Bagian 19

1K 70 2
                                    

Heyoo gaiceeuu...

Maafin kemarin tidak double update yaww?? Capek banget di real life sumpaaahhh...

Tapi karena aku sayang sama reader's ya syudah aku usahakan update sekarang...

Selamat membaca:)
Jangan lupa vote and comment kalian.
Satu vote berarti banget buat aku:)

Terimakasih ❤️

* * *

Wasiat Cinta

*

*

Keputusan Bapak

* * *

Aku menghela nafas berat, merasa belum mengerti arah pikiran Bang Malik yang begitu tega menyakiti Teh Mira dan juga bayinya.

"Mau mampir dulu beli sesuatu gak?" Suara Mas Ali mengintrupsi, membuat aku yang tengah fokus menatap jalanan dari kaca mobil menoleh.

Aku menggeleng pelan, "Gak usah, nanti aja dirumah" Jawabku dengan suara pelan, masih berduka dengan keadaan kakak perempuanku yang tengah kehilangan anaknya.

Mas Ali mengangguk pelan, fokus kembali menyetir membelah jalanan menuju kampung halamanku, lagi.

"Saya sebenarnya mau berdebat dengan kamu kemarin"

Suara Mas Ali terdengar lagi saat aku ingin kembali menikmati perjalanan.

"Debat? Debat apa?" Tanyaku penasaran.

"Saya mau protes karena saya gak suka kamu berinteraksi dengan pria kemarin"

"Rendra?" Aku mulai tertarik dengan pembicaraan ini, sebenarnya apa yang membuat Mas Ali tak suka.

"Gak tau dan gakmau tau juga sih namanya siapa. Tapi saya gak suka dengan dia yang dengan terang-terangan mau deketin kamu"

"Kenapa? Takut aku kepincut?" Tanyaku dengan nada canda melihat wajah kesalnya saat mengutarakan protes tentang kejadian kemarin.

"Enggak juga sih. Lebih tepatnya jangan coba-coba, Kinanti. Kamu sadar kalo kamu sudah bersuamikan?" Dia menoleh saat betanya lalu kembali fokus ke kemudinya.

Aku memutar bola mata malas, "Tiap hari kaliii... Aku kira kemarin Mas cemburu" ujarku jujur, tak ingin menutup-nutupi apapun lagi, biar dia juga sadar diri.

"Enggak juga" Jawabku singkat nan cuek.

Kumat lagi.

"Kalo Mas gak cemburu, yaudah nanti aku bakalan tiap hari ketemu Rendra, Nando, Abidzar terus Radiansyah, ah siap— "

"Kok kamu malah nantangin??"

Hahaha... Seharusnya cemburu itu bilang sajakan??

"Dih? Kan Mas sendiri yang bilang kalo aku ngobrol akrab sama mereka biasa aja, jadi boleh dong?"

"Gak!!"

"Ah boleh ahh, sekarang mau nelpon Abid— "

"Ngeyel banget!" Sergah Mas Ali saat aku akan mengambil ponsel dan langsung ia rebut membuat aku tertawa ringan, senang sekali mengerjai suamiku ini.

*
*

Kami sudah sampai lima menit lalu, dengan segala tektek bengek menitipkan mobil di halaman tetangga yang ukurannya luas, kami pun bergegas menuju rumah Bapak.

"Assalamu'alaikum.." Ucapku dan Mas Ali bersamaan saat sudah didepan pintu yang tak ditutup, menampakan banyak orang yang tengah mengobrol ringan, sedang akan ada acara pengajian.

Wasiat CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang