19 - "Gue bukan anak kecil, Sa"

662 122 0
                                    

"Gue cabut duluan" Jeongwoo pergi setelah selesai membereskan barang-barang nya yang ada di atas meja, anak itu keluar dengan cepat mengabaikan Asahi yang terus memanggil nama anak itu.

"Woo!" Panggilan terakhir, dan Jeongwoo tidak menoleh pada Asahi.

Asahi menghadap kebelakang setelah tas hitam nya sudah tersandang di punggungnya, ia menatap satu persatu teman-temannya dan berharap tau sesuatu apa yang terjadi pada Jeongwoo.

"Ada yang tau Jeongwoo kenapa?" Keempatnya terdiam, dan menatap satu sama lain.

"Anu bang.. itu.."

"Buruan To, Jeongwoo kenapa" Asahi mendesak, ia paling tidak suka menunggu jawaban yang bahkan jawaban itu sudah ada.

"Doy, ajak Haruto sama Junghwan keluar. Biar gue yang ceritain ke Asahi" Doyoung mengangguk mengiyakan perintah Bang Yedam, lalu setelah itu, Doyoung membawa Junghwan dan Haruto keluar dari kelas.

Setelah ketiga nya keluar, Yedam lebih dulu menarik nafas nya panjang. Sebenarnya ia tak ingin Asahi tau tentang masalah Jeongwoo dan Junghwan, Yedam tak ingin membuat pikiran Asahi tertambah, terlebih Yedam selalu peka dengan apa yang terjadi pada Asahi akhir-akhir ini.

"Kenapa Dam? Jeongwoo kenapa? Tadi juga Junghwan-"

"Junghwan bikin sakit hati Jeongwoo, Sa. Junghwan bawa-bawa keluarga, dia bilang Jeongwoo anak yatim dan gak punya bapak, gue gak tau kenapa Junghwan bisa ngomong gitu, yang pasti tadi mereka adu panco dan yang kalah harus nerima makian dari yang menang" Balas Yedam jelas, Asahi terdiam, ah dugaannya tepat dengan jawaban Yedam.

"Gue rasa ini bukan masalah besar Sa, Jeongwoo sama Junghwan pasti bakal baikan, dan gue bisa nyelesain masalah mereka berdua. Dan lo gak perlu khawatir, jadi plis, jangan terlalu khawatirin mereka.."

"Kenapa? Kenapa gue gak boleh terlalu khawatirin mereka? Lihat mereka berdua tadi kayak gitu udah ngebuat gue khawatir Dam" Yedam membuang nafas nya gusar, Asahi harus mengkhawatirkan dirinya sendiri dulu, baru orang-orang disekitar nya.

"Sa, khawatirin dulu diri lo sendiri. Ini cuman masalah kecil, gue bisa bikin mereka berdua damai. Lo gak perlu mikirin mereka, biar mereka jadi tugas gue"

"Apa yang harus gue khawatirin ke diri gue sendiri? Gak ada Dam. Gak ada yang harus gue khawatirin selain teman-teman gue" Bisa didengar, Yedam lagi dan lagi membuang nafas nya.

"Sa, lihat diri lo yang sekarang. Apa ini yang dinamakan gak ada yang harus dikhawatirkan? Lo lagi ada di titik lo lagi sakit, lo lagi lemah, dan banyak hal yang harus lo pentingi didiri lo sendiri. Sa, kesehatan lo penting. Kalo lo nyelesain masalah Jeongwoo sama Junghwan, dan mereka udah baikan terus lo yang kenapa-kenapa. Lo bakal ngundang masalah lagi, mereka bakal khawatir dan bahkan bakal nangis kalo sampai lo kenapa-kenapa" Asahi bungkam, Yedam benar-benar temannya yang paling dewasa diantara anak-anak SURE yang lain.

"Lo ngomong gitu seakan gue ada di hal-hal yang berbahaya. Dam, gue cuman sakit biasa. Gue gak kenapa-kenapa."

"Yakin? Gue bukan anak kecil yang bisa lo bohongi Sa. Dari apa yang terjadi sama lo akhir-akhir ini gak bisa lari dari apa yang pikiran gue tangkap. Lo gak sakit biasa, lo lagi kenapa-kenapa. Dan gue yang ngomong seakan lo ada di hal-hal yang berbahaya, itu benar Sa. Lo lagi ada di hal yang berbahaya itu."

Asahi tak menjawab.

"Gue tau semuanya."

Asahi menatap Yedam setelah tadi menunduk menatap lantai, jantung nya berdetak tak karuan setelah Yedam mengatakan bahwa ia tau semuanya.

"Apa yang lo tau?"

"Lo ngalamin gagal ginjal" Asahi benar-benar terdiam seribu bahasa, arhk! Kenapa Yedam bisa tau?!

"Lo kaget kan kenapa gue bisa tau? Gue tau Sa, gue tau di tiga hari yang lalu." Lanjut Yedam.

"Gue tau tanpa nanya ke paman gue, paman gue sahabatan sama bokap lo dan lo adalah pasian kesayangan paman gue yang selalu paman gue ceritain ke gue waktu gue disekolah menengah"

"Ah, Sa! Ternyata lo pasien kesayangan paman gue? Gue marah Sa, kenapa harus lo pasien itu, kenapa harus lo yang punya penyakit itu dari kecil. Kenapa coba Sa? Kenapa harus lo, kenapa gak orang lain aja?"

Air mata Asahi terjatuh, betapa lemah nya dirinya sekarang.

"Dam, gue juga marah karena tau gue gagal ginjal. Gue gak mau Dam, tapi gue gak bisa nolak, gue gak bisa apa-apa selain nerima keadaan" Yedam mendekat, menatap Asahi begitu lekat.

"Sa, apa alasan akhir-akhir ini gue sama yang lain kerumah lo tapi lo nya gak ada, lo lagi kerumah sakit buat cuci darah?" Asahi mengangguk lalu menyerkap air mata nya.

"Kenapa lo sembunyiin dari kami Sa? Gimana bisa lo bohong tentang penyakit lo?"

"Gue gak mau bikin kalian semua khawatir, gue benar-benar gak mau" Asahi memalingkan wajah nya, ia tak mau Yedam melihat wajah yang terlihat lemah itu.

"Sa, dengan lo yang kayak gini malah ngebikin kami semua khawatir. Jangan gini Sa plis, lo bakal ngebuat semua nya marah sama lo"

"Gak papa, gue rela dimarahin atau bahkan dijauhi kalian dari pada gue harus ngelihat kalian khawatir sama gue." Yedam mengusap wajah nya frustrasi, jika itu yang Asahi mau, ia tidak bisa memaksa.

"Kalo gitu, mau sampai kapan lo sembunyiin dari yang lain? Dan satu lagi, apa bang Jaehyuk tau soal ini?" Asahi menggeleng pelan.

"Dia orang pertama yang gak bakal gue beri tau Dam, gimana bisa gue gak sembunyiin penyakit gue ke dia? Gue cuman bakal ngebikin senyum dia hilang"

"Segitunya lo gak mau ngebikin bang Jaehyuk sedih?"

Asahi terdiam dan mengangguk kecil.

"Soal mau sampai kapan gue senbunyiin penyakit gue, gue gak tau. Kalo bisa selamanya, gue bakal sembunyiin selamanya dari mereka. Ya.. kalo bisa." Asahi memegang pundak Yedam, menatap Yedam memohon agar tidak memberitahu siapa-siapa tentang ini.

"Bantu gue sembunyiin dari yang lain, cukup lo yang tau. Cukup lo yang khawatir, jangan yang lain" Yedam mengangguk terpaksa, jika menolak, Asahi akan terus memaksanya.

• • • • •

T R E A - S U R E

TREA and SURE | ᴛʀᴇᴀꜱᴜʀᴇ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang