Bagian 16

1.1K 67 4
                                    


Wasiat Cinta

*
*

Bad Day

* *

Aku menatap cermin dari atas sampai bawah tubuhku. Setelah itu melihat perutku yang masih rata.

Usianya masih sembilan minggu atau hampir tiga bulan.
Kemarin aku dan Mas Ali sudah memeriksa kandunganku ke dokter, berkonsultasi apa saja yang boleh dan tidak boleh di lakukan dimasa kehamilan.

Kami berdua sangat antusias memeriksa si jabang bayi berukuran biji kacang itu.
Begitupun keluargaku, yang tentu saja mereka orang-orang pertama yang tau kehamilanku, tepatnya saat aku pingsan di pernikahan Sania.

Ngomong-ngomong soal pernikahan Sania yang sudah berlalu hampir dua minggu itu, meninggalkan kisah masa lalu yang tak sengaja diungkit Sania karena celetukan menyebalkan sahabatku itu, untungnya Mas Ali bukan tipe pria yang akan langsung cemburu jika tidak ada dasar yang mengharuskan ia berpikiran buruk, karena interaksi aku dan Radiansyah hanya obrolan biasa tentang menanyakan kabar dan kesibukan apa saja yang tengah kami jalani saat ini setelah sekian lama tak bertemu, namun kilat mata mantan kekasihku itu masih menaruh teduh yang sama seperti zaman cinta monyet kami dulu.

Berbeda dengan keluargaku yang sudah tau kabar kehamilanku, keluarga Mas Ali sendiri belum secara resmi kami bertahu karena banyak dan lain hal yang mengharuskan kami menunda untuk memberi tahu kabar baik ini, mungkin singkatnya sudah diberitahu Mbak Alana ataupun Bang Alsyad.
Kata Mas Ali, kami akan kerumah orang tua Mas Ali nanti malam, setelah Mas Ali pulang bekerja.

"Udah siap, Ki?" Tanya Mbak Alana, masuk kedalam kamarku dan Mas Ali.

"Udah, Mbak. Aku ambil paper bag dulu di dapur." Ujarku, berjalan bersama Mbak Alana menuruni tangga.

"Jadi bawa makanannya?"

"Jadi dong. Kan kita mau makan siang bareng disana, aku masak banyak loh, Mbak"

Mbak Alana mengangguk semangat, rencananya kami akan ke kantor Mas Ali, membawa bekal makan siang yang banyak untuk makan siang bersama disana.
Sebelumnya Mas Ali sudah ku hungungi lewat chatt jika akan kesana bersama Mbak Alana, dan Mas Ali mengiyakan.

*

Kami sudah tiba di hotel Mas Ali, memasuki loby utama sebelum kami masuk lebih dalam menuju lift untuk keruangan kerja Mas Ali yang berada di lantai paling atas hotel.

"Kin??!!" Teriak seseorang memanggilku dari arah belakangan membuat aku dan Mbak Alana yang tengah berjalan berhenti.

"Lahhh? Nando?? Ngapain disini?" Aku menatap heran temanku, Nando yang sedang berkeliaran di hotel Mas Ali.

"Yeeuuu, dibilangin gue kerja disini. Baru mau punya anak satu kok udah pikun sih!" Jawab Nando dengan nada kesalnya membuat aku tertawa pelan.

"Sialan! Beneran jadi OM??"

"Eheheh.. enggak sih, magang doang. Bulan depan gue wisuda. Lagi pusing cari lowongan untungnya suami lo nawarin nyoba dulu katanya, yaudah disini. Syukur-syukur kalo lanjut, bisa jadi karyawan tetap gue disini, kan gampang nanti ngerelasiin jadi OM-nya" Tutur Nando panjang lebar, membuat aku mendengus kesal, ngibul mulu nih cowok.

"Dih, gila lo. Btw, kapan lo ngobrol sama suami gue?"

"Lah, waktu itu. Pas nikahan kalian"

Aku ingat, saat hari pernikahan dulu, sebelum mereka pamit pulang. Teman-temanku tampak asik mengobrol dengan Ayah Bima, Bang Alsyad dan Mas Ali yang menghabiskan waktu sampai satu jam lebih, entah apa saja yang mereka bicarakan tapi kelihatan akrab, seperti perkumpulan teman yang sudah lama tidak bertemu.

Wasiat CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang