Wasiat Cinta*
*BAB VI
* *
Aktifitas baru
*
*Sudah dua minggu aku tinggal dirumah besar Mas Ali, dan kami hanya tinggal berdua dengan beberapa asisten yang lumayan banyak.
"Bhahahaha.... Serius emaknya si Gilang begitu?" Aku tertawa mendengar cerita Sania dibalik telpon.
"Asli! Kalo bukan karena dia emaknya si Gilang, udah gue bekem tuh mulutnya! Nyinyir banget" jawab Sania juga tertawa disebrang sana.
"Btw, lu lagi apa?" Tanya Sania
"Biasalah! Gue lagi rebahans. Abis nanam bunga dihalaman belakang" jawabku sambil menyamankan dudukku disoffa ruang tamu sambil menonton tv.
"Wiihhh, tumben. Biasanya holkay shopping terus"
"Sumpaahh! Gabut bener gue. Gue matre-matre gini juga tau diri njir! Gak niat buat ngabisin duit Mas Ali. Meskipun dia gak masalah gue pake kartu atm yang dia kasih kegue buat beli apa aja"
"Iya tau. Serba salah juga ye. Yang bener tuh lu kasih kekayaan lu ke gue"
"Pantes aja Tuhan gak ngasih lo kesempatan buat kaya. Orang lo tamak gitu" cibirku membuat Sania berteriak menyerukan namaku tak suka, sedangkan aku sudah ngakak ria.
Aktifitasku dirumah ini hanya melayani Mas Ali. Mulai dari pagi yang membangunkannya lalu membuatkannya sarapan, katakanya dia akan membiasakan diri dengan sarapan buatanku bukan para pembantu.
Hingga Mas Ali berangkat kerja aku hanya menunggu dan menyibukan diri dengan mengurus bunga dihalaman belakang atau aktifitas lainnya seperti membaca novel yang dibeli saat aku belum menikah yang dibawa kesini, menonton tv dan memainkan ponsel.
Dan saat Mas Ali pulang, aku akan menyiapkan kebutuhan mandinya karena lelah berkerja seharian dan berakhir makan malam bersamanya.
Sebenarnya aktifitas baru itu aku lakukan karena petuah mama dan bapakku serta kakak-kakak yang lainnya yang menyuruhku melayani suami dengan baik.
Meskipun aku menanggapinya dengan menggerutu tak mau, tapi aku tetap lakukan karena terpaksa takut kualat, soalnya mama menjejerkan dosa-dosa jika tidak melayani suami dengan baik.
Inget azab aku tuh!
Dan Mas Ali dengan wajah datarnya menanggapi perlakuanku biasa saja, dia tampak tau aku melakukan itu karena terpaksa, tapi bersyukurnya Mas Ali tak pernah protes sakalipun.
Ini memang bukan pernikahan yang ku inginkan, tapi aku juga tak mau menjanda diusia muda.
Sama seperti prinsip wanita diluar sana, menikah hanya satu kali untuk seumur hidup. Aku juga menginginkan itu, karena aku akan berusaha menerima dengan lapang pernikahan ini.Saat ini aku baru saja selesai menutup panggilan telpon bersama Sania, kami mengobrol hampir dua jam lamanya.
Selalu seperti itu jika aku dan dia keasikan berceloteh hingga lupa waktu.Jam dinding menunjukan pukul 7, itu berarti sebentar lagi Mas Ali pulang.
Dan benar saja, selang lima menit suara mobil Mas Ali terdengar diluar.
"Assalamu'alikum" ucap salam Mas Ali saat membuka pintu.
Aku bangkit dan menjawab "Waalaikumsalam" lalu menghampirinya, mengambil jas yang sudah ia lepaskan dan tasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wasiat Cinta
RomanceWARNING (21+) Ini cerita dari Kinanti Azhira, gadis cantik dari kampung bisayang harus rela dinikahkan di usianya yang baru minginjak angka 20. Memiliki orang tua yang sudah tua dan semua kakaknya sudah berkeluarga, Mama Sarni dan Bapak Adi mengin...