38. Keajaiban Cinta

81 3 0
                                    

Sang dokter menyelidik dengan curiga, "Kalian tidak berbohong, bukan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sang dokter menyelidik dengan curiga, "Kalian tidak berbohong, bukan?"

"Dokter mencurigai kami sedang berbohong?" Robby menerka dengan senyum kecut.

Sang dokter menjawab, "Di zaman yang lumayan gila ini, bukan hal yang salah jika saya mencurigai kalian bisa saja berbohong?"

Dira terlihat menanggapi dengan panik, "Sungguh kami tidak berbohong, Dok! Elua adalah keponakkan kami, Momma dan Poppanya sedang berada di rumah sakit yang berbeda."

Berbeda dengan Dira yang mulai panik, Robby mengeluarkan selembar kertas dari tas kerja yang sedari tadi selalu dijinjingnya. Lalu ia mengeluarkan kartu kependudukkan, kartu nama dan tanda pengenal kantor dari dompet kulitnya. "Dokter bisa memeriksanya sendiri, jika Elua adalah keponakkan kami. Lebih tepatnya Nona Elua adalah anak dari bos tempat saya bekerja. Lalu wanita yang ada di samping saya adalah sahabat dari istri bos saya."

Sang dokter memeriksa semuanya dengan teliti, lalu ia menghela napas kasar. "Maafkan saya telah curiga pada Bapak dan Ibu."

"Sudahlah Dok, tidak apa-apa. Bagaimana kondisi El? Elua baik-baik sajakan?" Dira menanggapi.

Dokter menjawab, "Sekali lagi saya minta maaf sudah mencurigai Bapak dan Ibu. Sebab saya sudah memeriksa kondisi Elua dan saya menemukan luka lebam yang mencurigakan di sekujur tubuh bagian dalam Elua yang tertutup pakaiannya, saya tidak mau anak semanis Elua mengalami yang namanya kekerasan."

"Elua adalah anak adopsi, Dok. Saya sepertinya perlu menjelaskan, takut Dokter berpikir macam-macam pada bos saya. Luka lebam yang berada disekujur tubuhnya juga sudah pernah diperiksa dan dalam proses penyembuhan dengan salep dokter. Bos dan nyonya bos saya justru mengadopsi agar menyelamatkan Elua." Robby menjelaskan tanpa diminta.

Dokter mengangguk-anggukkan kepalanya, "Oh jadi begitu. Berarti dapat saya simpulkan, demam yang dialami Elua bisa terjadi karena psikisnya sedang tidak baik-baik saja. Elua masih terlalu kecil untuk merasakan yang namanya kekerasan, lalu ia diselamatkan oleh atasan Bapak Robby dan sahabat Ibu Dira.

Namun tadi Pak Robby mengatakannya sendiri, jika atasan Pak Robby sedang terkena musibah. Membuat mereka tidak bisa pulang dan menemani Elua di rumah, perasaan takut kehilangan dan rindu menjadi demam untuk Elua.

Namun kami masih harus mengobservasinya lebih lanjut juga, Elua harus di rawat dan melakukan tes lab uji darah agar kita lebih tahu pasti Elua sakit apa."

Belum selesai sang dokter menjelaskan, terdengar suara teriakkan Elua. "NGGAK MAU! El mau ketemu Momma sama Poppa. Momma ... Poppa!"

Semua orang yang berada di depan UGD seketika masuk, Dira langsung pasang posisi berada di dekat Elua. "El sayang ...."

"Tante Dira, El nggak mau di sini. El mau ketemu Poppa sama Momma!" Tangis Elua kembali pecah, ia bahkan memohon dengan menarik-narik baju Dira.

Dira mengelus rambut Elua, berusaha menenangkan putri sahabatnya itu. "El sayang. El tahu bukan, Momma dan Poppa nggak ada sama El bukan karena kemauan mereka. Poppa masih sakit El, harus ada yang jagain Poppa di sana. Tante paham, El masih kecil dan El mau ketemu sama Poppa dan Momma. Tapi sabar ya, Sayang. El harus di rawat di rumah sakit, biar sembuh dulu ya?"

ISTRI KETUJUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang