dua puluh tujuh

2.7K 229 7
                                    

"Pak Steffan!"

Steffan menghentikan langkahnya saat mendengar seseorang memanggilnya. Dia berbalik ke belakang dan menemukan seorang mahasiswi menghampirinya. Namun dia menyirit heran ketika wanita itu berpenampilan tidak seperti mahasiswa lainnya.

"Ada apa?"

"Ini, saya bawain makanan buat Bapak, dimakan ya, Pak!" mahasiswi itu tersenyum sambil mengedipkan sebelah matanya pada Steffan.

"Saya pergi dulu ya, Pak, dadaah!" Katanya sambil pergi dari hadapan Steffan. Bahkan dengan sengaja berjalan hingga bahunya mengenai lengan pria itu.

Steffan menatap kotak makanan itu sekilas. Dia siang ini akan makan bersama sang istri. Dia bingung harus bagaimana, karena dia yakin Shella akan marah jika tahu ini. Apalagi istrinya itu sudah terlebih dahulu memasak untuknya.

Di tengah rasa bingungnya, dia melihat sekeliling. Kebetulan ia melihat seorang satpam melewat di depannya.

"Pak, tunggu!"

Satpam itu menoleh lalu menghampiri Steffan.

"Ada apa Pak?"

"Pak Odi sudah makan siang?" Tanya Steffan.

"Belum Pak," jawabnya.

"Ini buat Bapak, ya, " Steffan menyerahkan kotak bekal itu pada satpam.

"Waah terimakasih ya Pak, kebetulan saya laper," katanya sambil memegang perut buncitnya.

"Sama-sama, kalau begitu saya pergi dulu. Mari pak,"

"Sekali lagi terimakasih ya, Pak," kata Pak Odi sambil sedikit membungkuk.

Steffan tersenyum lalu mengangguk. Ia pun melangkahkan kakinya menuju taman belakang kampus. Karena Shella sudah menunggu disana. Tak ingin membuat istrinya menunggu, dia semakin mempercepat langkahnya.

🌱

Jordan merapihkan kemejanya sambil berkaca di cermin. Ia menyisir rambutnya ke belakang. Rambutnya sudah tertata rapi dengan bantuan gel rambut.

"Oke, nggak?" Tanya dia kepada dua sahabatnya.

Chandra mengangguk.

Hari ini Jordan akan bertemu dengan seseorang yang Steffan maksud, asisten Bima di kantornya. Dia sudah sangat antusias. Bahkan semalaman mengganggu kedua sahabatnya yang tak lain adalah Steffan dan Chandra untuk memilih baju. Bahkan jika tidak mendapat balasan, Jordan menelepon mereka. Sehingga semalaman Steffan menggerutu kesal karena dia tidak bisa menikmati waktunya dengan Shella.

"Yakin?" Tanya Steffan.

"Yakin lah, liat aja gue udah ganteng gini," Jordan menaikan sebelah alisnya.

Setelah itu, Jordan langsung berangkat menuju cafe yang ditentukan oleh wanita itu. Jordan beberapa kali bercermin memastikan penampilannya sendiri.

Dia akhirnya sudah sampai, dia yakin jika wanita di pojok itu adalah wanita yang Steffan maksud. Sehingga dia berdiri seraya menatap wanita itu.

"Hai, kamu Jordan ya?"

Jordan mengangguk. Jordan mengangguk dan menghampiri wanita yang masih menutupi wajahnya dengan buku menu itu.

"Hai," sapa Jordan.

Wanita itu menyimpan buku menunya, alangkah terkejutnya ia saat melihat wujud wanita itu. Ternyata diluar ekspetasinya.

Life With My Lecturer [republished ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang