Myoui pov
Aku akhirnya berada di dalam lapangan basket sambil memegang bola bewarna oranye dengan kedua tanganku. Jeongyeon berdiri di sampingku dan dengan sabar mengajariku cara melempar bola dengan benar.
Kami berdiri beberapa langkah di depan yang biasa disebut garis lemparan bebas, sementara chaeyoung dan jackson berdiri di bawah ring untuk mengambil bola jika lemparan ku meleset.
"Ini seperti taekwondo. Jika disana kau menggunakan kekuatan kaki mu untuk melompat tapi di sini kau harus memanfaatkannya untuk melempar bola..." jelas jeongyeon.
Aku suka cara dia menjelaskan tekniknya padaku, dia menggunakan beberapa aplikasi dan istilah taekwondo ke dalamnya.
Seperti yang dia katakan, aku melempar bola untuk pertama kalinya malam itu. Itu meleset, tetapi anehnya aku tidak jadi kecewa saat mendengar ucapan jeongyeon.
"Tembakan yang bagus!"
"Tapi itu tidak masuk..." kataku padanya.
"Itu tembakan yang bagus untuk seorang pemula atau seorang yang tidak terlalu menyukai bola basket. Kau melakukannya dengan tepat di awal lompatan. Setelah kau melakukannya dengan benar, melempar bola dan memasukannya ke dalam ring itu hanya lah sebuah bonus. Dan kau selalu bisa melempar bola lagi..."katanya sambil memainkan bola basket itu di tangannya.
Kami menghabiskan waktu hampir satu jam untuk menembak bola ke dalam ring dan aku merasa kagum saat melihat jeongyeon memasukan bola ke dalam ring dengan jarak yang jauh dari garis.
Aku mencobanya beberapa kali tapi bola tidak pernah mencapai ring itu. Itu membuat ku frustasi, tetapi jeongyeon mengatakan tidak apa-apa untuk pemula seperti ku.
Dia berkata bahwa dia menjadi pelatih yang bangga ketika dia melihat aku melakukan shooting bola basket setelah lemparan pertama itu.
"Terima kasih karena telah sabar mengajariku cara melempar bola ke dalam ring dan menggiring bola. Sekarang aku mengerti kenapa banyak orang menyukai permainan ini..."kataku sebelum pamit pulang kepada mereka.
"Kalau begitu kau bisa melanjutkan permainanmu. Aku akan pulang sekarang..."
"Tunggu, myoui....aku akan mengantarmu..." jeongyeon tiba-tiba menghentikan ku saat aku akan pergi.
"Tidak usah, aku bisa pulang sendiri..." aku buru-buru melangkahkan kakiku tidak peduli dengan jeongyeon yang terus memanggil ku.
Aku sudah berjalan satu blok jauhnya dari lapangan basket. Aku terus berjalan sampai aku merasa seperti ada yang mengikuti ku.
Aku melihat ke belakang dan diam-diam mengintip lewat sudut mataku. Aku melihat seseorang yang berjalan dengan langkah yang agak cepat ke arahku.
Aku terus berjalan dengan langkah waspada, tapi keberuntungan mungkin tidak berpihak padaku karena aku tidak sengaja menginjak lubang yang cukup dalam hingga kaki ku terkilir.
Rasa sakit yang menjalar di kakiku langsung membuat ku terjatuh. Aku mendengar orang di belakangku berlari mendekati ku. Rasa takut mulai menyerang sampai aku mendengar suara yang sangat familiar di telingaku.
"Oh sial...myoui, apa kau baik-baik saja?"
Itu adalah jeongyeon...terima kasih tuhan.
Dia berlutut untuk melihat ku, kekhawatiran terlihat jelas di wajahnya.
"Apa kau baik-baik saja? Kenapa kau tidak memperhatikan langkahmu?!"
"Yahh, apa kau memarahiku? Fokusku terpecah saat aku merasa seseorang mengikuti ku dan aku tidak tau kalau orang itu kau. Kau bisa saja memanggil ku dari pada mengikutiku seperti seorang penguntit!" kesalku padanya.