Chapter 8

719 114 59
                                    

Jeongyeon pov

"Yooooww myoui...."dia menoleh ke arah kami dan tersenyum.

Sial! Senyum itu...ini memang pagi yang sangat baik.

"Chaeyoung! Jeongyeon!  Selamat pagi..."sapanya.

"Selamat pagi..." sapaku dan chaeyoung bersamaan.

"Oh iya myoui ngomong-ngomong, jeongyeon di sini juga untuk lari pagi. Aku pikir akan menyenangkan jika kau berlari dengan calon suami mu, bukan?" aku langsung menyikut perut chaeyoung saat mendengar kata-kata nya itu.

Aku hanya tidak ingin membuat myoui merasa tidak nyaman dengan kata "calon suami" itu.

"Wae? Aku tidak salah bicarakan. Kau kan memang calon suaminya, benarkan myoui?" myoui menganggukan kepalanya dengan pipi yang berubah dengan warna merah muda.

"Aku akan pergi ke depan dan bertemu dengan anak-anak yang lain. Sampai jumpa..."

Apa? Sial! Aishhh chaeyoung kau benar-benar...aghhh....!!!!

Ya tuhan...apa yang harus ku lakukan?

Berpikir berpikir jeong!

APA YANG HARUS KU LAKUKAN?!

"Uhm...apa kau siap?"

Kepanikan yang ku rasakan di dalam hatiku tiba-tiba menghilang ketika mendengar suaranya yang manis di dekatku.

Saat aku melihat kesamping...ternyata dia sedang berdiri sangat dekat denganku.

"Omoooo..." aku terkejut sampai aku hampir jatuh.

Untung aku bisa mengendalikan keseimbangan ku dan tidak mempermalukan diriku sendiri.

"M-maaf. Aku...uhh...aku masih sedikit mengantuk..."kataku menggaruk belakang leherku.

"Oh kalau begitu kau harus melakukan pemanasan dulu..."katanya sambil tersenyum manis padaku.

"Ah y-ya y-ya..."

Jeongyeon sialan! Berhenti tergagap!!

Aku melakukan pemanasan cepat, untungnya tanpa tersandung lagi atau terjatuh karena kegugupan ku. Kami kemudian melanjutkan lari pagi kami.

Itu adalah 40 menit yang sunyi, tapi tetap saja santai dan menyenangkan. Kami lalu saling membantu dalam latihan peregangan.

Kami memutuskan untuk pulang setelah menyelesaikan lari pagi kami. Aku sangat senang dalam perjalanan menuju rumah kami. Terutama saat aku tidak sengaja melihat tangan myoui.

Aku melihat sebuah cincin melingkar indah di jari manisnya. Itu adalah cincin untuk pertunangan kami dan aku tidak menyangka jika dia akan memakainya. Aku pikir dia tidak akan memakai cincin itu sama seperti sharon dan mina.

Kami tidak terlalu banyak bicara setelah kami memutuskan untuk pulang dan berpamitan dengan teman-teman kami.

Ini memang agak canggung, tapi entah bagaimana ada perasaan hening yang nyaman saat kami berjalan menuju rumah.

"Jika kau tidak bisa bermain basket, menurutmu apa yang akan kau lakukan sekarang?"tanya myoui dengan tiba-tiba dan membuatku menghentikan langkahku.

"U-uh...apa aku mengejutkan mu?"dia bertanya lagi dengan tidak enak.

"Hah? Tidak....maksudku tidak juga, hanya saja...aku tidak pernah memikirkan hal itu..ha...ha....hahaha..."

Sial! Kenapa aku mengatakan itu dengan canggung dan menertawakan nya? Ugh!!! Bodoh!

Siblings (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang