The Flower was Bloom

208 23 0
                                    

"Ayolah, kau yang memintanya dan aku tidak tega dengan wajah memelas itu. Jadi.. itu pun.. terjadi"lirih Seokjin. Tangannya yang sibuk memotong kimchi sesekali mencuri pandang pada Jisoo yang tengah duduk di kursi meja makan dengan tangan menyilang di dada. Raut muka yang terus ditekuk itu rasanya ingin Seokjin cubit dan menghujaninya ribuan ciuman, tapi sadar dengan keadaan yang tidak memungkinkan.

"Seharusnya Oppa bantu aku untuk sadar, semua namja sama saja!"

"Tapi kau terlihat menikmatinya hingga kli–"

Tak sempat mengakhiri ucapannya, Seokjin mendapati sebuah lirikan sinis menghunus lelaki itu. Ups! Lebih baik diam, batin Seokjin. Bibir tebal itu terkulum dalam-dalam.

Wangi jagung yang direbus menyeruak ke dalam indra penciuman Jisoo. Entah apa yang suaminya itu coba masak, yang pasti perut Jisoo sekarang keroncongan. Perkakas yang saling beradu dibalik tubuh tegap Seokjin menambah rasa penasaran Jisoo. Kini Jisoo yang mencuri-curi pandang pada kegiatan Seokjin dan tertangkap basah, sedangkan Si Koki hanya tersenyum tipis.

Semangkuk sup jagung yang masih mengepul asapnya telah tersaji di depan Jisoo. Disampingnya terdapat kimchi lobak sebagai pendamping hidangan utama tersebut, Walaupun hidangan sederhana tapi begitu menggugah selera,

"Makanlah, itu dapat menghilangkan pengar dan sebagai permintaan maaf dariku"tutur Seokjin yang ikut bergabung di meja makan

'cih, aku tidak dapat disogok dengan semangkuk sup'batin Jisoo

kruk~

Perutnya berkata lain. Seokjin mengulurkan sendok, pilihan yang sulit. Dan.. hanya untuk kali ini saja, Jisoo menerima uluran sendok Seokjin kemudian ragu-ragu mencoba supnya terlebih dulu dalam satu sendok. Rasanya meledak di dalam mulut. Lezat. Itu yang hanya ada di benak Jisoo

"Otte?"tanya Seokjin menunggu jawaban dari Jisoo yang menyendok sarapan tersebut kedua kalinya

Anggukan kepala membuat Seokjin tersenyum lega. Jisoo menawarkan sendok miliknya berniat untuk berbagi makanan mengingat hanya satu mangkuk yang lelaki itu sajikan. Kibasan tangan Seokjin mengisyaratkan tidak perlu dan Jisoo lagi-lagi mengangguk.

Jisoo kembali luluh oleh perlakuan Seokjin, suaminya sendiri.

Lelaki itu menopang dagu dalam diam. Memperhatikan bagaimana pipi tirus Jisoo yang penuh dengan nasi goreng menjadi chubby lalu tirus kembali dan Seokjin menikmati momen ini, hingga suapan terakhir masuk kedalam mulut Jisoo. Merasa diperhatikan, Jisoo membuka topik agar tak kentara oleh perasaan canggung yang mulai menyelimuti

"Jika sudah membersihkan dapur, bantu aku di kebun belakang"

"NE!"

Tangan Seokjin seketika menjadi bentuk formasi hormat. Setidaknya Jisoo tak lagi kesal padanya, dengan membantu istrinya berkebun mungkin akan membangun mood pagi hari.

•••

Peralatan berkebun digenggam oleh Seokjin. Lelaki itu sengaja membawakan demi Jisoo. Kebun yang awalnya gersang berubah setelah berada ditangan seorang Jisoo. Seokjin tidak pernah berkunjung ke mini garden dirumah tersebut selama menikah. Bunga mawar putih mendominasi kebun yang dibuat yeoja itu. Mekar dengan cantik dan beraroma harum, suasana yang sangat melambangkan seorang Jisoo.

"OPPA.. OPPA.. YAKKK"

Jeritan Jisoo sukses menarik netra Seokjin disampingnya. Tangan yeoja itu mengibas berulang kali baju yang dikenakannya sendiri.

"Wae? Wae?"

"LEBAH.. masuk kedalam bajuku"

Telunjuk Jisoo tertuju ke arah belakang pakaiannya. Dengan sigap Seokjin membantu mengeluarkan lebah yang tersesat tersebut keluar. Namun, saat telapak tangannya tak sengaja menyentuh kulit punggung milik Jisoo, getaran aneh mulai menggerayangi tubuh lelaki itu. Apakah kegiatan semalam tidak cukup Kim Seokjin, batin Seokjin menghela nafas dan dilihatnya lebah kecil kuning terbang menghilang oleh angin. 

The MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang