"Sharon, aku serius! Apa kita benar-benar melakukannya?"tanya jeongyeon penasaran sambil menggoyangkan kakinya dengan tidak sabaran.
"Melakukan apa?"tanya sharon pura-pura tidak mengerti, dia menyembunyikan senyumnya saat mengambil kotak P3K dari dalam lemari.
Jeongyeon menjatuhkan tubuhnya di atas sofa sambil mengacak-acak rambutnya. Dia merasa sangat kesal dengan ketiga saudara kembar itu, karena mereka tidak ada yang mau memberitahu apa yang sebenarnya terjadi pada malam itu.
"Aghhh! Menyebalkan..."jeongyeon membenamkan wajahnya dan meninju sofa berulang kali.
Sharon menahan senyumnya ketika melihat jeongyeon uring-uringan di atas sofa. Dia meletakkan kotak P3K dan batu es di atas meja lalu duduk di dekat jeongyeon.
"Bangun..." perintah sharon tapi jeongyeon masih tetap diam di posisinya.
"Jeongyeon!"
"Apa?!" kesal jeongyeon tanpa mau melihat sharon dan masih dengan posisi yang sama.
"Bangun dan duduk lah dengan benar!"sharon menarik lengan jeongyeon.
Jeongyeon mendengus kesal, dia terpaksa bangun dan duduk berhadapan dengan sharon.
"Buka bajumu..."jeongyeon langsung menyilangkan tangannya di depan dadanya.
"Tidak mau!"tolaknya sambil memasang wajah cemberut yang membuat sharon menjadi semakin gemas dengan calon suaminya itu.
"Kau mau bekasnya hilang atau tidak?" tanya sharon dengan alis terangkat.
Jeongyeon memicingkan matanya dan menatap sharon dengan wajah selidik. Dia mengangkat tangannya dan menunjuk wajah sharon dengan telunjuknya.
"Itu pasti kau kan? Kau yang melakukannya kan?!" sharon terkekeh pelan mendengar tuduhan jeongyeon.
"Jangan banyak bicara. Buka bajumu sekarang!" sharon menepis tangan jeongyeon lalu membuka kotak P3K nya.
"Apa itu benar? Apa kita benar-benar melakukannya?" jeongyeon kembali bertanya dengan wajah penasaran.
"Kau ingat saja sendiri..." sharon mengangkat bahunya dengan tidak peduli.
"Cepat buka bajumu atau kau ingin aku yang membukanya seperti tadi malam hmm?" tanya sharon dengan nada menggoda.
Mata jeongyeon sontak melebar saat mendengar hal itu, ingatan tentang bajunya yang sobek-sobek langsung muncul di kepalanya. Dia buru-buru menyilangkan tangannya di depan dadanya, takut jika sharon merobek bajunya lagi.
"Tidak perlu. Aku akan mengobatinya sendiri..." jeongyeon beranjak dari sofa dan hendak pergi, tapi tidak jadi saat tangannya di tarik oleh sharon dan membuatnya duduk kembali.
"Oh kau mau cara kasar, jeong?" jeongyeon menggelengkan kepalanya dan buru-buru mengangkat bajunya.
"Kau ini...tidak usah malu, aku juga sudah melihatnya tadi malam. Jadi buka saja bajumu itu dan jangan di angkat seperti itu..."sharon memutar matanya dengan malas sebelum menarik baju jeongyeon.
"Aku bisa sendiri..."jeongyeon menahan lengan sharon dan mulai melepaskan bajunya sendiri.
"Nah lihat itu...itu sudah membiru. Apa kau masih tidak mau jika aku mengobatinya? Dasar bodoh...."gerutu sharon menunjuk perut jeongyeon lalu mengambil batu es dan membungkusnya dengan handuk kecil.
"Sini..." sharon menarik jeongyeon agar duduk lebih dekat dengannya.
"Ahhhh..." jeongyeon sedikit tersentak dengan rasa dingin yang tiba-tiba menyentuh kulitnya.