Lucca dan Ayzhan melewati lobi rumah sakit setelah memberikan stok asi perahannya pada perawat yang berjaga di sana. Sebuah stasiun televisi lokal sedang menayangkan sebuah berita internasional.
"Dikabarkan sebuah pesawat jatuh di perairan Mumbai. Pesawat tersebut bertolak dari kota Paris yang harusnya pukul tujuh pagi tadi telah sampai di bandara Soekarno Hatta. Tim SAR dan tim relawan masih mencari keberadaan bangkai pesawat dan para korban yang selamat. Tim maskapai sendiri telah mengkonfirmasi jika salah satu penumpang pesawat tersebut merupakan bangsawan Perancis yang amat dermawan bernama Lady Julliette yang ingin mengunjungi putranya di Indonesia."
Seketika Ayzhan dan Lucca langsung menoleh ke arah televisi, "Ibu."
Tuhan, apalagi ini? Lucca menjerit dalam hati.
"Kita ke bandara sekarang!" Lucca mengatakan dengan tegas.
Ayzhan mencegah langkah Lucca, "Tapi Hyuna gimana?"
Lucca memejamkan matanya bingung, hanya satu orang yang ada di kepalanya sekarang. Robby. Segera ia mengambil ponsel di kantungnya dan menghubungi Robby, sang asisten. "Halo, Robb."
"Iya Tuan?" Robby sigap mengangkat.
"Kamu di mana sekarang?"
"Saya di kantor, Tuan. Setelah memastikan Nona Hyuna dijaga oleh Pak Baskara dan Pak Brata. Saya bersiaga di kantor."
"Pergilah ke bandara sekarang! Periksa kebenaran informasi apakah benar ada kecelakaan pesawat dengan tujuan Indonesia dari Paris! Periksa juga kebenaran, apakah ada ibuku di sana. Sekarang! Jangan membuatku menunggu lama, jika tidak resikonya saya akan pecat kamu!" Lucca berteriak.
"Baik Tuan." Robby langsung berlari menuju mobilnya dan menjalankannya dengan kecepatan tinggi ke bandara.
Ayzhan mengelus dada suaminya, beberapa hari ini adalah hari yang sulit bagi mereka. Mereka telah kehilangan Ashya, lalu Hyuna dan jangan sampai mereka kembali kehilangan Julliette juga.
Usai menelepon Robby, Lucca mengajak Ayzhan ke ruang jenazah. Yang ternyata di sana telah hadir Nantya dan yang lainnya.
Nantya memeluk Ayzhan dan Lucca bersamaan, "Kuat ya, Sayang. Tuhan memiliki jalan lain untuk kalian bahagia."
"Tidak. Saya tidak akan terima ini begitu saja." Lucca berkata tegas.
Ayzhan menoleh, sebagai istri dia hanya pasrah jika suaminya ingin melaporkan masalah ini ke jalur hukum.
"Callista atau siapapun itu namanya harus di hukum, begitu juga Bapak Dimitri yang merencanakan semua ini. Sekalipun Ayzhan adalah perempuan yang saya cintai di dunia ini." Lucca berkata datar, tetapi itu bukan sebuah pendapat. Itu keputusan.
Ayzhan menyentuh tangan Lucca, membuat Lucca menoleh. "Kamu keberatan, Ay?"
Ayzhan menggeleng, "Terserah jika kamu mau menempuh jalur hukum atas apa yang Pak Dimitri dan Callista lakukan padamu, aku tidak peduli. Yang aku tahu semenjak hari ini aku tidak ada hubungan apapun dengan Bapak Dimitri dan Callista.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI KETUJUH
DragosteTuhan memiliki tujuannya masing-masing dalam menciptakan setiap umatnya dengan kekurangan dan kelebihan mereka. Termasuk ketika Tuhan menciptakan keistimewaan pada beberapa ciptaan pilihannya. Senona Ayzhan Gemantara Pertemuan kita layaknya takdir...