To Be Lover (Love)

612 57 9
                                    

Hari terakhir perjalan di pulau Jeju mereka habiskan di kebun jeruk yang Jisoo katakan tempo kemarin. Cuaca hari ini tak mendukung dengan gumpalan abu yang menyebar di sekitar langit Jeju, namun keinginan Jisoo untuk pergi mencoba jeruk Jeju lebih penting dibandingkan awan yang tak lama lagi memuntahkan buliran airnya

Sejak pagi datang, matahari tak menunjukkan keberadaannya akibat langit yang mendung. Hampir saja rencana Jisoo dibatalkan sepihak oleh Seokjin. Lelaki itu berkata seharian ini akan turun hujan lebat menurut ramalan cuacanya yang ia cek di layar ponselnya. Jisoo yang sudah berdandan rapih dan siap untuk berangkat mulai merengek karena perkataan Seokjin

Itu hanya hujan air bukanlah hujan darah, sela Jisoo dengan bibirnya yang mengerucut. Lagi, Seokjin menuruti permintaan yeoja itu. Sia-sia dirinya melontarkan seribu satu alasan, jika pada akhirnya lelaki itu yang mengalah.

Setelah membayar tiket masuk kedalam kebun yang dipenuhi pohon berbuah oranye, mereka diberi sebuah keranjang dan gunting untuk menggunting jeruk dari rantingnya juga menampungnya ke dalam keranjang anyaman tersebut. Lalu buah berwarna oranye itu akan ditimbang per kilogramnya

"Yak! Oppa, kenapa jerukmu kecil? Itu belum matang"ujar Jisoo menghampiri Seokjin di seberang pohon yang yeoja itu petik buahnya

"Lihatlah, sebesar ini jeruk yang dipetik"tangan yeoja itu terangkat, menunjukkan jeruk yang sebesar kepalan tangannya

"Jangan meremehkan, ini sudah berubah warna menjadi oranye dan walaupun bentuknya kecil rasanya tak akan asam"gerakan tangan Seokjin mulai mengupas kulit jeruk kecil seperti perkataan Jisoo tadi. Ukurannya yang tak seberapa dengan besarnya telapak tangan Seokjin

Diberikannya satu bagian jeruk kepada Jisoo yang telah lelaki itu bagi dua sebelumnya. Jisoo menerimanya ragu, air liurnya hampir keluar karena membayangkan rasa asam atau kecut yang akan memenuhi rongga mulutnya setelah mencoba jeruk berukuran kecil hasil petikan suaminya. Satu gigitan berhasil membuat mata yeoja itu terbuka lebar

Jisoo membenarkan perkataan Seokjin, air sari jeruk yang manis terasa hingga kerongkongannya.

"Terbukti?"tanya Seokjin, rahangnya masih bergerak mengunyah sisa jeruk

"Eoh"decak Jisoo

"Atau.. kau ingin melihat yang lebih besar dari jeruk kecil tadi?"

"Mworago?"

"Milikku contohnya"

Seokjin menaik turunkan alisnya, berusaha menggoda yeoja dihadapannya yang kebingungan oleh kalimatnya tadi. Biji bola mata lelaki itu turun, menunjuk ke arah sesuatu. Jisoo yang penasaran mengikuti arah pandang suaminya dan saraf otaknya seketika mengerti arah tujuan kalimat Seokjin

"Aish.. byeontae!"cerca Jisoo sembari melempar jeruk yang dipetiknya kepada lelaki mesum tak lain suaminya sendiri

"Kau menakutkan"desis yeoja itu pergi berlalu dari hadapan Seokjin yang masih tertawa hingga perutnya keram

Jarak pohon yang disinggahi Jisoo dengan pohon Seokjin begitu jauh. Yeoja itu berusaha menjaga jarak dari Seokjin setelah kejadian beberapa waktu yang lalu. Beruntungnya tak banyak pengunjung yang datang kemari hingga mereka tak menjadi tontonan dan sepertinya hanya tersisa Pasutri tersebut sekarang

Rintikan air mulai turun. Jisoo yang tengah asyik memetik terhentikan oleh tetesan air hujan mengenai lengan putihnya. Langkah panjang terdengar menghampiri dirinya, Seokjin dengan satu tangan menutupi kepalanya agar tak basah namun hal itu tetap tak terhindarkan.

"Kita harus berteduh"ajak Seokjin. Rintik hujan semakin deras

"Terlalu jauh untuk pergi ke tempat pengiloan jeruk"ujar Jisoo sedikit berteriak, suaranya hampir tenggelam diantara derasnya hujan

The MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang