Jeongyeon kini dalam perjalanan menuju rumahnya. Ia nampak kesal karena mina baru saja mengirim pesan, menyuruhnya untuk segera pulang dan mengantarnya pergi ke suatu tempat.
Awalnya jeongyeon menolak karena dia masih berada di kampus dan sedang berkumpul bersama teman-temannya.
Dan seperti biasa, mina akan memberi ancaman yang membuat jeongyeon tidak berkutik dan tidak bisa berkata apa-apa lagi selain mengikutinya.
Tapi perasaan kesal itu tiba-tiba menghilang dan di gantikan dengan senyuman di bibirnya saat mengingat orang yang ia sayangi sedang berada di rumah bersama mina.
Mobil yang di kemudikan nya tiba-tiba berhenti di sebuah toko bunga yang terdapat banyak jenis bunga di dalamnya.
Mata jeongyeon terus menerawang pada setiap jenis bunga yang menghiasi penglihatannya. Seketika senyumnya semakin lebar ketika melihat sebuah bunga yang menarik perhatiannya.
"Ada yang bisa saya bantu tuan?"ucap salah seorang wanita yang nampaknya bekerja di toko bunga itu.
"Aku ingin membeli bunga, nona..."jawab jeongyeon.
"Bunga seperti apa yang tuan inginkan? Apa bunga ini untuk pacar tuan? Kami punya banyak jenis di sini, biar saya tunjukkan..."ucap wanita itu dengan senyuman.
"Tidak perlu...aku mau yang itu saja, bisakah nona merangkaikan bunga mawar itu untukku?"tolak jeongyeon karena dia sudah memilih bunga yang sejak tadi terus menarik perhatiannya.
"Oh baiklah. Saya akan menyiapkannya..."ucap wanita itu.
"Oh iya, tolong rangkaian untuk dua bucket bunga ya..."pinta jeongyeon ketika mengingat sesuatu.
"Baik tuan..."
Wanita itu berjalan ke arah bunga yang di pilih jeongyeon dan mulai merangkainya sesuai dengan permintaan pelanggannya.
"Terima kasih..."ucap jeongyeon ketika menerima 2 bucket bunga yang terlihat begitu indah.
Kini jeongyeon kembali mengemudikan mobilnya ke arah rumah yang ditinggali bersama ketiga calon istrinya.
.
.
.
.
.Dengan langkah pelan dan mengendap-ngendap, jeongyeon pun mulai mendekati myoui yang tengah asik dengan bukunya.
Jeongyeon tersenyum lucu saat myoui masih belum menyadari keberadaannya hingga dia membungkuk dan berbisik ditelinga myoui.
"Apa yang sedang kau baca?"bisik jeongyeon sambil meletakan dagunya di bahu myoui.
"Omooo..."
Cup
Ucapan myoui terpotong saat dia menolehkan wajahnya kesamping hingga bibirnya mengenai pipi jeongyeon.
"Hai..."sapa jeongyeon menarik kepalanya dari pundak myoui dan tersenyum seolah-olah tak terjadi apa-apa antara mereka berdua.
"Jeongyeon?"gumam myoui yang masih kaget dengan jeongyeon yang tiba-tiba saja berada di belakangnya.
"Iya, tentu saja ini aku..." canda jeongyeon dengan tangan masih menyembunyikan sesuatu di belakang punggungnya.
"Kenapa kau bisa ada di sini? Bukankah kau bilang akan berkumpul dengan teman-teman mu dan pulang terlambat?"tanya myoui dengan heran.
"Dan tunggu...apa yang kau sembunyikan dibelakang punggungmu?"tambah myoui dengan curiga.
"Tidak ada..."bohong jeongyeon yang membuat myoui memicingkan matanya.
"Jangan berbohong..." myoui beranjak dari duduknya dan berjalan mendekati jeongyeon.