Bagian 20

1.1K 65 7
                                    

Wasiat Cinta

On author pov!

*

*

Random Routine

* * *

Setelah keputusan yang di ambil Miran semalam, semuanya sepakat untuk memberikan waktu sendiri bagi anak pertama dari Adi Lesmana itu untuk beristirahat sejenak di kampung halamannya.

Karena tak ada lagi pembicaraan apapun, Malik selaku suaminya Mira memilih pamit dari rumah untuk pulang kembali ke kediamannya dimalam hari, sebenarnya seluruh keluarga menjegah Malik karena terlalu larut jika harus berkemudi, tapi Malik sadar diri bahwa eksistensinya belum di inginkan oleh istrinya sendiri yang telah dia hianati.

Kembali ke arah Kinanti, saat ini dia sedang duduk berdua dengan kakaknya, Mira yang sejak tadi diam diatas ranjang miliknya dikamar.

"Udah dong, Teteh jangan sedih terus" ujar Kinanti, mengelus punggung kakanya sayang.

Mira tampak menggeleng pelan, "Teteh gak sedih lagi kok. Cuman masih gak nyangka aja, hubungan Teteh sama Bang Malik bakalan ada dititik hancur kayak gini" ujarnya tersenyum tipis kearah Kinanti.

Kinanti nampak menarik nafas pelan, menatap lurus kearah tv yang tidak menyala, "Aku gak tau gimana perasaan Teteh yang sebenernya seperti apa sekarang. Tapi aku tau gimana rasa sakitnya dikhianati" terkekeh pelan, Kinanti mengawang kembali bagaimana interaksi Devina dan Ali waktu itu dan betapa menyakitiannya permintaan Devina untuk memberikan suaminya untuk wanita itu.

Kening Mira nampak mengerut, merasa ada yang aneh dengan nada adik bungsunya itu.

Adiknya pernah dikhianati? Oleh siapa?

"Kamu pernah diselingkuhin Abidzar?" Tanya Mira.

"Lah? Kenapa malah si Abidzar dibawa-bawa?" Heran Kinanti, kakaknya ini berpikir apa tentang hubungan ia dan Abidzar dulu?

"Katanya pernah dikhianatin? Sama siapa coba?? Gak mungkin sama Ali kan? Orang dia keliatan kalem gitu"

Kinanti memutar bola matanya malas, "Dih, yakin kalem? Kata aku sih 'no'." Menatap kakaknya yang sedang terkekeh pelan.

"Hahahaha... Teteh gak tau juga sih. Nebak aja. Tapi, dek?"

"Ya?"

Mira nampak mengangkat tangannya sebentar untuk mengelus perut Kinanti yang mulai menonjol, merasakan kembali perut berisi janin yang pernah Mira rasakan juga beberapa bulan terakhir ini, namun Tuhan berkehendak lain, ia mengambil kembali anugerah itu karena ulahnya sendiri.

"Jaga baik-baik keponakan Teteh ya? Rasanya sakit banget kehilangan sesuatu yang sejak lama kita tunggu. Sakit banget, dek." Lulur lagi air mata kakak perempuan Kinanti itu, merasa bersalah kepada anaknya yang tak bisa melihat dunia terlebih dahulu.

Kinanti memeluk kakaknya itu langsung, merasakan sakit yang juga ia rasakan. Ia tahu betul kakaknya itu sangat menginginkan seorang anak selama pernikahannya yang sudah berjalan lima tahun bersama Malik. Bahkan Kinanti tahu rasa sakit dan iri Mira saat Zidan, adik Mira dan kakak ketiga Kinanti itu yang baru menikah dua tahun sudah dikaruniai putri cantik yang saat ini sudah bisa berjalan.

"Udah ah jangan nangis terus, kasian anak Teteh nanti kalo tau Mamanya nangis terus disini" mengelus punggung kakaknya lembut, menyalurkan rasa hangat ketika kakaknya ini didalam masa jatuh yang dalam.

"Bunda??? Aa bawa Princess jajan ya?? Tapi minta duitnya dari Bunda" tiba-tiba suara anak kecil berusia enam tahun masuk tanpa mengetuk sambil tangannya mengenggam tangan adik kecil, anak dari Om-nya.

Wasiat CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang