Make It Count

938 105 9
                                    

"Eonnie, guhaejwo"

"Jennie-ya"Jisoo memegang bahu sahabatnya. Pikirannya terus berkecamuk tentang kemungkinan hal buruk menimpa Jennie, karena ia tahu bahwa Jennie memiliki masalah kesehatan yang dapat sewaktu-waktu kambuh

"Tolong katakan sesuatu"lanjutnya

"Harus aku apakan bayi ini"kening Jisoo mengerut. Tidak mengerti dengan maksud yeoja di hadapannya ini

"Aku.. mengandung seorang bayi, Eonnie"cairan bening mulai membasahi pipi gembul seorang Jennie Kim. Tubuh Jisoo menegang mendengar penuturan Jennie, rasa iba ia rasakan saat ini

"Sebaiknya kau tenang dulu. Arraseo"Jisoo menuntun Jennie untuk duduk pada kursi yang berhadapan dengannya

"Bagaimana jika ak-"ucapan Jennie terpotong oleh Jisoo, berusaha untuk tenang disaat situasi seperti ini

"Jennie-ya, gwenchana. Lalu siapa Ayah dari anak yang kau kandung sekarang?"Jisoo ragu akan bertanya mengenai hal itu namun ia harus tahu dalang dari semua ini

"Lelaki itu..."Jennie menggeleng kuat, kepalanya mendadak pening dan sesak menjalar di dadanya

Benar. bertanya hal sensitif adalah pilihan yang tidak tepat di waktu seperti ini bagi Jisoo. Inikah alasan Jennie tidak dapat hadir di pernikahan, benaknya. Dan tiba-tiba datang membawa kabar yang mengejutkan. Tuhan, skenario apalagi setelah ini

"Baiklah jika kau tidak ingin memberitahuku. Aku akan mencari sendiri lelaki bejat itu"geram Jisoo, ketika ia bangkit dari duduknya tangan dingin Jennie menyangkal terlebih dulu

"Tidak. Andwae"

"Apa kau ingin terus tersiksa seumur hidup seperti ini? Eoh?"

"Beri aku waktu"ucapan Jennie sukses membuat Jisoo terdiam

"Tapi bajingan itu-"

"Tolong percaya padaku Eonnie. Aku akan menjelaskannya nanti, jadi tolong beri aku waktu"

Jisoo hanya bisa menghela nafas kasar. Semua keputusan berada di tangan sahabatnya, dan tidak mencampuri urusannya. Walaupun Jennie sahabatnya tapi bagi Jisoo dia adalah seorang saudara yang harus ia lindungi. Dirinya hanya bisa berdoa untuk keselamatan Jennie dan.. bayinya

•••

Di perjalanan pulang, Jisoo sempat mampir di sebuah toko pizza setelah mengantar pulang Jennie lebih dulu. Awalnya ia ingin menemani Jennie karena kondisi sahabatnya itu yang dapat membuatnya cemas dan membutuhkan teman disampingnya tapi tawarannya ditolak oleh Jennie.
'Seseorang menunggumu pulang'
Ahh bagaimana dirinya melupakan status barunya sekarang. Istri dari seorang namja bernama Kim Seokjin

Ia ingat tidak berpamitan sebelum keluar menemui Jennie. Membayangkan raut Seokjin yang tengah memarahi dirinya dan di cap sebagai istri nakal, membuat bulu kuduknya berdiri. Tapi untuk apa ia peduli, pernikahan ini bukan keinginannya jadi ia bebas melakukan apapun selagi tidak merugikan siapapun, pungkas Jisoo

Mengingat hari akan gelap. Yeoja itu mempercepat langkahnya sembari mengeratkan mantel yang dikenakan. Memasuki pekarangan rumah, dirinya disambut oleh lampu taman yang remang-remang cahayanya. Saat jemarinya akan memutar kenop pintu, sayup-sayup terdengar alunan lembut berasal dari tuts piano di dalam sana. Tunggu sejak kapan rumah ini memiliki piano? batin Jisoo. Tidak berlama-lama tungkainya melangkah dengan rasa penasaran

Namun yang ia dapat adalah ruangan minim pencahayaan, lampu padam hanya sinar matahari sore hari yang menerangi ruangan itu melalui jendela tanpa tirai. Netra yeoja itu dapat menangkap siluet lelaki diseberang sana, jari-jarinya tengah bermain di atas piano dengan merdu membuat Jisoo tertegun sejenak

The MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang