Wasiat Cinta
*
*
Ngidam
* * *
Menatap kearah Sania bingung, Kinanti makin tak mengerti mengapa masalah selalu tak ada habisnya dikehidupan ini?
Ah, bukankah Dunia itu memang tempatnya berbagai banyak masalah dan lelah? Semuanya tak bisa berkesudahan."Gilang? Kenapa lagi laki lo?" Tanya Kinanti dengan nada lembut, tak ingin sahabatnya semakin murung.
"Bukan si Gilang sih, gue nya aja yang gak tau diri"
"Heyy. Jangan suka nyalahin diri sendiri ah, gak baik"
Sania cemberut, hingga membuat Kinanti terkekeh pelan.
"Nanti deh gue ceritanya. Sekarang mah kita ngobrol yang santuy dulu gak sih? Puyeng juga otak ngobrolinnya berat mulu?" Menatap heran kearah Sania, namun mengangguk pelan, menyetujui ucapan Sania.
Biarkan beban berat itu hilang sebentar sebelum kembali menghantam otak sahabatnya itu.
"Btw lo udah berapa bulan dong sekarang?" Tanya Sania mengenai kandungan Kinanti.
Kinanti nampak berpikir, menghitung usia kandungannya sendiri.
"Mau empat kayaknya" jawab Kinanti sedikit tak yakin, dia sering malas menghitung usia kandungannya."Laahh? Udah mau syukuran dong? Mau dimana nih? Di sini atau di Bandung?" Tanya Sania semangat, tak menyangka akan cepat mendapat keponakan dari sahabatnya.
"Buat empat bulanan kayaknya enggak diadain acara. Ibunya Mas Ali maunya acara tujuh bulanan aja nanti di rumah dia" jawab Kinanti mengingat nasihat Ibu mertuaanya tempo hari saat beliau berkunjung kerumah Kinanti dan Ali sekedar membawa makanan dan ramuan herbal untuk Kinanti.
"Oohhh. Oke oke" respons Sania membuat Kinanti juga ikut mengangguk.
"Btw, San. Lo tau gue hamil dari siapa? Emak gue?" Tanya Kinanti. Setau Kinanti sendiri, dia belum berbicara perihal kehamilan kepada teman manapun termasuk Sania selaku sahabatnya.
Sania nampak menggeleng, "Bukan. Gue taunya dari si Nando noh. Malahan dia yang cekcok pengen ngasih kado buat lahiran elo nanti digrup alumni" jawab Sania.
Kinanti menepuk jidatnya pelan, Nando si biang kerok itu memang menyebalkan. Dia berencana memberitahu teman-teman aluminya nanti saat usia kehamilannya tujuh bulan, sekalian mengundang diacara tujuh bulanan.
"Gelo emang tuh bocah! Gue rencananya mau ngasih undangan tujuh bulanan aja sambil kasih kejutan gitu. Ahhh, si Nando mah ngeselin" gerutu Kinanti membuat Sania tertawa ringan.
"Tuh bocah tau dari mana lagian yak? Main sebar aja!" Lanjut Kinanti lagi dengan gerutu sebalnya, awas saja si Nando itu.
"Dari emak lo kali" jawab Sania sekenanya, karena dia memang juga tidak tahu.
"Ah masa? Emak gue aja udah gue wanti-wanti jangan kasih tau dulu waktu itu, terutama temen-temen gue" katanya, mengelak hipotesa dari Sania.
"Ya mana gue taulah! Rese juga ngobrol sama lo lama-lama!" Sania malah ngamuk, ini kenapa dia juga jadi gampang emosian begini?
Tapikan jika mereka sedang berdua sering adu mulut sedari dulu.
"Ehehehe, jangan marah dong. Kan gue lag- "
Drrtttt... Drrtt..
Ponsel Kinanti mengintrupsi yang sejak tadi ia letakan di meja tempat menyimpan makanan dan minuman mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wasiat Cinta
RomanceWARNING (21+) Ini cerita dari Kinanti Azhira, gadis cantik dari kampung bisayang harus rela dinikahkan di usianya yang baru minginjak angka 20. Memiliki orang tua yang sudah tua dan semua kakaknya sudah berkeluarga, Mama Sarni dan Bapak Adi mengin...