"Berapa kali aku harus mengatakan tidak agar kalian mengerti?!"kesal jeongyeon saat sharon dan myoui terus mendesaknya untuk mengatakan Ya pada permintaan mereka.
Jeongyeon melangkahkan kaki ke arah kelas nya yang akan di mulai setengah jam lagi. Myoui dan sharon terus saja membuntuti jeongyeon dari belakang seperti anak kecil.
"Pertama, kau ini calon suami kami jadi wajar kau ikut dalam pesta itu. Kedua, kau tidak bisa mengatakan tidak karena kami sudah memberitahu mu dari awal. Ketiga, tidak ada yang mengatakan tidak pada kami..."kata myoui sambil menarik jeongyeon untuk berhenti dan langsung mencengkeram kerah kemeja calon suaminya itu.
"Ya tuhan, kenapa kau jadi kasar begini myoui? Kemana myoui lembut yang ku kenal dulu?!"tanya jeongyeon dengan kengerian di wajahnya.
"Aku seperti ini karena ulahmu!!!" jawab myoui.
"Ku pikir kau berbeda dengan adik-adik mu tapi ternyata kau sama saja dengan mereka..." balas jeongyeon menghindari tatapan dingin gadis itu.
"Dengar, aku tetap tidak akan pergi ke pesta itu..."lanjut jeongyeon mencoba melepaskan genggaman tangan myoui di kerah kemejanya.
"Tapi jeongie ini akan menyenangkan. Akan ada beberapa tarian, makanan dan mungkin ciuman jika kau mau. Kita bisa melakukan apa saja di sana. Ayolah jeongieee...."kali ini sharon yang merengek dengan manja pada jeongyeon.
Baru beberapa hari ini, sharon menemukan panggilan baru untuk calon suaminya itu dan hal itu sungguh membuat jeongyeon menjadi geli sendiri ketika mendengar panggilan sayangnya itu.
"Lakukan apapun yang ingin kalian lakukan dan tinggalkan aku sendiri..."jeongyeon kembali berjalan setelah berhasil melepaskan tangan myoui dari kerah kemejanya.
"Katakan itu sekali lagi dan aku jamin aku akan membuatmu tutup mulut dan menyesal karena pernah mengatakan itu...."jeongyeon menelan ludah dan menoleh dengan gerakan lambat, menatap kedua saudara kembar yang masih mengikutinya.
"Oh...aku akan mendengarkannya jika aku jadi kau...." bisik sharon ketika berhasil mengikuti jeongyeon.
"Kau tega memotong lidahku?"tanya jeongyeon dengan wajah sedih.
Sejujurnya dia sekarang agak takut dengan betapa temperamen nya kedua saudara kembar itu. Dia sebenarnya takut dengan apa yang mungkin para wanita itu lakukan, jika dia mengatakan sesuatu yang tidak mereka sukai.
"Tidak, itu terlalu mudah. Aku mungkin akan mencincangnya..."ancam myoui dengan santai.
"Yah unnie...itu mengerikan..." ringis sharon.
"Tapi itu akan memberinya pelajaran, sharon..."
Jeongyeon menatap dua saudara kembar itu dengan ekspresi ketakutan di wajahnya. Gadis-gadis itu jelas sedang merencanakan bagaimana hukuman yang pantas untuk dirinya.
"Myoui, jangan seperti ini. Tidak bisakah kau seperti dulu lagi..." rengek jeongyeon yang tidak tahan dengan perubahan sikap myoui pada dirinya.
"Jangan mengalihkan pembicaraan, jeong...." balas myoui dengan ekspresi yang tidak bisa di artikan.
"Jadi bagaimana, jeongie? Kau akan pergi bersama kami kan?" tanya sharon dengan penuh harap.
"Ahhh molla..." kesal jeongyeon masuk ke kelasnya ketika melihat profesornya berjalan memasuki kelas.
.
.
.
.
.Jeongyeon merasa sedikit tidak nyaman, bukan karena pakaiannya tidak sesuai dengan ukuran tubuhnya atau kainnya yang tidak nyaman atau jika pakaian itu terlihat tidak bagus di tubuhnya.
Dia bahkan terlihat jauh lebih tampan dengan setelan jas yang khusus di belikan sharon dan myoui untuk pergi ke pesta.
"Jeongie, kau hanya pergi ke pesta dan tidak menikah jadi santai saja..."kata sharon saat melihat jeongyeon terus memperbaiki pakaiannya untuk kesekian kalinya.