Bagian 4

1.9K 53 5
                                    


Wasiat Cinta

*
*

BAB IV

**

Meninggalkan rumah

*
*

Aku bangun dengan sedikit perenggangan kecil karena badanku masih sakit.

Jangan harap pikiran kalian semua terjadi saat ini!

Karena aku masih lengkap memakai pakaianku sekarang.
Setelah kejadian dia memakan bibirku,  kami— maksudnya Mas Ali menghentikan ciumannya setelah aku hampir kehabisan nafas dan dia tidak melanjutkan apapun, dia menyruhku untuk berbaring dan tidur. Dan diapun sama, tertidur disebelahku tanpa mengatakan apapun lagi.

Sebenarnya aku tak enak hati karena sudah kewajibanku memenuhi kebutuhan biologisnya, apalagi dia sudah melajang selama 32 tahun. Aku yakin dia menahannya, tapi dia tau jika aku belum siap.

Mama bahkan kakak-kakak wanitaku sudah mewanti-wanti aku jika aku harus menaati permintaan suamiku dalam hal apapun itu.

Tapi mohon maaf para sodariku! Aku belum siap diperawani sama om satu ini!

Aku bangkit lalu menatap mas Ali yang masih terlelap.

"Mas Ali? Bangun? Ini udah subuh" ujarku dengan nada pelan sambil menepuk tangannya.

Dia pengerjapkan matanya lalu menatapku sebentar "oke" jawabnya singkat lalu bangkit.

Dia keluar dari kamarku untuk ke kamar mandi karena dikamarku tidak ada kamar mandi khusus jadi jika ingin mandi harus keruangan sebelah yang memang khusus untuk kamar mandi dilantai dua.
Di lantai dua itu berjejer tiga kamar saudariku, kata bapak gak bikin kamar mandi masing-masing itu agar kita bisa disiplin dan mengantri untuk sekedar ke WC saja.

Aku melihat punggung Mas Ali yang sudah menghilang dibalik pintu, hatiku merasa tak enak karena kejadian semalam.
Dia tampak cuek sekali membuat diriku tambah merasa bersalah.

Aku kudu ottokae?!

*
*

Sekarang seluruh keluargaku sudah berkumpul untuk mengantarkanku pergi.

Aku akan dibawa Mas Ali kerumahnya, dan karena aku sudah menjadi istrinya otomatis aku wajib mengikuti suamiku kemana dia akan tinggal.

"Jaga diri baik-baik ya, dek? Jangan nyusahin suami kamu" Mama lebih dulu memelukku dengan wajah yang sudah basah air mata.

"Jagain putri mama ya, Ali?" Mama menatap Mas Ali lekat dengan aku yang masih memeluk tubuh mama.

"Iya ma. Insyaallah" jawab Mas Ali dengan nada kalem nan sopannya.

Kini bergantian bapakku yang memelukku "Hati-hati ya, neng? Selalu nurut sama suami. Jangan usil terus" kata bapakku

Aku yang juga sudah bersimpah air mata hanya mangut-mangut saja sejak tadi.
Aku tidak mau pergi dari mereka, huhu.

Bang Rian, Teh Mira dan bang Zidan serempak memelukku.

Teh Mira paling keras menangis "Jangan nakal ya, dek? Sehat-sehat dan jaga diri yang bener" ujar Teh Mira

"Bye adikku zeyeng" timpal bang Zidan

"Nakalnya dikurangin ye? Jangan ke setan terus. Kasian suami kamu. Jaga diri baik-baik" seru bang Rian dengan nada khasnya.

"Dari petuah-petuah semua orang, omongan lu yang paling ngeselin bang" ujarku menepak punggung bang Rian.

Mereka bertiga tertawa lalu melepaskan pelukannya.

Wasiat CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang