Pintu terbuka, Ayzhan menoleh mendengar suara seseorang yang familiar di telinganya. "Eyang."
Nantya berlari menuju Ayzhan dan memeluknya, "Nduk, mbok ya kalo ada apa-apa. Eyang dikasih tahu, kamu lagi hamil. Kamu ndak boleh stres."
Menoleh ke arah Lucca, "-piye kabarmu Nang? Wis ndak papa to? Eyang lihat beritanya di televisi, bayangan Eyang wis macem-macem."
Lucca sedikit mengerutkan kening bingung, Ayzhan paham dan langsung menjelaskan. "Eyang tanya kondisimu, Mas. Udah nggak papakan? Eyang panik liat beritanya di tv, bayangan Eyang udah yang nggak-nggak."
"Lucca baik-baik saja, Eyang. Kondisi Lucca tidak parah kok." Lucca menjawab.
Ayzhan yang jengkel segera menjawab, "Nggak parah gimana? Kemarin aku nyaris gila Mas nungguin kamu seharian di ruang ICU, tulang kaki kamu patah. Kamu nyaris mati otak kalau Dokter nggak segera melakukan tindakkan operasi dan nggak ada keajaiban Allah, lalu kamu bilang kondisi kamu baik-baik saja? Aku nyaris kehilangan kamu, kemarin Mas."
Mengingat kondisi genting yang terjadi kemarin, membuat Ayzhan kembali meneteskan air matanya. Dalam hatinya ia bersumpah jika Brenda dan Baskara harus membusuk di penjara. Tidak ada lagi maaf bagi kedua orang yang sudah melakukan hal keji pada orang-orang yang Ayzhan sayangi.
Nantya sendiri menghela napas, "Eyang sendiri tidak menyangka, kok ya bisa-bisanya Baskara main hakim sendiri menabrak Lucca, bukan maunya Lucca jika pada akhirnya Brenda menyusulnya ke Indonesia. Bukan mau Lucca, Brenda merencanakan penembakkanmu Ayzhan. Bahkan Lucca juga tidak mau jika Milla mengorbankan nyawanya untuk melindungi Lucca."
Antara respon Elua yang lambat atau ia berusaha menerapkan apa yang diajarkan Ayzhan dan Lucca untuk tidak sekalipun berani memotong pembicaraan orang lain, ia juga mendengar ayahnya berkata seperti itu. Kini mendentingkan sendok begitu keras di piring. Sembari menangis ia berucap, "Poppa nggak baik-baik aja kemarin! Poppa sakit dimana-mana. El nungguin Poppa sama Momma pulang, tapi Poppa malah lebih suka di rumah sakit.
Banyak kabel nempel kemarin di badan Poppa, Poppa juga merem terus. El takut, nggak bisa lihat bola mata bagus Poppa lagi. El takut Poppa lebih suka tidur dari pada main sama El lagi."
Bagi Elua, yang masih teramat kecil untuk memahami semua yang terjadi pada orang dewasa di sekitarnya. Meski ia sudah tahu siapa Napoleon Bonaparte, tetap saja Elua masih seorang putri kecil yang belum tahu apapun. Tidak perlu kekerasan, melihat Lucca sang Ayah yang begitu ia sayangi terbaring lemah dengan puluhan alat medis dan dalam kondisi mata terpejam sudah cukup membuat anak itu begitu ketakutan.
Tidak terbayang berapa banyak luka batin yang Elua rasakan sebelum besama Lucca dan Ayzhan. Tangisan itu membuat Ayzhan berjalan mendekati ranjang Elua, mencoba menenangkan dan memeluk Elua. Namun tangis Elua tidak mereda sedikitpun, bahkan kini disertai kejang. "El."
Lucca, Dimitri dan Nantya yang juga melihat reaksi kejang Elua ikut memanggilnya, "Elua!"
Untungnya Lucca memiliki reflek yang bagus, ia dengan cepat menekan bel memanggil tenaga medis. "Dokter, Suster. Putri kami mengalami kejang, tolong cepat kemari!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI KETUJUH
RomanceTuhan memiliki tujuannya masing-masing dalam menciptakan setiap umatnya dengan kekurangan dan kelebihan mereka. Termasuk ketika Tuhan menciptakan keistimewaan pada beberapa ciptaan pilihannya. Senona Ayzhan Gemantara Pertemuan kita layaknya takdir...