Bagian 26

377 20 5
                                    

Wasiat Cinta

*

*

Terungkap 1

* * *

Flashback on...

Alsyad dan Devina baru saja keluar dari ruang rapat OSIS, sehabis merencanakan beberapa hal yang bersangkutan dengan organisasi sekolah dengan memakan waktu hampir dua jam itu akhirnya mereka bisa pulang, menyusul kelas-kelas lain yang memang sudah lebih dulu pulang.

"Pulangnya mau bareng gue gak? Sekalian nanti malem gue jemput buat kerumah Dila" usul dan ajak Alsyad saat mereka sudah berada di depan parkiran.

Malam ini Dila, teman kelas mereka berdua berulang tahun dan seluruh kelas diundang, Alsyad yang memang cukup akrab dengan teman-teman kelasnya itu berencana datang.

"Atau gue tunggu deh sampe lo mandi sama siap-siap jadi gue gak bolak-balik buat jemput" lanjut Alsyad merubah usulan.

Terlihat Devina tengah menimbang-nimbang ajakan dari kakak kekasihnya itu.
Devina memang tidak terlalu akrab dengan teman-teman organisasi Osis sekolah karena dia masih kelas 11 sedangkan Alsyad yang notabenenya wakil dari ketua Osis sekolah alias kelas 12 lebih akrab dengan teman organisasi lainnya.

"Emmm, boleh deh. Tapi gimana kalo temen-temen lo yang usil itu gangguin gue lagi" Devina teringat teman-teman seangkatan Alsyad yang memang hobi menggangu Devina karena menyukai gadis cantik itu membuat Devina lambat laun merasa risih.

"Entar gue yang jagain, tenang aja" Ujar Alsyad dengan tampang so gagahnya, nemepuk dadanya tanda dia kuat.

Devina terkekeh lalu menganggukan kepala tanda dia setuju untuk ikut.

*

Devina mengerjapkan matanya pelan, melihat langit-langit kamar yang terasa asing, kepalanya pusing bukan main saat ia berusaha untuk bangun dengan sesekali menepuk kepalanya pelan Devina berusaha mengingat apa yang telah terjadi tadi malam saat pesta berlangsung.

"Sshhh.... Gue semalem ngapain aja ya?" Gumam Devina belum sadar sepenuhnya.

Badannya remuk bak sudah bekerja rodi tanpa kenal waktu, tapi Devina berusaha mengingat sebenarnya apa yang sudah ia lakukan semalam hingga tubuhnya remuk seperti ini.

"Hiikkss..." Devina toleh kanan kiri mendengar suara isakan didalam kamar itu.

Disana, diujung pintu kamar mandi. Seorang pria yang sangat Devina kenal tengah menekuk lututnya sembari menangis pilu, entah apa yang telah terjadi tapi sekarang Devina merasa takut. Takut untuk bertanya langsung.

"Alsyad?? Lo kenapa nangis disitu? I-ini dimana? Kita dimana, Syad? Kok kita ada dikamar yang sama?" Tanya Devina setelah memberanikan diri untuk bertanya.

Alsyad mendongakkan kepalanya, menatap Devina dengan mata sembab.

"Maafin gue, Dev. Gue yang salah" ujar Alsyad membuat Devina semakin takut.

"Maksud lo apa?!! Jelasin yang bener! Gue sama lo gak ngapa-ngapainkan??!" Sentak Devina, entah kenapa dia juga ingin menangis.

"Me-mereka udah jebak kita, Dev. Gue juga gak tau, yang jelas kita udah ngelakuin itu" Alsyad benar-benar tak punya keberanian untuk menatap Devina lagi.

Devina menangis kencang, tak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Bagaimana nanti jika ayahnya tau? Ibunya? Keluarga mereka tau? Devina takut.

Wasiat CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang