14. Masa Lalu Lucca

465 13 0
                                    

Ayzhan tersenyum sembari memeluk suaminya erat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayzhan tersenyum sembari memeluk suaminya erat. Kulitnya bersentuhan langsung dengan kulit Lucca, tanpa terhalang sehelai benangpun.

Lucca menatap Ayzhan, "Mengapa kamu tersenyum?"

Ayzhan menggeleng, "Aku hanya senang Mas. Pada akhirnya aku bisa menjadi istrimu seutuhnya."

Lucca menatap mata Ayzhan, "Benar kamu senang? Aku tidak menyakitimukan tadi?"

Ayzhan mengulum senyum, "Bohong jika aku mengatakan itu tidak sakit, Mas. Tapi aku tahu, itu bukan maksudmu menyakitiku. Bagaimapun kamu sudah melakukannya dengan selembut yang kamu bisa. Makasih ya Mas, kamu selama ini sabar menghadapiku."

Lucca tidak menjawab, ia hanya memeluk Ayzhan dalam. Hatinya bimbang, apakah sekarang adalah waktu yang tepat untuk menceritakan dirinya pada Ayzhan? Tetapi Lucca takut, Ayzhan akan berubah padanya. Ia takut, Ayzhan akan meninggalkannya setelah tahu jika suaminya pernah menikah berkali-kali sebelumnya.

Ayzhan tahu suaminya belum tidur, karena ia masih mendengar napas memburu Lucca. Ia kemudian mendongak, mendapati Lucca yang sedang melamun lagi.

"Aku sering melihatmu melamun, Mas. Aku juga sering kali ingin bertanya, apa yang sedang kamu lamunkan? Tapi kamu tidak pernah menjawab, suatu tanda jika kamu belum bisa memberikan kunci kamar tiga belasmu padaku. Kenapa Mas? Kamu nggak percaya padaku?" Ayzhan akhirnya mengungkapkan perasaan terdalamnya.

Lucca mendengarnya, namun ia hanya bisa meneteskan air mata. Ia tidak mau kehilangan lagi, ia hanya mau Ayzhan menjadi pelabuhan cinta terakhirnya.

Ayzhan menghapus air mata itu, "Mas, kamu tahu. Betapa inginnya aku ikut berbagi beban denganmu? Betapa aku ingin melakukan hal yang sama seperti apa yang kamu lakukan dengan masalahku. Aku ingin melakukannya juga pada hidupmu, Mas. Aku nggak mau menjadi istri yang tidak berguna, aku mau kita sama-sama membaginya."

Lucca menyentuh tangan Ayzhan yang memegang pipinya sehabis menyeka air mata itu. "Apakah setelah aku menceritakannya, kamu masih mau menjadi istriku? Kamu tidak jijik denganku?"

Ayzhan menyipitkan matanya, "Apakah setelah mengetahui jika aku pemilik sindrom kelebihan prolaktin, setelah itu kamu jijik padaku Mas?"

"Itu hal yang berbeda." Lucca membalas.

"Aku akan tetap mencintaimu, apapun yang terjadi." Ayzhan menjawab.

"Berjanjilah." Lucca kembali berujar.

"Aku janji." Ayzhan berikrar.

***

Flashback on

Lucca saat itu berusia lima belas tahun, dengan wajah yang memang sudah tampan. Dengan gesit sesuai hari-hari biasanya, ia akan membantu Julliette membereskan rumah yang berantakkan.

ISTRI KETUJUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang