Mina pov
Aku mulai kelelahan mengerjakan semua tugas kuliah yang telah diberikan dosenku. Ku lirik sekilas ke arah jeongyeon yang baru saja pulang setelah mengantar myoui dan sharon unnie ke kampus.
Dia dengan santai duduk di sofa dan terlihat sedang memikirkan sesuatu dan tiba-tiba tersenyum sendiri.
"Yahh...bodoh!!!"panggilku mencoba menyadarkannya.
"Bodoh!!"ucapku lagi karna dia belum juga menyahut atau menyadari kehadiran ku.
"YAKKK....BODOH!!!"
"Aku mencintaimu..." ucapnya menatap ku.
Ya tuhan...apa aku tidak salah dengar?
Kenapa matanya terlihat indah saat ini?
Astaga! Apa yang kau pikirkan mina?!
"Ehh maaf...aku pikir tadi itu myoui..."jawabnya kembali tersenyum senang.
"Apa? Kau mengatakan apa huh?"ucapku dengan tatapan marah.
"Ah lupakan saja..."balasnya dengan malas.
"Myoui, myoui myoui, sharon, sharon! Hanya itu yang ada di otakmu. Kau bahkan tersenyum sendiri dan berpikiran kotor tentang unnie ku, kan?" sela ku dengan napas yang menggebu-gebu.
"Wajar bukan jika myoui dan sharon ada di otak ku. Mereka kan sebentar lagi menjadi istri ku, jadi apa salahnya jika aku memikirkan mereka..." jawabnya dengan alis terangkat.
"Aishhh...kau benar-benar menyebalkan dan menjijikkan!!!" kesalku sambil menghempaskan buku yang ada di tanganku.
Aku tidak tahu harus mengatakan apa lagi karena apa yang dikatakan jeongyeon memang benar. Tapi, kenapa hatiku tidak menerima saat dia hanya mengatakan kalau hanya myoui dan sharon unnie yang akan menjadi istrinya.
Aghhh...kenapa aku menjadi seperti ini?!
"Sudahlah, jangan di perpanjang sebaiknya kau kerjakan saja tugasmu. Percuma saja bicara denganmu, ujung-ujungnya pasti bertengkar..."katanya sambil mengambil remot tv.
Apa aku terlalu kelewatan padanya? Lihatlah wajahnya menjadi berubah dan bahkan dia tidak mau melihatku lagi.
Aishh...sudah lah, biarkan saja! Itu kan juga salahnya.
Hampir sejam lebih kami fokus pada kegiatan kami masing-masing. Ugh sangat melelahkan terlebih selama aku mengerjakan tugasku, ia bahkan tak mengatakan apapun padaku.
Apa dia semarah itu padaku?
"Agh...kenapa aku bisa melupakannya?"gerutunya dengan tiba-tiba sambil mengambil kunci mobil dan bahkan dia tidak mau melihatku.
"Yahh bodoh! Kau mau kemana? Kenapa kau pergi begitu saja?!" ucapku sedikit marah karena ia tak menganggap keberadaan ku.
"Terserah aku dan lagian kau biasanya tidak pernah bertanya atau pun peduli kemana aku pergi, bukan?"jawabnya tapi kali ini ia menatapku, tidak kami bahkan saling menatap dan aku pun dapat melihat mata coklatnya lagi.
"Apa kau sudah mulai menyukai ku...uhm atau mungkin mencintai ku?" tambahnya dan aku langsung menatap kaget karena ucapannya itu.
"T-tidak! I-itu tidak mungkin...kau sangat per..."ucapnku terpotong saat dia tertawa puas padaku.
"Hahahaha...iya iya, aku tahu. Gagapmu itu sudah membuktikan semuanya..."ucapnya padaku dan aku langsung mengalihkan pandanganku.
"Sudah lah jangan marah seperti itu. Aku hanya bercanda. Aku tau kau tidak akan pernah menyukai ku. Hmm sebaiknya aku berangkat sekarang. Teman-teman ku pasti sudah menunggu ku..."dia kembali bicara dan aku hanya bisa menggigit bibirku untuk menahan diriku.