Decision

2.1K 179 20
                                    

Fajar telah terbit, menandakan pagi telah datang. Hingga cahayanya memasuki celah tirai kamar milik Jisoo, Jisoo yang tertidur lelap dengan mata sayunya terpaksa bangun dari tidur nyenyaknya

Ia mengerjap-ngerjapkan mata dan mulai duduk bersandar di kepala ranjang king side sembari memijit pelipis kanannya dan dirasa sudah cukup ia sadar dengan pakaian yang melekat di tubuh mungilnya

'Apa ini pakaian semalam?'batin Jisoo

Jisoo melirik ke arah jam dinding dan terkejutnya dengan jarum jam yang menunjukkan angka 9

"Aigoo.."umpat Jisoo bangkit dari tempat tidur dan berlari menuju kamar mandi, dikarenakan badannya yang mulai merasa tidak nyaman dan lengket. Ditambah baju yang tidak ia ganti dengan piyama tidur sedari malam

Di saat Jisoo tengah nyamannya merasakan butiran air dari shower yang mengalir melewati kulit putih miliknya, pikirannya tiba-tiba saja terjun dengan kejadian semalam. Kejadian yang menurutnya seperti mimpi dan hanya sebuah lelucon semata

'Aku harus bagaimana?'jerit batin Jisoo

Setelah menyelesaikan ritual mandinya, Jisoo keluar dengan badan yang terbalut bathtup terlihat segar tetapi tidak dengan matanya. Ia berjalan menuju lemari pakaiannya dan berpikir untuk menggunakan pakaian khas rumahannya saja, dikarenakan hari ini adalah hari Minggu dan tidak ada jadwal pemotretan tentunya. Ia memilih untuk menggunakan T-shirt putih dan celana jeans pendek

Dirasa sudah, Jisoo berjalan menuju meja riasnya hanya sekedar mengeringkan rambutnya yang basah setelah itu menggunakan skin care yang biasa ia lakukan

Setelah rambutnya yang ia tata rapih sedemekian rupa, tangannya beralih kepada botol kecil yang rupanya adalah pelembap wajah, Jisoo meraihnya dan mengeluarkan isi dari botol pelembap tersebut. Di saat tangannya akan memoleskan krim pelembap, ia memandang sejenak bayangan dirinya dicermin yang terpampang jelas

'Apakah aku harus menerimanya? Jika ku tolak Eomma dan Appa akan sedih, sedangkan jika ku terima bagaimana karir ku kedepan? Ahh.. Bagaimana ini Tuhan, tolong berikan aku jawaban dari kebimbangan ku saat ini'batin Jisoo

Jisoo menggelengkan kepala dan melanjutkan memoles krim pelembap yang sedari tadi berada di telapak tangannya, dan kesekian kalinya ia bergumam di dalam hati

'Apa yang dikatakan mereka ada benarnya?'batin Jisoo kembali bertanya

Ia akan gila jika terus memikirkan perjodohan yang tiba-tiba tersebut, apakah harus ia terima? Jika ia terima bagaimana dengan karirnya sebagai model yang masih hangat-hangatnya diberitakan akan segera menikah. Sedangkan jika ia menolak mentah-mentah? Sudah dipastikan, baik Eomma Appanya maupun keluarga Seokjin akan kecewa. Didalam hati kecil Jisoo, ia ingin sekali menerima perjodohan itu tapi.. apa boleh buat

Jisoo menopang kepalanya menggunakan kedua telapak tangan, memejamkan mata untuk berpikir keras tentang jawaban yang harus ia berikan

'Mereka semua benar, ini demi kebaikan ku juga bukan untuk Eomma dan Appa saja. Baiklah Kim Jisoo kita mulai'batin Jisoo menerima

"Huft... Baiklah aku terima ini semua"akhirnya setelah berpikir dengan keras, membuahkan hasil yang menurutnya baik. Ia kembali memandang bayangan dirinya yang terpampang jelas didepan cermin

'Semoga baik-baik saja'batin Jisoo tidak tenang

Jisoo melangkahkan kaki menuju pintu kamarnya, sejenak ia menatap kenop pintu, menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya. Dirasa sudah tenang ia meraih kenop pintu, lalu memutarnya. Menutup pintu kembali dan turun menuju lantai bawah untuk menemui Eommanya. Memberi tahukan perihal jawabannya tentang perjodohan tersebut

The MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang