"Ayzhan izinkan aku menikahimu." Dengan lugas Lucca meminta di hadapan Ayzhan yang merasa begitu terkejut.
"Mas Lucca tidak sedang bercanda bukan? Pernikahan bukan hal yang main-main." Ayzhan menjawab dengan pasti.
Lucca menggeleng, "Aku tidak pernah main-main dengan ucapanku, aku serius. Jadilah ibu untuk Hyuna, Ibu yang sesungguhnya."
Ayzhan tersenyum, "Mas Lucca, jika aku harus bolak-balik rumah sakit atau rumah Mas Lucca sekalipun untuk menyelamatkan Hyuna. Aku ikhlas, tetapi aku tidak mau Mas Lucca memutuskan untuk menikahiku hanya untuk menyelamatkan Hyuna. Aku bukan barang Mas, aku manusia. Aku masih punya perasaan dan bagaimana orang harus memperlakukanku selayaknya manusia. Bukan barang sewaan."
Lucca tersentak mendengar jawaban Ayzhan, matanya menajam. "Buktikan jika kamu memang memiliki harga diri yang pantas, Ayzhan. Pada kenyataannya semua perempuan sepertimu sama saja, akan melakukan apapun hanya demi uang."
Lelaki itu mengeluarkan dompet dari sakunya, mengambil beberapa lembar uang bernominal seratus ribu dari dalam dompetnya dan melemparnya pada Ayzhan. "Ini bukan yang kamu cari? Kamu akan mendapatkannya lebih jika kamu menikahiku."
Ayzhan merasa kini dirinya begitu dipermalukan, ia berteriak. "Saya tidak membutuhkan uang anda, sepeserpun! Saya masih memiliki harga diri Bapak Lucca yang terhormat, jadi Bapak tidak perlu melakukannya. Cari perempuan lain yang mau menjadi istri dan ibu susuan bagi Hyuna, saya tidak mau lagi. Permisi."
Ayzhan begitu sakit hati dengan perlakuan Lucca, tidak mengerti mengapa Lucca begitu arogan terhadapnya. Walau jauh dalam lubuk hatinya, ia memiliki ikatan kuat dengan putrinya Hyuna.
"Maafin Tante, ya Hyuna. Tante harus pergi, Tante tidak akan lagi bisa menolong Hyuna. Bukan karena Tante tidak menyayangi Hyuna, tetapi karena Tante tidak sanggup menghadapi ayahmu." Ayzhan pergi menuju pintu keluar rumah sakit, ia terus melirik ke arah jendela ruang bayi dan terus melihat ke arah Hyuna yang sedang tertidur lelap.
Sepeninggal Ayzhan, tidak ada yang menyadari jika Lucca jatuh terduduk karena menangis. Ia tidak mengerti mengapa hidupnya harus sehancur ini, demi apapun ia hanya ingin memiliki keluarga yang bahagia. Namun apakah sesulit itu?
***
Ayzhan termenung di kelasnya memikirkan kejadian pahit yang ia alami semalam, bahkan sahabat-sahabatnya Nayla, Dara dan Sita pun kebingungan dengan sahabat mereka yang terdiam layaknya sebuah patung.
"Ay, lo kenapa sih?" Sita terlebih dahulu bertanya.
Ayzhan tidak menanggapi, namun usaha mereka tidak terhenti sampai sana saja. Nayla menepuk bahu Ayzhan, "Kalau ada masalah cerita, Ay."
Tepukkan Nayla rupanya menyadarkan lamunan Ayzhan, Ayzhan tersenyum. "Gue nggak papa, cuma butuh sendiri aja."
"Kalo nggak papa kenapa butuh sendiri, Ay?" Dara berkilah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI KETUJUH
RomanceTuhan memiliki tujuannya masing-masing dalam menciptakan setiap umatnya dengan kekurangan dan kelebihan mereka. Termasuk ketika Tuhan menciptakan keistimewaan pada beberapa ciptaan pilihannya. Senona Ayzhan Gemantara Pertemuan kita layaknya takdir...