Wasiat Cinta
*
*
Bab X
* *
Permintaan menyakitkan
*
*
Setelah selesai mengolah vokal agar tidak terlalu kaku, aku pun mengisi tenggorokan dengan segelas air putih sebelum mataku mengarah ke Mas Ali yang tampak asik mengobrol dengan Ilham dan Dimas.
Anak dua itu memang paling bisa berbaur dengan siapapun, mulai dari anak kecil hingga orang tua sekalipun mereka memang paling humble diantara yang lainnya, makanya bos kaffe alias kakaknya Abidzar sangat menyayangi mereka berdua, tidak segan juga bos memberi bonus karena Ilham dan Dimas paling bisa diandalkan. Karena kaffe hanya memiliki 7 karyawan, tiga laki-laki dan empat perempuan.
"Udah siap, Ki?" Tanya Mila saat aku berada didepannya.
"Hmm, agak gerogi sih. Udah lama juga gak tampil beginian" jawabku jujur.
"Relax, suara lo masih bagus kayak biasanya kok" kekeh Mila, menyadari kegugupanku.
Sebenarnya bukan hanya ini kali pertamanya lagi aku mengisi acara yang membuat gugup, tapi karena kehadiran Mas Ali, ini mungkin pertama kalinya suamiku itu melihat dan mendengar suaraku secara langsung, setelah beberapa minggu dia sering melihat diriku sering karokean dirumah melalui cctv.
"Assalamualaikum?" Tiba-tiba suara lembut terdengar dari arah pintu masuk.
Bu Nida datang dengan beberapa orang dibelakangnya, membuat aku, Abidzar dan Mila mengahampiri beliau.
"Waalakumsalam. Selamat siang dan selamat datang, Bu?" Jawab Abidzar dan yang lainnya bersamaan.
"Iya. Woah, ternyata Kinanti dateng juga ya? Makasih lho udah mau Ibu undang" Tampak Bu Nida menghampiriku lalu memelukku lembut, aku pun membalas pelukannya.
"Iya Bu. Ibu apakabar?" Tanyaku, menyapa beliau setelah pelukan kami terlepas.
"Allhamdulillah baik. Eh, ini kenalin anak satu-satunya Ibu, Rendra. Rendra, kenalin ini Kinanti dan temannya Mila, juga Abidzar, adik yang punya Kaffe ini" ujar Bu Nida kepada anaknya untuk berkenalan dengan kami.
Kami satu persatu bersalaman sambil memperkenalkan diri. Setelah itu lanjut mengobrol sedikit mengenai acara yang akan segera dimulai sambil menunggu para tamu undangan datang.
Aku sesekali menatap Mas Ali yang tampak fokus dengan ponselnya, sedangkan Ilham dan Dimas kembali kepekerjaan masing-masing karena kaffe tampak mulai ramai dengan tamu-tamu yang datang.
"Oh iya, Rendra mau request lagu apa nanti sama Kinanti? kan kamu yang punya acara." Ujar Bu Nida kepada Rendra yang saat ini tengah berbincang dengan teman-temannya.
Rendra tampak berpikir sejenak, lalu menatap kepada teman-temannya, "Mau lagu apa guys? Gue sih ngikut aja" dia malah bertanya kepada teman-temannya.
"Laaah, lu kan yang punya pesta, kenapa harus kita yang milih lagunya?" Tanya salah satu teman perempuannya dengan wajah kekehan pelan.
Yang lain pun mengangguk setuju.
"Terserah Mama aja deh, Rendra ngikut" jawab Rendra menatap ibunya.
"Laaahhh, ada-ada aja emang. Yaudah terserah Kinanti mau nyanyi apa aja nanti. Ibu yakin semua orang bakalan suka kalo kamu yang nyanyi" ujar Bu Nida bercanda membuat aku dan teman-temanku tertawa kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wasiat Cinta
RomanceWARNING (21+) Ini cerita dari Kinanti Azhira, gadis cantik dari kampung bisayang harus rela dinikahkan di usianya yang baru minginjak angka 20. Memiliki orang tua yang sudah tua dan semua kakaknya sudah berkeluarga, Mama Sarni dan Bapak Adi mengin...