Bagian 29

298 20 2
                                    

Wasiat Cinta

*
*

Terungkap 2 + Honeymoon

Disclaimer : content berisi 21+, peringatan yang masih di bawah umur untuk tidak membaca bagian-bagian tertentu tulisan ini. Terimakasih yang sudah pengertian🤍

Ayok baca do'a dulu tim gerecep, abis baca ini langsung keramas yaakk, wkwk...

*
*

Mereka sudah sampai 2 jam lalu, saat ini jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Perjalanan dari Bandung ke Bali yang hanya memerlukan kurang lebih 1-2 jam melalu jalur udara membuat Kinanti dan Ali sampai lebih cepat ke kota dewata itu.

Untung Ali sudah memesan kamar hotel melalui aplikasi online, jadi ia dan Kinanti tak perlu cek in terlebih dahulu, Ali dan Kinanti bisa langsung mendapatkan kunci kamar dari resepsionis setelah memberikan bukti pembayaran yang sudah selesai dipesan di aplikasi.

"Capek?" Tanya Ali, saat mereka sudah memasuki kamar hotel.

"Hmm... Lumayan pegel sih, tapi gakpapa kok." Jawab Kinanti sambil meregangkan otot-otot tubuhnya dengan hati-hati.

Ali ikut duduk disoffa yang Kinanti tempati, mengelus perut bulan istrinya dengan lembut.

"Yang disini gak rewelkan?" Tanya Ali, menanyakan keadaan bayi kecil mereka didalam perut Kinanti.

Kinanti tersenyum lalu menggeleng. "Enggak, dia diem terus dari tadi. Kayaknya tau Mami-nya lagi capek." Jawab Kinanti menumpukkan tanganya diatas tangan Ali.

"Anak Papa pinter banget." Kinanti mendatarkan ekspresi wajahnya kala mendengar penuturan Ali.

"Nyambung gak sih panggilannya Mami Papa? Aneh deh." Kinanti pernah menyebut Ali dengan panggilan Papi, tapi Ali menolak mentah-mentah panggilan itu, katanya terlalu alay untuk ukuran pria usia 30tahunan seperti dia, lebih nyaman dipanggil Papa.

"Enggak. Gak aneh, cocok kok. Biar beda dari yang lain." Jawab Ali

"Yakan harus nyambung! Ibu-Bapak atau Ibu-Ayah, Ayah-Bunda atau Mama-Papa, Mami-Papi, Mommy-Daddy, Emak-Abah..."

"Udaah udah... Kamu aja manggil kedua orang tua kamu Mama-Bapak kan?" Ali memotong ocehan istrinya itu.

"Iya sih. Tapikan itu udah biasa juga, ak— "

"Stop, Kinanti. Lebih baik kita istirahat, sudah malam." Ali kembali memotong ocehan Kinanti, membuat wanita itu cemberut.

"Mami sama Papa juga cocok kok, Sayang."

Blush...

Astaga! Kenapa suaminya jadi pintar membuat Kinanti salah tingkah begini?!

"Ekhm... Ekhmm... Oke deh." Jawab Kinanti lalu bangkit dari duduknya, mentralkan rasa gugup yang tiba-tiba menyeruap.

Ali tersenyum tipis, menyadari bahwa istrinya sedang salah tingkah.

"Mau kemana?" Tanya Ali ikut berdiri.

"Bersih-bersih badan. Aku belum mandi dari siang tadi." Jawab Kinanti, membuka koper yang dibawa Ali tadi.

"Mau mandi bersama?"

Bjir!! Siaga satu Kinanti, nanti lo di-hap! - Batin Kinanti, waspada saat suaminya mendekat.

Kinanti tak bodoh, ia tahu kemana arah ajakan suaminya itu, meskipun mereka sudah sering melakukannya, terkadang Kinanti masih belum percaya ia sudah diperawani oleh seorang lelaki.

Tolong ingatkan Kinanti pada janin yang sedang bertumbuh didalam perutnya, apa ia tak sadar sudah sejauh mana ia melangkah?

"E-enggak deh. Udah malem, mau buru-buru aja. Mandi kilat, haha..." Jawab Kinanti canggung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Wasiat CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang