Dimitri memakai dasinya dengan terburu-buru, membuat Ashya dan Ayzhan tertegun melihatnya. "Ayah, Ayah mau ke mana? Kenapa rapi sekali?"
Dimitri menoleh, "Ayah harus pergi segera, Ayah ada janji rapat dengan perusahaan multinasional. Ini penting, Ay."
"Selarut ini? Nggak bisa besok, Mas?" Ashya bertanya.
Dimitri menggeleng, "Tidak bisa, Bun. Sudah ya, Ayah berangkat sekarang."
Dimitri lalu mengecup kening Ayzhan dan Ashya secara terburu-buru, sebelum akhirnya mengucapkan salam meninggalkan rumah.
Kerutan di dahi Ayzhan terjadi setelah Dimitri meninggalkan rumah, "Ayah nggak biasanya, Bun ada rapat malam-malam begini?"
Ashya menggeleng, "Bunda juga nggak tahu, Sayang. Ayah nggak banyak cerita. Bunda aja baru tahu jika Ayah ada rapat pukul sekarang, jika Bunda tahu dari awal juga tidak akan Bunda izinkan."
Ayzhan mengangguk mengerti, ia segera memposisikan diri dengan meletakkan kepalanya di paha sang bunda. Bermanja seperti biasa. Tentu saja itu mengundang tawa Ashya, "Kamu sudah besar, Ay. Masa setiap malam posisimu selalu begini? Selalu ingin Bunda manja."
Ayzhan mendongak, bibirnya mengerucut. "Kan aku anak Bunda satu-satunya. Nggak papalah Ay kaya gini Bun."
"Yaudah, Bunda ngalah." Ashya tertawa semakin keras, meledek anak sematawayangnya itu.
***
Dimitri telah sampai di sebuah gedung pencakar langit yang begitu megah di hadapannya, gedung perusahaan yang tidak sebanding dengan perusahaan miliknya yang masih merupakan perusahaan kelas menengah.
Tercetak jelas di atas gedung tersebut nama dari perusahaan tersebut FE Coorperation. Sebuah perusahaan besar multinasional yang bergerak di bidang konstruksi global. Banyak sekali gedung-gedung pencakar langit di bumi pertiwi atau bahkan di luar Indonesia yang menggunakan jasa dari perusahaan multinasional ini dalam sistem pembangunannya yang mewah.
Dengan langkah pasti, Dimitri melangkah memasuki gedung pencakar langit tersebut. Seorang resepsionis menyapanya ramah, "Selamat malam Bapak. Ada yang bisa kami bantu?"
"Selamat malam, Mbak. Saya Dimitri Ankarian Gemantara, saya sudah ada janji dengan Pak Emeraldo sebelumnya." Berusaha tenang, Dimitri mengatakan hal tersebut pada resepsionis.
Resepsionis tersebut mengangguk, "Baik Pak, tadi Pak Lucca telah berpesan jika Bapak sudah di tunggu di ruangan beliau."
"Terima kasih, Mbak." Dimitri langsung berjalan menuju lift dan menuju lantai dua puluh tujuh, lantai tertinggi gedung pencakar langit tersebut. Tak lama lift tersebut berdenting di lantai yang ingin dituju Dimitri, setelah pintu itu terbuka Dimitri keluar dari dalam lift.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI KETUJUH
RomansaTuhan memiliki tujuannya masing-masing dalam menciptakan setiap umatnya dengan kekurangan dan kelebihan mereka. Termasuk ketika Tuhan menciptakan keistimewaan pada beberapa ciptaan pilihannya. Senona Ayzhan Gemantara Pertemuan kita layaknya takdir...