Sekarang, waktu nya untuk pulang.
"Woo, mau balik bareng?" Tanya Jihoon, Jeongwoo sedikit berpikir. Haruskah hari ini ia pulang bersama Jihoon?
"Gue bareng Haruto bang" Jawab nya berbohong.
"Rumah lo sama Haruto beda arah, lagian Haruto pulang bareng Junkyu" Ujar Jihoon, ia tau Jeongwoo berbohong dan mencoba untuk menghindar dari nya.
"Ah, iya ya? Haha lupa gue kalo rumah gue sama rumah Haruto beda arah" Jeongwoo cengir-cengir kuda, ia melanjutkan langkah nya untuk menuju halte bus.
"Lo mau ngehindar ya dari gue?" Tanya Jihoon yang ikut melangkah disamping Jeongwoo.
"Gak, kok lo ngomong gitu bang?"
"Dari tadi dikantin lo kayak ngehindar dari gue, gue mau duduk disamping lo, lo nya malah pindah disamping Asahi" Jeongwoo terkekeh, ia pindah karena Asahi yang memintanya.
"Gue pindah karena bang Asahi yang nyuruh bang" Jawab Jeongwoo.
"Ha? Asahi yang nyuruh? Kenapa?"
"Hm, kayaknya bang Asahi gak mau kalo bang Jaehyuk duduk disamping dia. Makanya tadi dia ngode ke gue buat duduk disamping dia" Jihoon mengangguk pelan, tapi itu juga membuat dirinya sedikit berpikir ada apa dengan Jaehyuk dan Asahi.
"Lo tau sesuatu tentang Jaehyuk sama Asahi?" Jeongwoo menggeleng, ia sama sekali tidak tau tentang mereka berdua.
"Gue gak tau, cuma selama gue kenal bang Asahi, bang Asahi selalu ngehindar dari bang Jaehyuk" Jihoon menggigit bibir bawah nya, menandakan bahwa dirinya tengah memikirkan sesuatu.
"Ah, kayaknya ntar gue harus nanya sesuatu ke Jaehyuk" Balas Jihoon, Jeongwoo mengangguk, itu harus seperti nya.
Tepat ketika mereka sampai dihalte bus, bus datang tanpa membuat mereka menunggu lama.
• • • • •Sesampainya dirumah, Jeongwoo langsung membuka knop pintu rumah nya. Satu hal yang selalu menjadi arah pandangannya, satu hal yang selalu menjadi objek ketika dirinya pulang dari sekolah.
Mama nya.
Sosok perempuan yang sulit untuk mengikhlaskan.
Jeongwoo melangkah pelan, bahkan langkah nya sangat kecil untuk datang menghampiri Mama nya.
"Ma.." Panggil nya serak.
Tidak ada jawaban, sama sekali tidak ada.
Jeongwoo membuang nafas gusar, suatu kebiasaan untuk nya karena tidak pernah lagi mendapatkan respons dari Mama nya.
"Mama udah makan Ma?" Tanya Jeongwoo, ia begitu berharap Mama nya akan menjawab pertanyaan dari mulutnya.
"Jongu baru aja pulang sekolah, gak mau meluk Ma?" Lagi, tidak ada jawaban.
"Hah.. kalo gitu Jongu kekamar dulu ya Ma? Kalo Mama butuh apa-apa teriak aja nama Jongu, Jongu bakal datang" Jeongwoo berbalik arah, melangkah menuju kamar nya meninggalkan Mama nya sendirian.
Jeongwoo masuk kedalam kamar nya, duduk ditepi kasur dan meraih bingkai foto berisi dirinya dan juga kedua orang nya.
"Pa, ayo pulang. Mama gak suka Papa pergi lama-lama" Tangan itu menyentuh wajah sang Papa, sangat lembut, bahkan sampai membuat hati nya rapuh lagi.
Jeongwoo kembali meletakkan bingkai foto itu, ia merebahkan dirinya diatas kasur, menatap langit-langit kamar nya dan segera memejamkan mata nya dan berharap akan ada hal baik yang datang padanya.
• • • • •
"Ruto, mau sampai kapan disini?" Tanya Junkyu pada Haruto, Haruto hanya menindihkan bahu nya tidak tau, rasanya ia tidak ingin pulang kerumah dan terus berada disini bersama Junkyu.
"Jangan ngomong tentang kapan gue mau pulang bang, gue gak mau. Gue mau disini sama lo" Balas Haruto, Junkyu menyerah. Ia memilih untuk duduk didekat Haruto yang berada dikasurnya.
"Kenapa lo gak mau pulang? Mama sama Papa lo pasti bakalan khawa-"
"Mereka gak bakal khawatir sama gue, bahkan mereka lupa ada gue dirumah" Potong Haruto menyela ucapan Junkyu.
"Maksud lo?"
"Bang, mereka selalu berisik. Gue gak tahan" Hati Haruto kembali retak, mengingat kedua orang nya tak mampu membuat dirinya harus bersembunyi dari Junkyu.
Junkyu terdiam, ia langsung mengerti apa yang dimaksud oleh ucapan Haruto barusan.
"Ruto-"
"Bang, rumah gue banyak teriakkan, rumah gue penuh dengan bentakkan. Gue benci bang, gue benci saat dimana mereka bertengkar tanpa melihat kearah gue" Air mata Haruto terjatuh, membuat Junkyu merasa tidak tega.
"Gue benci rumah bang, gue benci pulang ketika waktu gue disekolah udah berakhir. Gue mau waktu gue habis di sekolah, dimana gue terhibur dengan adanya teman-teman gue" Lanjut Haruto sesak, perlahan tangan Junkyu terangkat, menyentuh pundak Haruto dan mengusap sangat lembut.
"Lo gak boleh benci rumah, rumah udah jadi tempat ternyaman yang pernah lo singgah dan tepati" Haruto tau, tapi itu tidak terasa nyaman lagi.
"Dulu nyaman, tapi sekarang gak. Rumah bagaikan neraka buat gue"
Junkyu menunduk, ia tidak tau harus melakukan apa. Tidak ada yang bisa ia bantu selain membuat Haruto merasa baik-baik saja hari ini.
"Gue gak tau harus ngomong apa lagi, tapi yang gue harap lo bakal bisa berdamai dengan keadaan. Jadiin keadaan lo yang sekarang sebagai sosok teman biar lo bisa nerima kenyataan tentang kedua orang tua lo. Gue yakin, suatu saat nanti kedaaan kalian betiga bakal baik-baik aja kayak dulu" Haruto tersenyum, ucapan Junkyu membuat dirinya sedikit bersemangat.
"Makasih bang" Junkyu tersenyum, membuat Haruto juga ikut tersenyum..
"Kalo lo gak mau pulang yaudah lo tidur disini aja, gue bakal keluar sebentar buat ngomong sama Mama lo" Haruto diam, tidak tau harus mencegah Junkyu atau tidak.
"Gak papa kan gue ngomong sama Mama lo kalo lo tidur sini?" Haruto masih berpikir.
"Kalo lo diam berarti jawabannya boleh, tenang aja, gue gak bakal bilang yang enggak-enggak" Akhirnya Haruto mengangguk.
"Makasih sekali lagi"
"Gak perlu ngomong makasih, lo udah gue anggap sebagai adik gue sendiri" Junkyu berdiri, lalu pergi sebelum menepuk-nepuk pundak Haruto pelan.
Ketika pintu kamar Junkyu kembali tertutup, Haruto menyandarkan punggung ke belakang dan segera meraih bantal milik Junkyu. Ia menutupi wajah nya, menangis disana untuk menuangkan semua kesedihan nya tentang kedua orang tua nya.
• • • • •
T R E A - S U R E
KAMU SEDANG MEMBACA
TREA and SURE | ᴛʀᴇᴀꜱᴜʀᴇ ✓
Non-Fiction❝ Kita mungkin dilahirkan di tempat yang berbeda. Tapi sekarang, kita menjadi satu ❞ - Asahi note 📌 kalian semua bakal nemu kapal Jaesahi dan Harukyu disini. Dan selebihnya, bakal nemu kapal lain, jadi selamat membaca ^^ BUKAN BXB ! ...