She Said Happy (Happy)

699 78 11
                                    

Seokjin bangun terlambat dari biasanya. Lelaki itu bangun tanpa sehelai benang pun melekat di tubuh kekarnya. Secepat kilat Seokjin melakukan ritual pagi harinya lalu segera meluncur menuju kantornya. Dan, ahh.. bagaimana keadaan istrinya sekarang. Ia tak sempat mengecek Jisoo pagi ini setelah dirinya temui terakhir kali yeoja itu dalam keadaan nyaris kacau di malam hari. Seokjin tak punya banyak waktu sekarang

Sesampainya di gedung kantor, Seokjin mendapat jadwal meeting siang ini dari sekretaris pribadinya. Ia dapat berleha-leha untuk sementara sebelum meeting dimulai. Seokjin ingat jika hari ini bertepatan dengan acara yang kantornya biasa adakan setiap satu tahun sekali, hanya di musim panas tentunya. Ya.. sekedar selebrasi bagi karyawannya yang telah bekerja keras untuk satu tahun terakhir tak apa bukan?

Tak terasa waktu begitu cepat berjalan. Seokjin harus pergi ke ruang meeting dengan mata sayunya. Selama meeting berlangsung, pikirannya melayang pada kejadian tadi malam. Kegiatan erotis yang dilakukan bersama mantan kekasihnya itu tersimpan jelas di memorinya, bagaikan kilas balik yang diputar

"Michyeosseo"gumam Seokjin ditengah salah satu karyawannya menjelaskan. Perlahan tangannya memijat pelan pelipis

Setelah meeting usai, Seokjin lantas berjalan menuju vending machine yang menjajakan berbagai jenis minum kaleng bersoda. Otaknya butuh penyegar saat ini. Hingga salah satu karyawannya menghampiri mesin tersebut, tak luput dari bungkukkan hormat kepada Seokjin

"Tuan, leher Anda terluka! Anda baik-baik saja?"tanya karyawan tersebut, matanya tak sengaja melihat leher jenjang Seokjin. Sebuah tanda merah pekat yang jelas tertera di kulit putihnya

Telapak tangan Seokjin berusaha menutupi luka yang dimaksud karyawan di hadapannya

"Gwenchana. Aku pergi lebih dulu!"ujar Seokjin yang mendapat bungkukkan. Setelah kaleng minumannya keluar, lelaki itu bergegas pergi sembari menutupi salah satu bagian lehernya

Sial! Luka itu bukan sembarang luka. Melainkan kiss mark yang di buat oleh mantan kekasihnya ketika mereka bermain. Berkaca pada layar ponselnya, benar saja tanda merah itu terukir jelas. Ini mungkin akan menjadi bulan-bulanan seantero gedung kantor. Tangan lelaki itu meremas kaleng soda hingga setengah remuk

•••

"Seokjin-na, kau tidak minum?"tanya salah satu karyawan yang menawarkan satu gelas kaca.

Ya, mereka lebih tepatnya para karyawan memanggil sebutan atasan mereka dengan nama asli saat diluar area pekerjaan. Itu pun keinginan Seokjin sendiri. Lelaki itu merasa lebih dekat ketika seseorang memanggil namanya tanpa embel-embel 'Boss' atau 'Tuan'. Ia menganggap karyawannya sebagai teman pada umumnya

Kembali pada seseorang yang bertanya kepada Seokjin

"Ani. Perutku begah"jawab Seokjin yang diangguki oleh karyawan tersebut

"Dan.. pakaianmu terlihat panas. Seingatku, kau masih menggunakan setelan jas"tutur karyawan itu, menilik pakaian yang dikenakan Seokjin berupa turtleneck

"Aish. Sudahlah, jangan mempersalahkan apa yang aku kenakan. Persiapkan voucher undianmu itu!"titah Seokjin sembari melipat lengan pakaiannya

"Arraseo.. Jeju, aku datang"teriakan lantang yang dibuat karyawan tersebut berhasil membuat Seokjin menggeleng lemah

Seokjin memboyong semua karyawannya ke sebuah bar yang terkenal elite. Kini mereka berada di private room yang disewakan semalam penuh. Sesuai dengan temanya, merayakan satu tahun kerja keras mereka semua. Ditambah 2 tiket pergi menuju pulau Jeju siap menanti pemenangnya. Sebelumnya mereka mengambil voucher undian, apabila salah satu nomer disebutkan maka ialah yang berhak mendapat tiket Jeju tersebut. Seokjin turut andil mendapatkan voucher itu, ia hanya iseng

The MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang