalam...karena tidak bisa memperjuangkan mu saat ini." Ucap Hyunjin sambil mengusap perutnya.

Begitu Hyunjin sampai pada batasnya dan menyerah, maka bayi itu juga tidak akan pernah melihat dunia. Hyunjin menangis. Di masa lalu dia mengantarkan anaknya pada kematian. Dan masa kini, dia malah mengantarkan anak dari saudarinya menuju kematian.

'Mungkin sedari awal, keluarga Hwang sudah mengambil keputusan yang benar dengan membuang ku. Aku membawa kesialan. Hidupku juga dipenuhi kemalangan. Aku tidak menyalahkan takdir. Mungkin ini sebuah hukuman karena mengambil kehidupan milik Hwang Hyunjin yang asli.'

Hyunjin kini berpasrah. Entah takdir apa yang akan menunggunya. Apa itu kematian di depan mata, atau sebuah kebahagiaan yang tiada pernah terpikirkan olehnya. Jika boleh berharap ada keajaiban Tuhan, Hyunjin hanya ingin bayi yang dikandungnya selamat. Dia sudah siap memeluk kematian demi mengantarkan kehidupan baru bagi si calon bayi. Setidaknya, kesempatan yang diberikan oleh Tuhan kali ini tidak sia-sia begitu saja.

 Setidaknya, kesempatan yang diberikan oleh Tuhan kali ini tidak sia-sia begitu saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Chance (SKZ)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang