Bagian 14

1.3K 59 2
                                    

Wasiat Cinta

*
*

Positive

*

*

Bab 14

*.  *. *.

Keramaian sudah mulai terlihat, Bang Alsyad dan Mbak Alana tampak tengah mengobrol asik dengan Bapakku disalahsatu meja tamu undangan, sambil menunggu acara dimulai.

Aku sudah beres di dandani, mengenakan kebaya semi dress berwarna pink peach memberikan kesan bahwa MUA yang di beli ayah Sania benar-benar mahal.

Aku jadi benar-benar tidak tau harus merespon seperti apa atas kisah sahabatku, effort keluarganya seluar biasa ini, pantas saja dia tidak berani membeberkan kejujuran jika calon menantu Ayahnya adalah seorang pria brengsek.

Ditengah menunggu acara akan dimualai, aku sibuk mengecek ponsel, menanyakan keberadan Mas Ali yang hilang kabar sejak kemarin malam setelah aku membalas pesan jika aku akan tidur dijam empat subuh karena sibuk membantu ibu-ibu disana.

Aku sangat khawatir jika terjadi sesuatu pada suamiku itu, tidak biasanya dia mematikan mode data ponselnya karena setiap 24jam ponselnya akan terus menyala untuk menghindari notifikasi yang terlewat karena pekerjaannya.

"Neng Kinan? Nanti Neng bagian baca Al-Qur'an ya? Soalnya ngebujuk si Ridho susah banget" ujar Pak Jajang, salah satu pengisi acara pernikahan Sania.

"Laaahhh? Kok aku Pak? Aku gak bisa, lagian gak pake kerudung, gak enak ahh" Tolakku secara halus.

"Dibisa-bisain aja. Pake kerudung dulu terus samping sana, rok kamu kepedekan"

Sialan! Ini orang nyuruh kok sambil ngeroasting penampilan gini!

Aku memutar bola mata malas, tidak ingin membantah lebih lanjut karena percuma, Pak Jajang ini terkenal pemaksa.

*
*

"Gak nyangka juga suara kamu bagus banget" itu adalah suara pujian dari Mbak Alana saat aku baru saja selesai turun dari panggung setelah membaca Al-Qur'an.

Aku tersenyum canggung, ikut duduk bergabung dengan Bapak dan Bang Alsyad serta Mbak Alana.

"Allhamdulillah, bakat dari kecil" Jawabku dengan candaan.

"Hahaha.. anak Bapak ini emang pinter banget. Pinter ngaji, belajar, nyanyi sama pinter bohong" Bapakku menambahi dengan nada candaan juga.

"Yaelah, Pak. Iyadeh sipaling jujur" ujarku sedikit kesal, membuat Bang Alsyad dan Mbak Alana tertawa melihat interaksi kami.

"Kin-kin??? Ya Allah, ketemu juga akhirnya!!" Seru seseorang dari arah pintu masuk, nampak banyak orang yang datang.

Ternyata teman-teman seangkatanku, mereka tampak datang bersamaan.

"Astagfirullah!! Sita??? Apa kabar?" Kami berpelukan sebentar sebelum bergantian dengan teman wanita lainnya, dan hanya bertos ria dengan teman pria.

"Allhamdulillah baik. Ini akadnya baru selesai?" Tanya Sita kepadaku

"Udah dari tadi. Kalian tinggal masuk aja, Sania ada di pelaminan, kebetulan baru beres ganti baju" Jawabku.

Merekapun mengangguk mengerti lalu berjalan kearah pelaminan, dimana Sania sudah bersiap menyambut keabsrudan teman-teman kami.

Dan pastinya si rusuh Nando jadi yang terdepan, jadi bahan olok-olokan yang lainnya.

"Foto anjir foto!!" Dan Wanto menjadi yang paling semangat membuat suasana pelaminan sangat ramai.

Wasiat CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang